GAHARU SI
“EMAS HITAM”
(By : Adi
Saptono)
“Tongkat
kayu pun menjadi tanaman”, itu salah satu bait nyanyian yang menggambarkan
betapa suburnya Indonesia ini. Namun sebagai negeri tersubur di dunia ternyata
sampai saat ini kita belum menjadi tuan di negeri sendiri. Pengelolaan tanah
kita sebagian besar dikuasai pihak luar, sudah saatnya kita harus berkaca pada
negara tetangga kita yang sudah mulai bangkit menjadi negara maju. Saatnya kita
bangkit membangun negara tercinta ini dengan apapun yang kita bisa.
Gaharu
adalah produk damar wangi berupa oleoresin yang dihasilkan pohon penghasil
gaharu yang memiliki aroma yang khas bila dibakar. Masyarakat Bangka Belitung
mengenal tanaman gaharu dengan beberapa nama yaitu “pohon kepang untuk wilayah
Bangka Selatan dan Belitung, “Pohon mengkaras” untuk Bangka bagian tengah dan
“pohon tabek” untuk wilayah Bangka Utara dan Barat. Tanaman gaharu merupakan
habitat asli Bangka Belitung dan bernilai ekonomi tinggi dan banyak diburu
masyarakat Bangka Belitung di era tahun 80-an.
Manfaat
gaharu dan tanaman gaharu sangatlah banyak, dalam dunia medis gaharu merupakan
obat tertua yang dapat menyembuhkan sakit perut, penghilang rasa sakit, kanker,
tumor, ginjal, penghilang stress, perangsang nafsu birahi, asma, bahan
antibiotika, hepatitis, sirosis, radang lambung. Dalam industri kosmetika
digunakan untuk bahan pembuat parfum, sabun, body lotion, pembersih muka, dan
pengikat aroma.
Sedangkan tanamannya, untuk daunnya dapat digunakan sebagai
obat mencegah darah tinggi, stroke, diabetes dan asam urat , dan daging buahnya
sebagai obat malaria serta kulitnya yang sangat ulet dapat dimanfaatkan sebagai
kerajinan anyaman. Manfaat yang banyak dari gaharu menyebabkan nilai ekonominya
sangat tinggi. Bagi lingkungan, tanaman gaharu sebagai penyangga sumber air
karena akarnya dapat menyimpan air, menyuburkan tanah, mencegah erosi,
mengantisipasi polusi udara, bentuk tajuk pohonnya memiliki nilai estetika yang
tinggi. Tanaman gaharu dapat digunakan sebagai junjung sahang (lada) sehingga
dapat mengurangi biaya produksi dan sebagai media membudidayakan semut
rang-rang (kerengge) yang nilai telurnya (kroto) sangatlah tinggi sebagai pakan
burung disamping sebagai pencegah alami dari serangan ulat daun.
Produksi
gaharu didasarkan pada mekanisme proses pembentukan gaharu secara alami yang
dimulai terjadinya perlukaan secara abiotik akibat patah cabang oleh tiupan
angin, atau terlukanya batang secara biotik akibat tebasan benda tajam,
pelubangan oleh hewan seperti kumbang, ulat, semut, dan rayap. Perlukaan
tersebut dilanjutkan dengan terjadinya infeksi oleh penyakit sehingga pohon
berusaha bertahan dengan mengeluarkan antibodinya berupa oleoresin.
Atas dasar
mekanis proses terbentuknya gaharu secara alami tersebut maka sangat mungkin
dilakukan rekayasa teknologi dengan penerapan perlukaan dan pembawa inokulan
penyakit pembentuk gaharu yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Artinya
proses untuk mendapatkan gaharu bisa dilakukan dengan memerlukan waktu yang
relatif singkat setidaknya berkisar 6 hingga 8 tahun tergantung volume dan
kualitas yang ingin didapat. Tidak seperti gaharu alami yang ada di hutan-hutan
butuh waktu yang cukup lama untuk mendapatkan gaharu secara alami.
PASAR GAHARU
Tujuan
pasar gaharu :
A.
Domestik
1. Jakarta
2. Surabaya
3. Riau
B.
Manca
Negara
1. Singapura
2. Saudia Arabia
3. Taiwan
4. Jepang
5. Hongkong
6. Malaysia
|
Harga
& Perdagangan Gaharu di Indonesia :
1.
Gubal
a. King Super : 20 jt – 50 jt
b. Super : 5 jt – 20 jt
c. AB : 2 jt – 5 jt
d. BC : 1 jt – 2 jt
e. Teri tenggelam : 1 jt – 2 jt
f. Teri A : 200 rb – 400 rb
g. Teri B : 100 rb – 200 rb
h. Teri C : 10 rb – 100 rb
2.
Kemedangan : 10 rb – 100 rb
3.
Abuk : 5 rb
4.
Minyak
Gaharu : 50 jt – 80 jt/kg
|
Harga
perdagangan gaharu didasari dari kualitas dan grade dari produk yang dijual. Di
negara tujuan pasar dunia harga gaharu didasari dari kualitas dan grade dari
produk yang dijual. Di negara tujuan pasar dunia harga gaharu bisa mencapai 3
(tiga) kali lipat dari harga pasar gaharu Indonesia.
Konversi
hutan menjadi kawasan perkebunan yang sangat luas serta pertambangan
mengakibatkan berkurangnya populasi tanaman gaharu alam Bangka yang sangat
besar menjadikan budidaya tanaman gaharu menjadi suatu keharusan.
Saya, selaku
penggiat tanaman gaharu mengajak masyarakat dan pengusaha di Bangka Belitung
untuk ikut berperan serta membudidayakan tanaman gaharu. Saya memilih gaharu
karena komoditi ini memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi dan sudah
membuktikannya sendiri, bisa diproduksi tak henti-henti, menjadikan lingkungan
kita lestari, tidak beresiko mati tertimbun tanah ditelan bumi, menciptakan
lapangan pekerjaan yang sangat tinggi, menciptakan masyarakat yang madani dan
mandiri sehingga kita mampu menjadi tuan rumah di negeri kita sendiri.
Kemitraan
Budidaya
tanaman gaharu memberikan keuntungan yang layak bagi pelakunya, tidak membutuhkan
lahan yang luas dan dapat ditanam di pekarangan maupun ditanam dikebun secara
tumpang sari baik dengan karet maupun sawit dan tanaman lainnya. Namun karena
padat karya dan padat modal, untuk mengembangkan budidaya gaharu perlu
dikembangkan selama kerjasama kemitraan. Kemitraan sangat membantu mengurangi
beban biaya proses produksi gaharu pada tanaman gaharu masyarakat, sehingga
masyarakat permodalan kecil bisa membudidayakan tanaman gaharu hingga sampai
menghasilkan.
“Gaharu untuk INDONESIA, Sukses bersama membangun
Negeri”
Produksi gaharu didasarkan pada mekanisme proses pembentukan gaharu secara alami yang dimulai terjadinya perlukaan secara abiotik akibat patah cabang oleh tiupan angin, atau terlukanya batang secara biotik akibat tebasan benda tajam, pelubangan oleh hewan seperti kumbang, ulat, semut, dan rayap.
BalasHapus