ZAT BERBAHAYA PADA MAKANAN
Boraks beracun terhadap semua sel. Bila tertelan
senyawa ini dapat menyebabkan efek negative pada susunan syaraf pusat, ginjal
dan hati. Ginjal merupakan organ yang paling mengalami kerusakan dibandingkan
dengan organ lain. Dosis fatal untuk dewasa berkisar antara 15 – 20 g dan untuk
anak – anak 3-6 g.
Bila tertelan, boraks dapat
menimbulkan gejala – gejala: badan terasa tidak nyaman (malaise), mual, nyeri hebat pada perut bagian atas (epigastrik), pendarahan gastroenteritis disertai muntah darah,
diare, lemah, mengantuk, demam dan rasa sakit kepala.
Formalin (larutan formaldehid). Paparan
formaldehid melalui saluran pencernaan dapat mengakibatkan luka korosif
terhadap selaput lendir saluran pencernaan disertai muntah, mual, rasa perih
yang hebat dan perforasi lambung. Efek sistemik dapat berupa depresi susunan
syaraf pusat, koma, kejang, albuminaria, terdapatnya sel darah merah di urin (hematuria)
dan asidosis metabolik.
Dosis fatal formalin melalui saluran
pencernaan pernah dilaorkan sebesar 30 ml. Formaldehid dapat mematikan sisi
aktif dari protein – protein vital dalam tubuh, maka molekul - molekul itu akan
kehilangan fungsi dalam metabolism. Akibatnya fungsi sel akan terhenti.
Pada dasarnya, formaldehid dalam
jaringan tubuh sebagian besar akan dimetabolisir kurang dari 2 menit oleh enzim
formaldehid dehidrogenase menjadi asam format. Hasil akhir diekskresikan tubuh
melalui urin dan CO2 dibuang melalui napas.
Fraksi formaldehid yang tidak
mengalami metabolism akan terikat secara stabil oleh makromolekul seluler
protein DNA yang dapat berupa ikatan silang (cross-linked). Ikatan protein ini diduga bertanggungjawab atas
terjadinya kekacauan informasi genetik yang bias mengakibatkan mutasi genetik
dan munculnya sel kanker.
Bila gen – gen rusak itu diwariskan,
maka akan terlahir generasi yang cacat gen. International Agency Research on
Cancer (IARC) telah mengklasifikasikannya sebagai karsinogenik golongan 1
(cukup bukti sebagai karsinogen pada manusia), khususnya pada saluran
pernafasan.
Rhodamin B bisa menumpuk di lemak sehingga lama –
kelamaan jumlahnya akan ters bertambah.
Rhodamin B diserap lebih banyak pada saluran pencernaan dan menunjukkan
ikatan protein yang kuat. Kerusakan pada hati tikus terjadi akibat makanan yang
mengandung Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi. Paparan Rhodamin B dalam waktu
yang lama dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.
Kuning metanil dapat menyebabkan muntah, mual,
sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Pada
jangka panjang dapat menyebabkan kanker kandung kemih. Meskipun telah dilarang,
potensi penggunaan yang salah (misuse)
tetap saja terjadi.
Semua itu disebabkan : pertama,
bahan kimia tersebut mudah diperoleh di pasaran. Kedua , harganya relatif
murah. Ketiga, pangan yang mengandung bahan tersebut menampakkan tampilan fisik
menarik. Keempat, tidak menimbulkan efek negatif seketika. Kelima , informasi
bahan berbahaya tersebut relatif terbatas dan pola penggunaannya telah
dipraktekkan turun – temurun.
Untuk itu, sebagai konsumen
hendaknya berhati – hati dan harus mampu mengenali ciri – ciri produk pangan
yang mengandung bahan terlarang. Misalnya, tahu yang mengandung formalin
mempunyai bentuk fisik yang terlampau keras, kenyal namun tidak padat, bau agak
menyengat (bau formalin), tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar (25oC)
dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10oC).
Masyarakat dapat mencari informasi
tentang bahan berbahaya dari berbagai sumber, seperti TV, radio, internet,
media cetak serta melalui penyuluhan. Secara perlahan diharapkan terjadi
perubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu. Sehingga dapat menggugah
kesadaran untuk melakukan pengamanan di lingkungan keluarganya sendiri. Pada
gilirannya akan terbentuk suatu budaya yang menonjolkan prilaku kehidupan yang
aman (safety culture) di tengah masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar