LEBIH BAIK PAHIT TAPI SEMBUH DARIPADA MANIS TAPI SAKIT
Yer 17-19; 2 Kor 3 , 31 Agustus 2023
Ayat Firman Tuhan diatas mengimpresi saya pribadi ketika membaca 2 Samuel 12, ketika Daud ditegur oleh Nabi Natan mengenai dosa yang diperbuatnya. Teguran Nabi Natan secara terang-terangan, bukan 4 mata, tentu secara manusiawi pasti Daud malunya minta ampun, seperti orang yang ditelanjangi didepan umum. Namun, apa yang terjadi setelah itu ? Daud menyesal dan bertobat.
Diteguhkan kembali dengan pengalaman pribadi saya dengan putri sulung saya. Saat itu, kami sedang jalan ke mall, dan tiba di sebuah gerai kacamata. Putri saya mau mengganti kaca matanya. Saya sedikit lelah menemani dia pilih-pilih tapi belum ada yang cocok dengan seleranya. Saya pun duduk, dan membiarkan dia memilih-milih. Saya melihat sales toko kacamata itu berusaha menunjukkan kacamata-kacamata kepada putri saya, tapi tampaknya putri saya tidak terlalu merespon dengan baik. Saya memperhatikan, berharap dia peka dan sadar akan kesalahannya. Ternyata tidak ! Putri saya menjawab sales kacamata tersebut memang wajahnya tersenyum tapi nada bicaranya kurang pas. Singkat cerita, putri saya sudah memilih dan membayar, kami pun keluar dari toko tersebut.
Lalu, tidak pakai tunda saya menegur putri saya. “Kamu ini kenapa sih, ditanya orang jawabnya ketus.” Putri saya membantah, bahwa tidak ada apa-apa. Saya timpali, “Tidak, kamu tadi tidak tulus menjawab. “Putri saya terdiam. Tiba-tiba dia berbalik. Saya bertanya mau kemana ? Dia jawab, “Mau ke toko kacamata tadi, mau minta maaf sama mbaknya.” Saya biarkan dia kembali ke toko kacamata tadi dan melakukan apa yang harus ia lakukan.
Darisini kita belajar, kadang teguran yang nyata itu pahit, tidak enak didengar telinga kita, seolah mempermalukan kita, namun itu membawa kebaikan buat kita, itu akan membawa perubahan dalam hidup kita. Orang sakit minum obat yang pahit untuk apa ? Supaya dia sembuh. Orang yang berbuat dosa, melakukan kesalahan, kadang ditemplak dengan Firman Tuhan yang keras bukan untuk mempermalukan dirinya, tetapi untuk menginsafkan dirinya supaya sadar, menyesal, dan bertobat.
Kalau seseorang sayang dengan jiwa kita, maka ia akan terang-terangan menasihati kita, menegur kita, memberi tahu salah kita, supaya kita segera memperbaikinya, berbeda dengan orang yang “berkedok sayang” dengan kita. Kita mau salah, kita mau tersandung, kita mau nyemplung di lumpur sekalipun, tidak akan berkomentar. Malah mungkin akan membiarkan kita. Bisa jadi karena segan, tidak enakan, takut kehilangan teman, takut dijauhi, dan lain lain. Namun tahukah, bahwa hal itu sama dengan membunuh jiwa seseorang secara perlahan tapi pasti. Seperti orang yang kena diabet, dicekoki yang manis terus-menerus, perlahan tapi pasti sakitnya membawa kematian.
Nah, mana yang kita pilih ? Lebih baik pahit tapi sembuh atau manis tapi sakit ? Mengucap syukur, kalau kita masih ditegur, dan dinasihati, artinya kita dikasihi dan diperhatikan. (LA)
Questions :
1. Bagaimana seharusnya kita berespon ketika ditegur ?
2. Apa bukti kita ini dikasihi oleh Tuhan dan sesama ?
Values :
Integritas adalah karakter yang menunjukkan keotentikan seorang warga kerajaan, didepan maupun dibelakang adalah pribadi yang sama
Teguran yang nyata karena kasih, akan membawa perubahan. Sebaliknya, ucapan yang manis penuh maksud terselubung membawa kepada kehancuran.
“Lebih baik teguran yang nyata daripada kasih yang tersembunyi (Amsal 27:5)”