SUARA KAUM PAPA
Markus 10:32-52, 30 Juni 2025
Berita utama surat kabar beberapa bulan lalu memberi judul “Kehilangan Besar Bagi Dunia”, yang memuat kabar wafatnya seorang tokoh pendorong perdamaian yang rendah hati, setelah Vatikan mengumumkan bahwa Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin pagi. Beliau dikenal sebagai Paus bagi kaum papa dan mereka yang terpinggirkan, karena kepeduliaan dan perjuangannya yang besar terhadap krisis migran, kaum miskin, para pengungsi, serta kelestarian alam. Orang-orang yang terpinggirkan ini tergambar dalam bentuk patung perahu berisi para pengungsi yang diberi nama Angels Unwares, dan dipasang di Alun-Alun Santo Petrus. Kaum tak berdaya dan rendah inilah yang menjadi inti dalam nyanyian pujian Maria kepada Tuhan (Lukas 1:52), ketika ia merayakan keadilan dan pembelaan Tuhan terhadap mereka yang oleh dunia dianggap hina dan tidak memiliki akses terhadap kekuasaan. Ironisnya, kaum papa ini justru kerap menjadi korban penindasan dan pelecehan dari orang-orang berpengaruh yang seharusnya melindungi dan menolong mereka.
Karena itu, orang percaya tidak hanya perlu menjawab seruan almarhum Paus dalam nasihat apostoliknya Laudato Si atau pun Laodate Deum, yang berisi ajakan untuk lebih peduli terhadap orang miskin dan lingkungan, namun juga melanjutkannya dengan aksi kolektif meninggikan yang rendah lewat tindakan nyata, karena Tuhan sudah memerintahkan warga Kerajaan untuk mengasihi sesama (Matius 22:39) dan menunjukkan kasih kita dalam hal saling membantu (Efesus 4:2), lewat beberapa langkah praktis yang bisa diterapkan dalam musim meratakan gunung dan bukit ini.
Nyanyian pujian Maria meninggikan Allah yang memperhatikan kaum miskin dan tertindas, orang percaya pun dapat melakukannya dengan membantu mereka yang terabaikan dalam masyarakat, lewat mempromosikan keadilan sosial ekonomi, persamaan hak, atau bekerja dengan organisasi sosial. Magnificat Maria juga menunjukkan keruntuhan kekuasaan dunia, hal ini pun dapat terjadi di masyarakat modern ketika sistem diskriminasi sosial, ekonomi bahkan pendidikan, dilucuti dan digantikan dengan budaya solidaritas Kerajaan Allah.
Hal lain yang dapat diterapkan adalah mempromosikan inklusivitas dan persamaan derajat dalam komunitas tanpa membedakan latar belakang maupun status sosial, karena Tuhan memerintahkan mengamalkan iman kita tanpa memandang muka (Yakobus 2:1). Meninggikan kaum yang dianggap rendah dalam nyanyian itu berarti melawan nilai-nilai dunia tentang kekayaan, kekuasaan dan status sosial, dan mengutamakan nilai Kerajaan Allah, yakni kerendahan hati, keadilan dan belas kasihan Allah yang meninggikan kaum tertindas secara fisik maupun spiritual. (YL)
Questions :
1. Cara apakah yang bisa diterapkan oleh kaum terpinggirkan untuk memperoleh pertolongan ?
2. Bagaimanakah cara mematahkan adagium “orang miskin jangan melawan orang kaya, dan orang kaya jangan melawan pejabat” ?
Values :
Orang rendah hati yang sering terabaikan oleh dunia justru dihargai Tuhan.
“Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang bertindak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong (Mazmur 22:12)”
Oleh karena penindasan terhadap orang-orang yang lemah, oleh karena keluhan orang-orang miskin, sekarang juga Aku bangkit, firman Tuhan (Mazmur 12:5).


















