PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Serangga-serangga
fitofagus (atau herbivor) makan tumbuh-tumbuhan dan barangkali jumlahnya banyak
sekali melebihi serangga yang makan lainnya.
Terdapat sangat sedikiit tumbuh-tumbuhan daraat atau air segar yang
tidak dimakan oleh bebrapa serangga, dan serangga-sernagga ini makan dengan
cara-cara yang berbeda dan pada bagian tumbuh-tumbuhan yang berbeda.
Serangga-serangga fitofagus yang makan tanaman yang dimakan manusia seringkali
menyebabkan kerugian ekonomi yang besar (Borror, 1996).
daun kopi diserang hama |
benih tanaman |
Cara makan serangga pengunyah pada
daun-daunan mengakibatkan daun-daun tinggal tulang daun; membuat banyak lubang
disekeliling pinggiran-pinggiran daun
dimakan atau seluruhnya dimakan. Serangga-serangga yang lebih besar makan
sebagian atau seluruh daun. Serangga-serangga yang lebih kecil dimakan diantara
tulang-tulang daun dan menjjadikannya rangka daun; serangga-serangga yang lebih
besar makan sebagian atau seluruh daun. Serangga-serangga yang utama yang
memakan dengan cara ini ialah belalang, larva berbagai kupu-kupu, ngengat,
serangga tersebut secara sempurna dapat mendefolasi daerah-daerah tanaman yang
luas atau hutan (Borror, 1996) .
Serangga-serangga pemakan daun yang
menghisap menghasilkan daun-daun bertotol atau menjadi coklat atau mengeriting
dan menjadi layu. Kerusakan pada tumbuh-tumbuhan disebabkan oleh pengambilan
cairan tumbuhan oleh luka-luka yang nyata jaringan-jaringan tanaman.
Serangga-serangga utama yang makan dengan cara ini adalah serangga sisik,
aphid, peloncat-peloncat daun, peloncat jingkat, dan berbagai hemiptera.
Serangga-serangga sisik biasanya sangat kecil tetapi tetapi dapat ada dalam
jumlah sedemikian banyak (Borror, 1996).
1.2 Permasalahan
Banyak jenis serangga yang ada di permukaan bumi, ada yang aktif pada
siang hari dan ada yang aktif pada malam hari. Ada yang merayap di permukaan
tanah ada juga yang terbang karena memiliki sayap seperti kupu-kupu atau
belalang. Dengan metode pit-fall trap dapat ditaksir hewan apa saja yang aktif
pada permukaan tanah
1.3 Tujuan
percobaan
a. Untuk menaksirkan populasi hewan yang ada di permukaan
tanah
b. Untuk mengetahui keberadaan jenih serangga yang aktif
di permukaan tanah.
c. Untuk mengetahui metode yang tepat digunakan dalam percobaan
1.4 Hipotesis
Adanya beberapa serangga yang ditemukan
di lapangan. Untuk itu digunakan metode Pit-fall Trap untuk memperkirakan populasi serangga yang
aktif di permukaan tanah.
1.5 Manfaat
Adapun
manfaat dari percobaan ini adalah untuk memahami cara kerja metode yang
digunakan untuk memperkirakan populasi hewan dan mengetahui keragaman jenis
serangga pada lokasi.
1.1 Permasalahan
Banyak jenis serangga yang ada di permukaan bumi, ada yang aktif pada
siang hari dan ada yang aktif pada malam hari. Ada yang merayap di permukaan
tanah ada juga yang terbang karena memiliki sayap seperti kupu-kupu atau
belalang. Dengan metode pit-fall trap dapat ditaksir hewan apa saja yang aktif
pada permukaan tanah
1.2 Tujuan
percobaan
a. Untuk menaksirkan populasi hewan yang ada di permukaan
tanah
b. Untuk mengetahui keberadaan jenih serangga yang aktif
di permukaan tanah.
c. Untuk mengetahui metode yang tepat digunakan dalam percobaan
1.3 Hipotesis
Adanya beberapa serangga yang ditemukan
di lapangan. Untuk itu digunakan metode Pit-fall Trap untuk memperkirakan populasi serangga yang
aktif di permukaan tanah.
1.4 Manfaat
Adapun
manfaat dari percobaan ini adalah untuk memahami cara kerja metode yang
digunakan untuk memperkirakan populasi hewan dan mengetahui keragaman jenis
serangga pada lokasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tanah
Tanah sebagai
media pertumbuhan memberikan pengaruh bagi kelangsungan hidup baik bagi
tumbuhan maupun hewan terutama bagi hewan yang hidup di dalam atau permukaan
tanah. Tanah adalah suatu substrat bagi organisme yang di dalamnya berisi
berbagai komponen diantaranya adalah komponen biotis yaitu mikroorganisme serta
komponen abiotikyaitu substansi organik yang berupa materri tumbuhan dan
hewan yang telah mati, akar-akar tanaman
dan tanah itu sendiri. Kelembaban, suhu
udara, kesaraan tanah, kehidupan jasad renik dan fauna tanahsangat berpengaruh
dalam menunjang kehidupan tanaman dan kesuburan tanah. Komponen di dalam tanah
telah diketahui dapat memberikan sumbangan terhadapproses aliran energi dari ekosistem setempat karena kelompok hewan
ini mampu melakukan penghancuran terhadap meteri tumbuhan dan hewan yang telah
mati. Bahan oraganik tanah yang berada dalam proses pelapukan akan menjadi
bahan nutrisi jasad renik dan fauna tanah, sebagai akibatnya bahan ini akan
berubah terus dan tidak mantap serta harus selalu diperbaharui melalui
penambahan sisa tumbuhan atau hewan yang telah mati (Des.W.1995).
1
Simbiosis Mikrobia - Fauna Tanah
Banyak mikrobia
yang telah diketahui dapat hidup secara bersimbiosi dengan fauna(hewan) tanah
yang berada dalam fase larva, seperti Coleopptera, Diptera dan Hymenoptera.
Hubungan ini khususnyayang bersifat permanen, umumnya terbentuk bersama dengan fauna penghuni humus yang
kurang mampu merombak sampah dedaunan yang terdapat di permukaan tanah.
Hubungan ini dapat terjadi sebagian akibat kurangnya nutrisi dalam humus yang
tersedia bagi fauna, sedangkan mikrobia simbiosisnya mampu mensintesis hara
esensial yang tidak tersedia dalam tanah. Sebagai contoh, konsekuensi adanya
hubungan ini, apabila khamir dikeluarkan dari usus atau sel usus sejenis
kumbang, maka fauna akan tumbuh merana hingga vitamin B dan sterol khamir ditambahkan ke dalam ransum makanannya.
Beberapa bakteri usus mempunyai kemampuan untuk mencerna selulosa dan khitin ,
dan hasil perombakannya dapat digunakan oleh fauna inangnya. Adanya mikrobia
usus yang memiliki enzim yang lebih potensial daripada fauna inangnya sudah
diketahui lama, tetapi karena sebagian besar fauna ini berukuran mikro (Kemas,
A , 2005).
2.3 Makrofauna
dan Populasi Hewan Tanah
Bagian terbesar dari populasi
hewan tanah adalah serangga. Kevan (1965) menyatakan bahwa artropoda yang
paling menonjol adalah kelompok Arachnida dan colembola, yang juga cukup
penting adalah kaki seribu (Diplopoda), rayap(Isoptera), larva diptera ,
kumbang dan larvanya(Coleptera) dan semut (hymenoptera). Sebagian besar dari
kelompok hewan ini selain semut rayap dan kumbang hidup di atas permukaan
sampah atau celah-celah di dalam tanah, atau didalam saluran yang disebabkan
oleh akar tumbuhan, cacing tanah dan hewan penggali lainnya. Kebiasaan makan
dari kelompok hewan artropoda ini sangat bervariasi, biasanya memakan bahan
tumbuhan atau hewan yang telah mati. Bentuk artropoda penting karena mempunyai
aktivitas dalam pengangkutan materi dari permukaan tanah ke dalam tanah atau
pembentukan humus dan dalam perbaikan struktur tanah walaupun tidak sebesar
sumbangan yang diberikan oleh cacing tanah (Notohadiprawiro, 1998).
Makrofauna tanah lebih menyukai keadaan lembab
dan masam lemah sampai netral. Makrofauna
mempunyai peran yang sangat beragam di dalam habitatnya. Pada ekosistem
binaan, keberadaannya dapat menguntungkan
dan merugikan bagi sistem budidaya. Dinamika populasi makrofauna tanah tergantung pada faktor
lingkungan yang mendukungnya, baik
berupa sumber makanan, kompetitor, predator maupun kedaan lingkungan fisika
kimianya. Bahan organik tanaman merupakan sumber energi utama bagi kehidupan
biota tanah, khususnya makrofauna tanah(Suin, 1997), sehingga jenis dan komposisi
bahan organik tanaman menentukan kepadatannya(Hakim dkk, 1986).
Bahan organik tanah sangat berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah,
meninngkatkan aktivitas biologi tanah dan meningkatkan ketersediaan hara bagi
tanaman (Notohadiprawiro, 1998).
Arthropoda
merupakan fauna tanah yang macam dan jumlahnya cukup banyak, yang paling
menonjol adalah springtail dan kutu. Fauna ini mempunyai kerangka luar yang
dihubungkan dengan kaki, sebagian besar mempunyai
semacam system peredaran darah dan jantung. Springtail merupakan
serangga yang paling primitif (biasanya tanpa mata dan pigmen) berukuran
panjang <1mm, kkonsumen sisa
tanaman/hewan, kotoran, humus, dan miselia jamur, hidup dalam pori-pori makro
lapisan tanah bawah (Kemas A, 2005).
2.3 Tipe Tanah
Tanah berguna bagi
rayap sebagai tempat hidup dan dapat mengisolasi rayap dari suhu serta
kelembaban yang sangat ekstrim. Keberadaan jenis rayap tertentu dapat
meningkatkan kesuburan tanah karena aktifitas rayap dapat mengubah profil
tanah, mempengaruhi testur tanah dan pendisribusian bahan organik. Rayap hidup
pada tanah tertentu. Namun secara umum rayap lebih menyukai tipe tanah yang
banyak mengandung liat. Serangga ini tida menyukai tipe tanah berpasir karena
tipe tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang rendah hanya beberapa
jenis rayap yang hidup di daerah padang pasir diantaranya adalah Amitermes dan
Psammotermes .Rayap lainnya seperti Trinervitermes hidup pada tanah pasir yang
terbuka dan memiliki sifat semi kering dan basah. Rayap mampu memodifikasi
profil dan sifat kimia tanah sehingga menyebabkan terjadinya perubahan vegetasi
sebagai contoh,di sekitar sarang rayap Macrotermes cenderung lebih banyak
mengandung silika sehingga menyebabkan hanya jenis-jenis tumbuhan tertentu yang
dapat tumbuah di atas sarang rayap tersebut ( Des.W.1995).
Sarang rayap Anoplotermes
paciticus yang terdapat di dalam tanah
dapat dilubangi oleh akar - akar tanaman. Akar - akar tanaman tersebut
dimakan oleh rayap, tetapi tidak menyebabkan tanaman tersebut mati karena
sebagian besar akar yang tidak dimakan oleh rayap dapat menyerap bahan-bahan
organik yang terdapat di dalam sarang rayap (Herawati.2007).
Koloni rayap yang sangat besar
misalnya Macrotermes, di dalam habitat savana dapat memindahkan lebih dari satu
ton vegetasi setiap tahun. Oleh karena itu koloni Macrotermes mampu membuat sarang dan menciptakan kondisi
permukaan tanah yang sangat berbeda. Sarang rayap Macrotermes dapat mencapai
ketinggian lebih dari 10 meter dan berdiri dengan sangat kokoh dan tidak mudah
hancur oleh hujan atau hempasan angin . Sementara itu di daerah gurun vegetasi
dapat bertahan di atas permukaan tanah jika tidak ada serangan
sayap.Heterotermes aureus di gurun arizona dapat mengkomsumsi kayu seberat 78,9
kilogram per hektar per tahun. Serangan rayap banyak delakukan pada pohon mati
setelah hujan turun. Hodotermes di daerah gurun Afrika Selatan berperanan
penting dalam proses siklus nutrien tanah. Di daerah tersebut, pertumbuhan
sangat didukung oleh adanya rayap karena rayap membawa aira ke daerah tumbuh
tumbuhan sehingga ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik
(Herawati.2007).
Peledakan hama serangga satu dari
interasi terbesar yang menakjuban antara tingkat tropik pada bioma ini adalah
dampak yang disebabkan oleh larva Budworn spruce pada pohon-pohon yang
dominan dan tentu saja juga ekosistem secara keseluruhan. Berkurangnya kekuatan
pohon-pohon yang tua membuat pohon-pohon tersebut mudah terserang penyakit dan
diversitas hutan tua yang rendah mempercepat penyebaran di seluruh hutan. Dalam
keadaan yang lembab, teristemewa pada bioma waktu musim panas yang dingin
terjadi ,keberhasilan hidup larva menurun. Taksiran kepadatan populasi
organisme berdasarkan contoh adalah dengan cara menghitung jumlah organisme
yang diteliti dalam satuan unit contoh. Dari seluruh habitatnya diambil sebesar
ukuran tertentu dan organisme yang terdapat dalam contoh tadilah yang dihitung
habitatnya itu merupakan suatu daerah yang luas maka diambillah seluas tertentu
dari daerah itu dihitunglah organisme
yang terdapat di dalamnya. Satuan kepadatan populasi yang didapat dengan cara
ini dinyatakan dalam jumlah per satuan luas
contoh( ekor per luas daerah contoh). Untuk suatu studi yang lebih
serius, diperlukan studi pendahuluan yang lebih khusus pula mengenai bagaimana
desain rancangan pencuplikannya. Aspek- aspek ini sangat tergantung dari tujuan
penelitian dari spesies organisme yang diteliti, jadi tidak ada metode
pencuplikan berlaku secara umum atau universal (McNaaughton,1990).
Di dalam tanah terdapat sekelompok organisme
yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu ekosistem yang saling mempengaruhi
yang terdiri dari mineral, air, udara, bahan-bahan organik dan sejumlah
organisme besar dan kecil semuanya terikat dalam hubungan komunitas yang
kompleks. Tanah sebagai media pertumbuhan memberikan pengaruh bagi kelangsungan
hidup baik bagi tumbuhan maupun hewan, terutama buat hewan-hewan yang hidup di
dalam atau di permukaan tanah. Kelembaban, suhu udara, kesaraan tanah,
kehidupan jasad renik dan fauna tanah sangat berpengaruh dalam menunjang
kehidupan tanaman dan kesuburan. Tanah adalah suatu substrat bagi organisme
yang di dalamnya berisi berbagai komponen diantaranya adalah komponen biotis
yaitu mikroorganisme dan makroorganisme serta komponen abiotik yaitu substansi
organik yang berupa materi tumbuhan dan hewan yang telah mati,akar-akar tanaman
dan tanah itu sendiri (Des W. 1995).
2.4 Komponen Hewan
Tanah
Komponen biotis di dalam tanah telah
diketahui dapat memberikan sumbangan terhadap proses aliran energi dari
ekosistem setempat ,karena kelompo hewan ini mampu melakukan penghancuran
terhadap materi tumbuhan dan hewan yang telah mati. Untuk suatu studi yang lebih serius, diperlukan studi
pendahuluan yang lebih khusus pula mengenai bagaimana desain rancangan
pencuplikannya. Aspek- aspek ini sangat tergantung dari tujuan penelitian dari
spesies organisme yang diteliti, jadi tidak ada metode pencuplikan berlaku
secara umum atau universal. Sejumlah kecil
serangga berbahaya dan menyebabkan kerugian-kerugian yang besar tiap tahun pada
hasil-hasil pertanian dan produk yang disimpan, mereka dapat menularkan
penyakit-penyakit yang secara serius
mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan-hewan lain Bahan organik tanah yang
berada dalam proses pelapukan akan menjadi bahan nutrisi jasad renik dan fauna
tanah,sebagai akibatnya bahan ini akan berubah terus dan mantap serta harus haruselallu diperbaharui
melalui penambahan sisa tumbuhan atau hewan yanhg telah mati (Des.W.1995).
BAB 3
BAHAN
DAN METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pit Fall Trap
dilakukan Sabtu, 03 Oktober 2009, pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai di
Laboratorium Ekologi Umum Kampus FMIPA USU.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan
pada percobaan ini adalah: pacak, parang, botol selai, plastik hitam ukuran
30x30 cm, meteran. Bahan yang digunakan adalah formalin 4 % dan deterjen.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Di Lapangan
Di ukur tanah sepanjang 12 meter. Setiap 1
meter ditandai dengan pacak, kemudian di keruk tanah setinggi botol selai.
Kemudian tancapkan 4 buah pacak dan atasnya ditutup dengan plastik hitam 30x30
cm. Masukkan campuran formalin 4 % dan deterjen secukupnya. Amati setiap
12 jam sekali, dan ganti botol. Kemudian amati 12 jam kemudian.
3.3.1 Di Laboratorium
Semua spesies yang didapat diidentifikasi dan
dihitung jumlahnya di laboratorium.
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan
Pembahasan
4.1.1 Data
Hasil pengamatan Pit
Fall Trap 12 jam pertama (Malam-pagi)
No.
|
Spesies
|
Famili
|
P L
O T
|
jlh
|
||||||||||||
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
|
|
||
1
|
Bufo sp.
|
Bufonidae
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
3
|
|
2.
|
Camponatus
Pennsylvanicus
|
Formicidae
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
2
|
6
|
|
Hasil pengamatan Pit
Fall Trap 12 jam kedua (pagi-sore)
No.
|
Spesies
|
Famili
|
P
L O T
|
Jlh
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
|
|||
1
|
Bufo sp
|
Bufonidae
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
2
|
2
|
Camponatus
Pennsylvanicus
|
Formicidae
|
2
|
1
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
1
|
2
|
2
|
-
|
-
|
10
|
3
|
Allonemobius sp.
|
Gryllidae
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
|
4.1.2 Pembahasan
Dari pengamatan yang
dilakukan pada percobaan Pit Fall Trap dengan dua kali pengamatan maka
diketahui hewan yang masuk jebakan (berhasil dijebak) adalah kelompok semut
dari famili Formicidae yaitu Camponatus Pennsylvanicus ekor dan pada pengamatan kedua (sore)
diperoleh 10 ekor, jadi totalnya 16 ekor. Ditemukan juga Allonemobius sp kelompok laba-laba kecil dari famili
Gryllidae sebanyak tiga ekor hanya pada pengamatan pertama. Disamping dari
kelompok Artropoda ada juga kelompok kodok juga yaitu Bufo sp famili Bufonidae
didapat 3 ekor pada pengamatan pertama
dan 2 ekor pada perlakuan kedua. Totalnya ada 5 ekor.
Semut, Camponatus Pennsylvanicus adalah semut hitam yang besar yang menggali
serentetan lorong-lorong yang saling berhubungan di dalam kayu untuk sarangnya.
Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut
termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut terbagi
atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di
kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur,
yang terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Jenis semut dibagi menjadi
semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni dapat menguasai dan
memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut
kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang
membentuk sebuah kesatuan.(Donald
J.B,1989).
Jangkrik ( Allonemobius sp) famili
Gryllidae adalah serangga yang berkerabat dengan dengan belalang, memiliki
tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik adalah omnivora dikenal dengan suaranya
yang dihgasillkan oleh jangkrik jantan. Jangkrik telah dipelihara manusia sejak
lama. Jangkrik mulai popular dan mulai dilirik oleh para pelku bisnis, karena
jangkrik sekarang memilik nilai ekonomi yang lumayan dari makanan burung hingga
bahan dasar kosmetik. Janngkrik dari famili Gryllidae adalah jenis serangga
yang berkerabat dengan dengan belalang. Serangga mempunyai banyak kepentingan
ada yang secara langsung ada yang tida langsung terhadap kehidupan manusia
(www.decasidadap.blogs.pot.com).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari percobaan Pit Fall Trap ini adalah:
a. Hewan di permukaan tanah yang diperoleh melalui percobaan ini antara lain Camponatus Pennsylvanicus dari kelompok semut hitam, Bufo sp. Dan dari kelompok serangga yaitu Allonemobius sp. Dan jumlah yang paling banyak ditemukan adalah Camponatus yaitu sebanyak 16 ekor, bufo sp. Ada 5 ekor dan yang paling sedikit jumlahnya adalah Alonemobius yaitu hanya 3 ekor saja.
b. Struktur hewan yang aktif di permukaan tanah adalah hewan dari filum Arthropoda dan Amphibia.
5.1.2
Saran
Adapun saran untuk praktikum Pit
Fall Trap ini adalah:
a.
Pada
praktikum selanjutnya sebaiknya dalam penentuan lokasi diusahakan di tempat
yang datar , tidak tergenang air dan tidak ditumbuhi oleh akar tanaman yang
keras dan sulit digali
b.
Sebaiknya setiap prosedur dijalankan dengan baik agar
hasil yang dicapai terwujud
DAFTAR PUSTAKA
Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: ITB. Hal:
47-82
Irwan, Z. O.1990. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem,
Komunitas, Dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 85-90
Mcnaughton & Wolf.1990. Ekologi Umum. Edisi
2.Yogyakarta:UGM-Press. Hal: 95, 665-667
Resosoedarmo, R. S.1989. Pengantar Ekologi. PT.Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Hal: 69-74
Sastrodinoto,S.1980.
Biologi Umum II. Jakarta: PT. Gramedia. Hal: 52-57
Supriharyono.2002.
Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir
Tropis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal: 9-10
Thompson,W.R.2002. Charles Darwin The Origin Of Species.
Yogyakarta: U Press. Hal: 91
LAMPIRAN
Perhitungan
a.
Kepadatan (K) = Jumlah individu dari suatu spesies
K Camponatus = 16/10 = 1,6
K Bufo
= 5/3= 1,7
K Allonemobius = 3/3 = 1
b.
Kepadatan Relatif (KR) = Kepadatan dari satu spesies x
100%
Total
K
KR Camponatus = (1,6/4,3) x 100% = 37,2 %
KR Bufo = (1,7/4,3) x 100% = 39,5 %
KR Allonemobius = (1/4,3) x 100%= 23,2
c.
Frekuensi Kepadatan (FR) = jumlah plot yang ditempati suatu spesies x 100%
jumlah
plot
FK Camponatus = (6/12) x 100% = 50%
FK
Bufo = (4/12) x 100% = 33%
FK Allonemobius = (3/12) x100% = 25 %
d.
Nilai Indeks keseragaman ( H’)
H’ = -∑Pi ln Pi
Pi = jumlah individu sejenis pada tiap
plot
Jumlah total individu tiap plot
Pi Camponatus = 16/24 =0,77
Pi
Bufo = 5/24 = 0,2
Pi Allonemobius = 3/24 =0,125
H’= -∑Pi ln Pi
= -∑ (Pi ln Pi) Camponatus + (pi ln pi)
Bufo + (pi ln pi) Allonemobius
= 0,728
e.
Indeks keseragaman (E)
E = H’
Hmax
Hmax = ln jumlah spesies yang ditemukan
= ln 3= 0,1098
E
= 0,728 =
0,713
0,1098
pagiku datang.. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar