PENDAHULUAN
Kayu
untuk komponen bangunan dari hutan alam pasokannya semakin menurun sejalan
dengan degradasi hutan dan kenaikan kebutuhan akan kayu. Beberapa jenis kayu rakyat
yang berasal dari hutan rakyat maupun tanaman kebun, dapat dikembangkan untuk
komponen bangunan baik struktural maupun bukan struktural. Kayu rakyat pada umumnya
berdiameter kecil, dari jenis cepat tumbuh dan tidak mendapatkan perlakuan silvikultur
seperti kayu dari hutan tanaman, sehingga sifat kayunya umumnya kurang baik
dibandingkan kayu dari hutan alam bahkan dari hutan tanaman sendiri. Kayu
rakyat dapat dimanfaatkan untuk komponen bangunan rumah, jembatan, kapal dan
tiang listrik. Sortimen kayu rakyat yang ada di pasaran umumnya tidak sesuai
dengan persyaratan SNI. Peningkatan mutu dapat dilakukan dengan meningkatkan
efisiensi penggergajian, pengeringan, pengawetan dan membuat produk perekatan
(Abdurachman, 2006).
Pembangunan
perumahan, perkantoran dan sebagainya menunjukkan perkembangan yang pesat.
Komponen bangunan terutama perumahan masih sangat tergantung dari kayu,
terutama dari bentuk kayu gergajian spesifikasi khusus, baik berfungsi sebagai
komponen struktural (memerlukan perhitungan beban) maupun non struktural (tidak
memerlukan perhitungan beban). Beberapa komponen konstruksi bangunan perumahan
yang dapat menggunakan kayu gergajian sebagai bahan, antara lainadalah sebagai
berikut :
1.
Tiang pancang pada
tanah di bawah muka air atau tanah terkena pengaruh air asin.
2.
Tiang pancang pada tanah
di atas muka air dan kayu harus diawetkan secara khusus.
3.
Rangka, gording, usuk
(kaso), tiang, balok, papan, kuda-kuda, balok plafon atau reng.
4.
Papan cucuran, papan
lis atau papan atap lainnya.
5.
Kusen pintu dan
jendela, daun pintu dan jendela, ambang atau bentuk sambungan lainnya.
6.
Konstruksi tangga
(pegangan dan injakan tangga).
7.
Lantai biasa
8.
Lantai keras
9.
Papan dinding
10.
Kayu profil (moulding)
Kebutuhan
kayu sebagai bahan baku untuk berbagai keperluan terus meningkat. Demikian pula
untuk keperluan bahan bangunan. Kayu-kayu yang beredar di pasaran sebagian
besar berasal dari hutan alam yang dikelompokkan atas jenis-jensi komersial
seperti kamper, bangkirai, keruing, kayu campuran (borneo). Karena kecepatan
antara pemanenan dan penanaman tidak seimbang, menyebabkan pasokan kayu dari
hutan alam kian menurun baik volume maupun mutunya yang mengakibatkan harga
kayu menjadi relatif mahal. Sebagai
bahan konstruksi bangunan, kayu sudah dikenal dan banyak dipakai sebelum orang
mengenal beton dan baja. Dalam pemakaiannya kayu tersebut harus memenuhi syarat
: mampu menahan bermacam-macam beban yang bekerja dengan aman dalam jangka
waktu yang direncanakan; mempunyai ketahanan dan keawetan yang memadai melebihi
umur pakainya; serta mempunyai ukuran penampang dan panjang
yang sesuai dengan
pemakainnya dalam konstruksi (Abdurachman, 2006).
METODOLOGI
Survei ini dilakukan pada hari selasa, 15 Maret 2011 di
rumah Bpk.Simarmata jln.Jamin Ginting,P.Bulan pada pukul 13.00-13.30 WIB.
Survei ini dilakukan dengan metode pengamatan langsung
(visual) terhadap objek yang diamati.
Alat yang digunakan
adalah kamera digital yang digunakan untuk mendokumentasikan setiap penggunaan
kayu pada bangunan dan alat tulis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Rumah yang kami amati adalah rumah yang terbuat
dari kayu yang menyerupai rumah adat tradisional Manado atau yang biasa disebut
dengan rumah Panggung. Rumah ini terdapat di jalan Djamin Ginting, Sumber,
Padang Bulan, Medan. Rumah ini didirikan pada tahun 1997. Bahan-bahan pembuatan
rumah ini sebagian besar terbuat dari kayu. Kayu-kayu yang digunakan berasal
dari daerah Manado. Walaupun rumah ini
merupakan rumah tradisional manado namun pemilik rumah ini adalah suku Batak
yang bermarga Simarmata. Rumah ini terdiri dari dua lantai, lantai yang pertama
terbuat dari semen dan lantai yang kedua terbuat dari kayu. Lantai pertama
biasanya digunakan sebagai tempat parkiran mobil dan lantai dua biasanya tempat
bersantai dan ruangan tamu.
Sejarah Rumah Ttradisional Manado
Jika dilihat dari sejarah pembuatan rumah
Manado, rumah adat tradisional Minahasa yang dikenal dengan sebutan Wale atau
Bale, yang artinya tempat melakukan aktivitas dalam kehidupan berkeluarga. Ciri
utama rumah tradisional ini berupa Rumah Panggung dengan 16 sampai 18 tiang
penyangga. Beberapa abad lalu terdapat rumah tradisional keluarga besar yang
dihuni oleh enam sampai sembilan keluarga. Masing-masing keluarga merupakan
rumah tangga tersendiri dan mempunyai dapur atau mengurus ekonomi rumah tangga
sendiri. Kini, jarang ditemui rumah adat besar seperti ini. Pada umumnya
susunan rumah terdiri atas emperan (setup), ruang tamu (leloangan), ruang
tengah (pores) dan kamar-kamar. Ruang paling depan (setup) berfungsi untuk
menerima tamu terutama bila diadakan upacara keluarga, juga tempat makan tamu.
Sementara itu, di bagian belakang rumah
terdapat balai-balai yang berfungsi sebagai tempat menyimpan alat dapur dan
alat makan, serta tempat mencuci. Bagian atas rumah atau loteng (soldor)
berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil panen seperti jagung, padi dan hasil
lainnya. Bagian bawah rumah (kolong) biasanya digunakan untuk gudang tempat
menyimpan papan, balok, kayu, alat pertanian, gerobak dan hewan peliharaan.
Uniknya, rumah warga di Minahasa tak beratapkan
genteng. Karena folosofi yang dianut adalah tak baik jika hidup di bawah tanah
(genteng terbuat dari tanah). Rata-rata rumah mereka beratapkan seng, daun,
atau elemen besi lainnya. Mereka beranggapan hanya orang meninggal saja yang
bertempat tinggal di bawah tanah. Sekali pun ada yang beratapkan genteng,
umumnya rumah tersebut milik kaum pendatang. Meskipun demikian, banyak juga
rumah orang Minahasa yang beratapkan seng namun didesain seperti genteng.
Saat ini pesanan rumah kayu panggung Manado
datang dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara. Rumah Panggung kayu
Manado dewasa ini bisa berfungsi sebagai tempat tinggal, sebagai villa,
cottage, gazebo, restaurant. Anda juga bisa memberikan rumah ini sebagai hadiah
kepada orang yang anda cintai, apakah itu dalam bentuk Gazebo, Rumah Panggung,
Cottage, Bungalow atau Rumah Villa melalui paket peti kemas yang dikirimkan
dari desa Woloan, Kabupaten Minahasa sebagai daerah asal rumah adat Rumah
Panggung Manado.
Konstruksi
Bangunan
Bangunan
yang didirikan pada tahun 1997 ini sebagian besar terbuat dari kayu walaupun
ada juga yang terbuat dari bahan lain seperti keramik dan besi. Bagian-bagian
bangunan yang menggunakan kayu diantaranya adalah :
- Pintu
Pintu utama
pada rumah ini merupakan pintu yang berdaun dua sehingga bisa dibuka ke kiri
atau ke kanan, sementara pintu kamarnya menggunakan pintu berdaun satu. Pintu ini
terbuat dari kayu solid yang disambung sehingga dapat berbentuk daun pintu yang
lebar.
- Jendela
Jendela pada rumah ini terbuat dari kayu dan kaca dan engselnya terletak dei bagian atas
sehingga dibuka kea rah atas.
Penggabungan kaca dengan kayu dapat memperindah jendela yang digunakan.
- Plafon
Penggunaan kayu pada plafon rumah ini terlihat sangat
menarik karena kayu-kayunya tersusun dengan rapi. Ada sedikit perbedaan plafon
pada lantai satu dan lantai dua. Pada lantai satu warnanya terlihat lebih
terang dibandingakan pada lantai dua.
- Pembatas
Pada lantai dua di rumah ini ada pembatas pada teras yang
tingginya sekitar 1 meter. Bentuk kayu yang digunakan berbeda pada masing-masing
sisi. Ada yang berbentuk petak berongga dan ada juga yang berbentuk bulat
dengan ukiran yang menarik.
- Tiang
Rumah ini
disangga oleh beberapa tiang yang terbuat dari kayu. Susunan tiang ini cukup
banyak sehingga mampu menyangga beban yang ada di atasnya. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu manado atau sering
dikenal dengan kayu Besi.
- Lantai
Pada lantai tampak penggunaan
kayu yang tersusun dengan sangat rapat dan hampir tidak ada celah. Hal ini
disebabkan oleh penggunaan kayu yang berkualitas tinggi yang kembang susutnya
relatif kecil.
- Dinding
Penggunaan kayu pada bagian dinding tersusun dengan sangat
rapi. Kayu-kayu yang menyusun dinding terlihat sangat rapat dan tidak ada
celah.
- Gelagar
Kayu
digunakan untuk gelagar pada plafon pada lantai satu untuk menahan beban pada
lantai dua dan pada atap rumah.
PENUTUP
Rumah
Bapak Simarmata didirikan di kota Medan pada tahun 1997 oleh orang Manado.
Rumah ini bersifat dapat dibongkar pasang atau dipindahkan. Kayu –kayu yang
digunakan sebagai komponen penyusun rumah ini didapatkan oleh pemiliknya dari Manado.
Jenis kayu yang digunakan adalah jenis kayu Manado yang sering digunakan untuk
pembuatan rumah panggung, yaitu kayu besi. Bangunan ini sudah pernah
dipindahkan pada tahun 2007 yaitu sekitar 4 tahun yang lalu. Perawatan yang
diberikan kepada rumah ini tidak ada perawatan yang khusus. Rumah ini hanya
diurus oleh pembantu dan pada tiang-tiang rumah diberi perlakuan mekanis berupa
pembuatan beton untuk menghindari serangan rayap.
Yang pertama kali mempoluperkan
rumah panggung Minahasa yang memakai sistem bongkar pasang (knock down
system) adalah Paulus Tiow, warga Woloan, tahun 1942 silam. Ide membuat
rumah ini terurai setelah rumah adat Minahasa miliknya dibeli oleh seorang
serdadu Jepang. Sejak saat itu Paulus mulai memproduksi rumah adat
Minahasa untuk dijual. Jejak Paulus kemudian diikuti oleh Beting Motulo.
Pemasaran rumah adat ini
berkembang antara tahun 1960 sampai dengan 1980, tapi masih sebatas daerah
Minahasa saja. Baru setelah di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta berdiri
rumah adat Minahasa pada tahun 1980an, pesanan dari beberapa orang dari pulau
Jawa dan luar negeri mulai berdatangan. Bahan baku utama dari Rumah Adat
ini terdiri atas, kayu besi untuk rangka, kayu nyantoh untuk lantai, plafon dan
kayu cempaka untuk dinding.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman
dan N. Hadjib. 2006. Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat Untuk Komponen Bangunan. PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan
2006 : 130-148
Tidak ada komentar:
Posting Komentar