PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mamalogi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai
mamalia. Ilmu ini telah banyak dipelajari oleh berbagai pihak dan saat ini
telah sangat berkembang. Cirinya yang banyak memiliki kemiripan dengan manusia
dapat dijadikan salah satu alasan mengapa ilmu ini dapat berkembang. Selain
itu, mamalia juga memiliki peranan yang berarti bagi kehidupan ini. Saat
memulai untuk ingin belajar mengenai Mamalia, banyak hal yang harus dipelajari,
antara lain mengenai pengertian dari mamalia itu sendiri, teknis-teknis
pengamatan, serta bagaimana untuk mengidentifikasi jenis-jenis mamalia. Mamalia
adalah pemakan daging (karnivora), pemakan tumbuhan (herbivora) atau memakan
keduanya (omnivora). Langkah yang paling
utama dari pencernaannya walaupun ada beberapa catatan pentingnya. Mulut dan
gigi membuat beberapa nakanan menjadi bentuk potongan, herbivora dan karnivora
sering mencernakan makanannya lebih baik dari karnivora (Knut, 1960).
Keanekaragaman hayati atau biological
diversity (biodiversity) adalah seluruh keanekaan bentuk kehidupan
di muka bumi ini, beserta interaksinya.
Keanekaragaman tersebut akan semakin bertambah dengan dilakukannya
kegiatan-kegiatan penelitian baik di lapangan ataupun di dalam laboratorium.
Diketahuinya jenis-jenis hayati yang terdapat dalam suatu kawasan, akan dapat
memberi manfaat dalam pengambilan kebijakan pengelolaan kawasan konservasi.
Jenis-jenis dari klas mamalia merupakan salah satu dari keanekaragaman hayati
yang terdapat di Indonesia. Populasi mamalia yang terdapat di Indonesia
merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan negara yang lain. Keanekaragaman
jenis mamalia yang terdapat di Indonesia ada kurang lebih sebanyak 701 jenis
(Suyanto, 2002).
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Dasar-Dasar Pengamatan Mamalia
Mamalia merupakan salah satu dari kelas
vertebrata yang memiliki sifat homoitherm
(berdarah panas). Ciri khas
mamalia, yakni mempunyai kelenjar susu, melahirkan anak serta memiliki rambut.
Berdasarkan ukurannya, mamalia dibagi menjadi dua, yakni mamalia besar dan
mamalia kecil. International Biological Program mendefinisikan mamalia besar
sebagai jenis-jenis mamalia yang memiliki ukuran berat badan dewasa >
5Kg, sedangkan mamalia kecil dengan ukuran berat badan dewasa < 5Kg.
Jenis-jenis mamalia besar, dicontohkan sebagai berikut: rusa, harimau, dan kerbau air. Mamalia kecil, antara lain tikus,
bajing, dan kelelawar. Dalam pemanfaatan waktu aktivitas, mamalia dibagi
menjadi mamalia diurnal dan mamalia nokturnal. Mamalia diurnal merupakan
jenis-jenis mamalia yang melakukan aktivitasnya pada pagi dan sore hari,
seperti orangutan, rusa, dan beberapa jenis bajing. Mamalia nokturnal merupakan
jenis-jenis mamalia yang melakukan aktivitasnya mulai menjelang malam hari
hingga menjelang pagi hari, seperti kelelawar, tenggalung malaya, serta musang.
Selain itu, terdapat juga jenis-jenis yang beraktivitas sepanjang hari seperti
babi hutan (Payne, 2000).
2.2
Pencernaan Mamalia
Mamalia adalah pemakan
daging (karnivora), pemakan tumbuhan (herbivora) atau memakan keduanya
(omnivora). Langkah yang paling utama
dari pencernaannya walaupun ada beberapa catatan pentingnya. Herbivora lebih
baik dalam mencerna makanan dibandingkan hewan karnivora. Makanan yang kering
tidak dapat ditelan sebelum dicampur dengan kelenjar ludah, yang disekresikan
oleh kelenjar ludah. Air
BAB
3
BAHAN
DAN METODE
3.1 Waktu
dan Tempat
Praktikum
Pengamatan Mamalia ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 31 Oktober 2009 pukul 11.00 WIB sampai dengan
16.00 WIB di Hutan Jagawana, Kawasan Gunung Sibayak II, Desa Derek, Kecamatan
Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada pengamatan satwa mamalia
ini adalah kompas, teropong, kamera,
GPS, alat tulis, Notebook, dan buku identifikasi mamalia.
3.3 Prosedur Pengamatan Langsung
3.3.1 Di lapangan
Adapun metode yang
digunakan dalam pengamatan mamalia ini
adalah metode jelajah, metode betting dan Informasi dari masyarakat.
- Untuk metode jelajah yang dilakukan adalah mengenal
langsung tanda-tanda kehadiran satwa melalui jejak (tapak kaki), kotoran,
pengamatan langsung dan ada juga melalui informasi dari
masyarakat. Setiap hasil pengamatan baik itu objek
langsung maupun tanda-tanda dari kehadiran satwa yang
didapat di lapangan
diambil gambarnya menggunakan kamera.
- metode betting
digunakan untuk menjebak hewan mamalia melalui jebakan yang
diperlakukan di daerah di mana
kemungkinan mamalia yang akan dijebak itu sering dijumpai. Langkah
kerja yang dilakukan adalah: dibuat sebanyak 18 perangkap
jebak yang dilengkapi dengan makanan yang
dianggap adalah makanan hewan yang akan
dijebak. Ke dalam setiap perangkap tersebut dimasukkan pisang,
pepaya atau ikan asin untuk mengundang
datangnya hewan yang akan dijebak, di letakkan di
sekitar lokasi penagamatan dengan jarak kira-kira 5 meter.
Dibiarkan semalaman untuk membiarkan hewan
masuk. Dan dilakukan pengulangan pada hari berikutnya
untuk melihat perbedaaan hasil hewan yang terperangkap.
- Informasi
Masyarakat
Pengamatan mamalia ini juga
dilakukan dengan mencari sumber informasi. Sumber
informsi tersebut diperoleh dari masyarakat setempat
yang telah memahami seluk beluk hutan Jagawana tempat
pengamatan berlangsung. Pengamat dapat bertanya secara
langsung dan narasumber menjawab dan ada kalanya narasumber memberitahu
secara langsung.
3.1.2
Di Laboratorium
Spesies mamalia yang telah diamati dan diketahui
ciri-cirinya diidentifikasi di laboraorium dengan menggunakan buku identifikasi
mamalia.
1.2 Permasalahan
Mamalia
yang merupakan suatu kelas organisme yang tersebar di daratan (teresterial)
maupun di pohon (arboreal) memilki keanekaragaman yang masih belum diketahui
jenisnya.
1.3 Tujuan percobaan
Adapun tujuan diadakannya
pengamatan mamalia antara lain:
- untuk mengetahui jenis mamalia yang diperoleh
melalui metode jelajah, pengamatan langsung, informasi
masyarakat dan metode betting
- untuk mengetahui family dan ordo dari setiap anggota
mamalia yang ditemui
- untuk mengetahui ciri-ciri setiap jenis mamalia yang
ditemui
1.4 Hipotesa
Diketahui
ada beberapa satwa mamalia di sekitar lokasi praktikum. Dengan demikian
diperlukan adanya suatu pengamatan dengan menggunakan metode jelajah untuk
mamalia yang hidup arboreal (di pohon) atau mamalia besar yang teresterial dan metode betting untuk mengamati mamalia
kecil yang teresterial juga.
1.5 Manfaat
Diharapkan
dengan diadakannya praktikum pengamatan mamalia ini dapat menambah wawasan
mahasiswa biologi stambuk 2008 dan sebagai sumber informasi bagi instansi
terkait tentang keberadaan jenis, ciri-ciri dan tingkah laku dari mamalia yang
digunakan sebagai dasar pengelompokannya.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Dasar-Dasar Pengamatan Mamalia
Mamalia merupakan salah satu dari kelas
vertebrata yang memiliki sifat homoitherm (berdarah panas). Ciri khas mamalia, yakni mempunyai
kelenjar susu, melahirkan anak serta memiliki rambut. Berdasarkan ukurannya,
mamalia dibagi menjadi dua, yakni mamalia besar dan mamalia kecil.
International Biological Program mendefinisikan mamalia besar sebagai
jenis-jenis mamalia yang memiliki ukuran berat badan dewasa > 5Kg,
sedangkan mamalia kecil dengan ukuran berat badan dewasa < 5Kg. Jenis-jenis
mamalia besar, dicontohkan sebagai berikut: rusa, harimau, dan kerbau air. Mamalia kecil, antara lain tikus,
bajing, dan kelelawar. Dalam pemanfaatan waktu aktivitas, mamalia dibagi
menjadi mamalia diurnal dan mamalia nokturnal. Mamalia diurnal merupakan
jenis-jenis mamalia yang melakukan aktivitasnya pada pagi dan sore hari,
seperti orangutan, rusa, dan beberapa jenis bajing. Mamalia nokturnal merupakan
jenis-jenis mamalia yang melakukan aktivitasnya mulai menjelang malam hari
hingga menjelang pagi hari, seperti kelelawar, tenggalung malaya, serta musang.
Selain itu, terdapat juga jenis-jenis yang beraktivitas sepanjang hari seperti
babi hutan (Payne, 2000).
2.2
Pencernaan Mamalia
Mamalia adalah pemakan
daging(karnivora), pemakan tumbuhan (herbivora) atau memakan keduanya
(omnivora). Langkah yang paling utama
dari pencernaannya walaupun ada beberapa catatan pentingnya. Makanan yang
kering tidak dapat ditelan sebelum dicampur dengan kelenjar ludah, yang
disekresikan oleh kelenjar ludah. Air ludah (saliva) mengandung air, sejumlah
garam dan protein dan enzim pencernaan, amylase yang bekerja pada tepung
(namanya diturunkan dari kata latin amilum). Optimum pH amylase adalah
netral, dan nilai normal dari pH air
ludah (Knut, 1960).
Perut menyediakan reservoir bagi makanan sebaik untuk
pencernaan. Kelenjar pada dindinnya akan mensekresikan pemecahan protein atau
proteolitik, enzim, pepsin dan asam
hidroklorik pada konsentrasi kira-kira 0,5. Optimum pH pepsin kira-kira 2, dan
sementara itu enzim bekerja pada asam lambung. Ketika makanan masuk dan
berkontak langsung dengan asam, kelenjar amilase tidak aktif, dan pencernaan
tepung akan berhenti, dengan demikian satu-satunya yang terpenting dalam
pencernaan adalah proteolitik. Asam kuat juga sebagai inhibitor pertumbuhan
bakteri, yang akan tetap ada selama beberapa jam makanan berada di dalam
lambung (Knut, 1960).
2.3 Penggolongan Mamalia
Berdasarkan
habitatnya, mamalia dapat dibedakan menjadi dua, yakni mamalia darat dan
mamalia laut. Mamalia darat merupakan mamalia yang sebagian besar aktivitasnya
dilakukan di darat, sedangkan mamalia laut melakukan aktivitasnya sebagian
besar di laut. Contoh dari mamalia darat, yakni monyet-ekor panjang, macan
tutul, tikus, serta kuda. Mamalia laut, antara lain pesut, dugong, dan paus.
Dalam pemanfaatan strata tegakan hutan, mamalia diklasifikasikan menjadi dua,
yakni mamalia arboreal dan mamalia terestrial. Mamalia arboreal merupakan
jenis-jenis mamalia yang banyak menghabiskan waktu aktivitasnya pada strata
yang tinggi, sedangkan mamalia terestrial merupakan jenis-jenis mamalia yang
menghabiskan waktu aktivitasnya pada lantai hutan atau strata terbawah.
Jenis-jenis yang merupakan mamalia arboreal, antara lain monyet, kelelawar,
bajing, serta beberapa jenis dari suku Felidae. Bagi jenis-jenis mamalia
terestrial, antara lain kijang, gajah, dan badak (Payne, 2000).
Setiap elemen
kehidupan tentunya memiliki peranan yang dapat memberikan kontribusi yang
positif bagi lingkungannya. Mamalia memiliki peranan yang penting dalam
kelestarian ekosistem hutan. Peranan mamalia antara lain sebagai penyubur
tanah, penyerbuk bunga, pemencar biji, serta pengendali hama secara biologi.
Selain peranannya secara ekologis, mamalia juga memiliki peranan dalam bidang
kesehatan, ekonomi, serta estetika (Suyanto, 2002).
2.3.1 Ordo Chiroptera
Bangsa ini
dicirikan oleh adanya selaput kulit yang menghubungkan jari-jari dan
pergelangan kaki depan yang memanjang. Bangsa Chiroptera yang memiliki anggota
berupa jenis-jenis kelelawar dikenal sebagai volant-mammal, yakni mamalia yang dapat
terbang. Berdasarkan pemanfaatan waktu aktivitasnya, bangsa ini tergolong
mamalia nokturnal. Bangsa chiroptera dibagi menjadi kelelawar pemakan buah dan
kelelawar pemakan serangga. Jenis-jenis kelelawar sulit diidentifikasi sampai
tingkat jenis, kecuali bila ditangkap dan diperiksa dari dekat (Payne et al.
2000). Dikatakan lebih lagi bahwa dalam genggaman tangan, sebagian besar jenis
dapat dibedakan berdasarkan sifat dan ukuran yang mudah dilihat, tetapi
warnanya agak bervariasi dan terkadang perlu memeriksa tengkorak atau susunan
gigi untuk memastikan jenisnya (Shigeki, 1990).
2.3.2 Ordo Rodentia
Bangsa rodentia
dapat dikenali melalui susunan giginya; gigi serinya besar, bengkok serta
berbentuk seperti pahat pada rahang atas dan bawah, gigi taringnya tidak ada. Bangsa rodentia dibagi menjadi kelompok-kelompok
jenis, yakni kelompok tikus, bajing, dan landak. Kelompok jenis-jenis tikus
atau suku muridae memiliki jumlah jenis yang terbanyak dibandingkan suku-suku
dari klas mamalia yang lain. Bangsa rodentia umumnya memiliki jenis-jenis yang
bersifat nokturnal, sedangkan hanya sebagaian kecil saja yang bersifat diurnal
antara lain dari beberapa jenis-jenis bajing (Payne, 2002).
Jenis-jenis dari
bangsa rodentia dapat ditemukan pada kondisi kawasan hutan yang masih bagus
ataupun yang telah mengalami perubahan fungsi hutan. Kemampuannya dalam
beradaptasi menyebabkan jenis-jenis ini dapat bertahan hidup dalam kondisi
apapun. Bahkan beberapa jenis tikus yang terdapat di rumah, dapat memakan
beberapa barang yang terbuat dari kayu atau kain. Selain itu, saat mengalami kekurangan
makanan, jenis-jenis ini akan memakan temannya sendiri (Primack, 2005).
2.3.3 Ordo Primata
Bangsa
primata dicirikan dengan jari yang sudah pentadactyla yang artinya
masing-masing kaki sudah memiliki lima buah jari dan sudah memiliki kuku yang
tumbuh mendatar, tidak melengkung ke bawah dan runcing seperti cakar. Bangsa
primata merupakan mamalia yang banyak melakukan aktivitasnya pada tajuk-tajuk
pohon (arboreal). Namun, beberapa jenis ada juga yang terkadang beraktivitas
pada lantai hutan. Menyatakan.
Primata memiliki peran besar dalam ekologi hutan, yaitu sebagai pemencar biji (Primack, 2005).
Umumnya
jenis-jenis primata termasuk ke dalam satwa diurnal yang diwakilkan oleh
suku-suku cercopithecidae, hylobatidae, dan pongidae. Sebaliknya, beberapa
jenis yang termasuk ke dalam suku lorisidae dan tarsiidae merupakan jenis-jenis
yang bersifat nokturnal. Jenis-jenis nokturnal memiliki sumber pakan utama
berupa serangga, sedangkan jenis-jenis diurnal memakan daun dan buah (Shigeki, 1990).
Terdapat jenis
primata yang membangun sarangnya untuk tinggal di atas pohon, yakni orangutan.
Satwa ini membangun sarangnya pada cabang-cabang pohon yang berukuran besar dan
dekat dengan sumber pakannya. Indonesia merupakan negara yang memliki
keanekaragaman hayati yang tinggi dengan menduduki peringkat kedua setelah
Brazil. Beberapa jenis, seperti siamang, lutung simpai, lutung budeng, dan
monyet-ekor panjang tidak membangun sarang untuk beristirahat. Diketahuinya
jenis-jenis hayati yang terdapat dalam suatu kawasan, akan dapat memberi
manfaat dalam pengambilan kebijakan pengelolaan kawasan konservasi. Jenis-jenis
dari kelas mamalia merupakan salah satu dari keanekaragaman hayati yang
terdapat di Indonesia (Suyanto,
2002).
2.3.4 Ordo Carnivora
Bangsa carnivora
merupakan bagian dari klas mamalia yang memiliki gigi yang besar dan tajam.
Bangsa ini umumnya memiliki sumber pakan berupa daging. Namun, beberapa jenis
bangsa carnivora juga memiliki makanan utama berupa buah-buahan seperti musang.
Peranan bangsa carnivora yang memiliki sifat karnivora (sebagai pemakan daging)
cukup besar dalam dunia ekologi. Karnivora
merupakan elemen yang penting pada komunitas satwaliar. Hilangnya jenis-jenis
satwa karnivora akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi hewan-hewan
herbivora ataupun sumber pakan satwa karnivora (Primack, 2005).
Umumnya bangsa karnivora
dalam melakukan aktivitasnya bersifat nokturnal. Jenis-jenis dari bangsa karnivora
cukup sulit ditemukan pada saat sedang pengamatan. Hal tersebut dapat
disebabkan penciuman dan kepekaan yang tinggi terhadap keberadaan manusia
(BAPPENAS, 2003).
Secara garis besar pengamatan mamalia,
memiliki dua teknik pengamatan yakni teknik bergerak dan teknik diam. Dua
teknik ini yang pada akhirnya berkembang menjadi beberapa metode pengamatan.
Pada umumnya, teknik pengamatan lebih banyak digunakan khususnya pada kondisi
kawasan hutan yang memiliki vegetasi yang rapat dan jenis mamalia yang bergerak
soliter (sendiri). Namun, teknik pengamatan diam akan lebih bermanfaat bagi
jenis-jenis mamalia yang memiliki kebiasaan berkumpul pada kawasan terbuka baik
untuk minum ataupun makan pada padang rumput. Pada kesempatan ini akan coba
dijelaskan beberapa mengenai metode garis transek yang merupakan bentuk dari
teknik pengamatan bergerak dan metode concentration count dari teknik pengamatan
diam (BAPPENAS, 2003).
Dalam melakukan
pengamatan mamalia, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan. Kesiapan diri
baik mental dan fisik merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan untuk
memulai melakukan pengamatan. Seorang
pengamat, dapat mencatat setaip jenis mamalia yang teramati walau sejauh jarak
apapun sesuai dengan kemampuan jarak pandang masing-masing pengamat. Jenis-jenis dari kelas mamalia merupakan salah satu
keanekaragaman hayati di Indonesia (Knut, 1960)
BAB
3
BAHAN
DAN METODE
3.2 Waktu
dan Tempat
Praktikum
Pengamatan Mamalia ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 31 Oktober 2009 pukul 11.00 WIB sampai dengan
16.00 WIB di Hutan Jagawana, Kawasan Gunung Sibayak II, Desa Derek, Kecamatan
Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada pengamatan satwa mamalia
ini adalah kompas, teropong, kamera,
GPS, alat tulis, Notebook, dan buku identifikasi mamalia.
3.4 Prosedur Pengamatan Langsung
3.3.1 Di lapangan
Adapun metode yang
digunakan dalam pengamatan mamalia ini
adalah metode jelajah, metode betting dan Informasi dari masyarakat.
- Untuk metode jelajah yang dilakukan adalah mengenal
langsung tanda-tanda kehadiran satwa melalui jejak (tapak kaki), kotoran,
pengamatan langsung dan ada juga melalui informasi dari
masyarakat. Setiap hasil pengamatan baik itu objek langsung
maupun tanda-tanda dari kehadiran satwa yang didapat di lapangan diambil gambarnya
menggunakan kamera.
- metode betting
digunakan untuk menjebak hewan mamalia melalui jebakan yang
diperlakukan di daerah di mana
kemungkinan mamalia yang akan dijebak itu sering dijumpai. Langkah
kerja yang dilakukan adalah: dibuat sebanyak 18 perangkap jebak
yang dilengkapi dengan makanan yang dianggap adalah makanan hewan yang
akan dijebak. Ke dalam setiap perangkap tersebut dimasukkan pisang,
pepaya atau ikan asin untuk mengundang
datangnya hewan yang akan dijebak, di letakkan di
sekitar lokasi penagamatan dengan jarak kira-kira 5 meter.
Dibiarkan semalaman untuk membiarkan hewan
masuk. Dan dilakukan pengulangan pada hari berikutnya
untuk melihat perbedaaan hasil hewan yang terperangkap.
- Informasi
Masyarakat
Pengamatan mamalia ini juga
dilakukan dengan mencari sumber informasi. Sumber informsi
tersebut diperoleh dari masyarakat setempat yang telah memahami seluk beluk
hutan Jagawana tempat pengamatan berlangsung. Pengamat dapat bertanya secara
langsung dan narasumber menjawab dan ada kalanya narasumber memberitahu
secara langsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar