Dibawah ini adalah sebuah cerita kisah yang mengajak anda untuk merenung/berpikir tentang diri. Mari kita membacanya.
MENOMBOKI PENAWARAN
Seorang anak lelaki datang ke lelang sepeda yang diselenggarakan di kantor polisi. Sepeda-sepeda yang dilelang adalah yang ditemukan di jalan dan tidak ada yang dating untuk mengakuinya sebagai pemilik. Setiap kali juru lelang membuka penawaran yang baru, anak itu berkata, “Saya menawar satu dolar, Pak.” Tetapi ada orang yang menawar lebih tinggi, sehingga akhirnya setiap sepeda yang dilelang jatuh ke tangan orang yang menawar dengan harga tertinggi. Dan setiap kali, anak itu selalu ikut menawar satu dolar. Ketika sepeda terakhir yang akan dilelang dibawa ke depan, anak itu berseru,” Saya menawar satu dolar, Pak.” Penawaran naik terus dan akhirnya juru lelang mengetukkan palu pada tawaran harga Sembilan dolar. Ia menunjuk ke arah anak lelaki itu yang duduk di barisan paling depan, sebagai isyarat bahwa anak itulah pemenangnya.
Kemudian juru lelang merogoh sakunya, mengambil uang sebanyak delapan dolar dan meletakkannya di atas meja. Anak itu maju, meletakkan satu dolarnya dalam bentuk recehan di samping delapan dolar tadi, mengambil sepeda barunya lalu berbalik hendak keluar. Tiba-tiba diletakkannya sepeda, lalu berbalik dan lari mendatangi juru lelang. Dirangkulnya orang itu lalu ia menangis.
(By: Elper Featherstone, Dari Buku A Cup Of Chicken Soup For The Soul ^^)
Kata-kata sederhana
Bunga yang segar merupakan sesuatu yang indah. Saya mempunyai kebiasaan memetik mawar dan memberikan sebuket atau setangkai yang berbentuk sempurna kepada salah seorang tetangga, teman, atau kerabat. Pada suatu pagi saya memetik sekuntum mawar bertangkai panjang yang indah dan wangi untuk saya sendiri. Sementara saya sedang berpikir tentang betapa menyenangkan mawar-mawar itu bagi saya untuk dinikmati, ada suara tenang dan lembut di luar diri saya yang mengatakan berikan kepada temanmu.
Saya langsung masuk ke rumah dan menata kuntum mawar itu dalam sebuah vas. Lalu saya menuliskan pesan sesingkat mungkin.. Untuk temanku. Saya menyeberang jalan ke rumah tetangga yang merupakan salah seorang sahabat karib saya, dan meletakkan karangan bunga itu di depan pintu rumahnya. Siangnya sahabat saya itu menelepon untuk mengucapkan terima kasih. Katanya, karangan bunga itu benar-benar merupakan karunia. Larut malam sebelumnya ia bertengkar dengan salah seorang anaknya. Kaum remaja kadang-kadang bias kejam, tidak memperdulikan perasaan orang lain. Anaknya itu berkata kepadanya, “Kau tidak punya teman”.
Jadi tetangga saya itu benar-benar terkejut dan sekaligus merasa bahagia ketika ia hendak pergi bekerja pagi itu dan menemukan bukan saja karunia berupa karangan bunga indah, tetapi yang paling utama adalah secarik kertas kecil dengan pesan sederhana yang berbunyi, “Untuk temanku”.
Gambar : True Freind |
(By: Roberta Tremblay, Dari Buku A Cup Of Chicken Soup For The Soul ^^)
Sudahkah yang terbaik yang aku berikan dan apakah segalanya telah aku kerjakan dengan sungguh-sungguh apa yang telah dipercayakan kepadaku ?
Tuhan memberkati..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar