H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Jumat, 06 Maret 2015

GAHARU si "EMAS HITAM"



GAHARU SI “EMAS HITAM”
(By : Adi Saptono)

        Tongkat kayu pun menjadi tanaman”, itu salah satu bait nyanyian yang menggambarkan betapa suburnya Indonesia ini. Namun sebagai negeri tersubur di dunia ternyata sampai saat ini kita belum menjadi tuan di negeri sendiri. Pengelolaan tanah kita sebagian besar dikuasai pihak luar, sudah saatnya kita harus berkaca pada negara tetangga kita yang sudah mulai bangkit menjadi negara maju. Saatnya kita bangkit membangun negara tercinta ini dengan apapun yang kita bisa.

        Gaharu adalah produk damar wangi berupa oleoresin yang dihasilkan pohon penghasil gaharu yang memiliki aroma yang khas bila dibakar. Masyarakat Bangka Belitung mengenal tanaman gaharu dengan beberapa nama yaitu “pohon kepang untuk wilayah Bangka Selatan dan Belitung, “Pohon mengkaras” untuk Bangka bagian tengah dan “pohon tabek” untuk wilayah Bangka Utara dan Barat. Tanaman gaharu merupakan habitat asli Bangka Belitung dan bernilai ekonomi tinggi dan banyak diburu masyarakat Bangka Belitung di era tahun 80-an.

        Manfaat gaharu dan tanaman gaharu sangatlah banyak, dalam dunia medis gaharu merupakan obat tertua yang dapat menyembuhkan sakit perut, penghilang rasa sakit, kanker, tumor, ginjal, penghilang stress, perangsang nafsu birahi, asma, bahan antibiotika, hepatitis, sirosis, radang lambung. Dalam industri kosmetika digunakan untuk bahan pembuat parfum, sabun, body lotion, pembersih muka, dan pengikat aroma. 

Sedangkan tanamannya, untuk daunnya dapat digunakan sebagai obat mencegah darah tinggi, stroke, diabetes dan asam urat , dan daging buahnya sebagai obat malaria serta kulitnya yang sangat ulet dapat dimanfaatkan sebagai kerajinan anyaman. Manfaat yang banyak dari gaharu menyebabkan nilai ekonominya sangat tinggi. Bagi lingkungan, tanaman gaharu sebagai penyangga sumber air karena akarnya dapat menyimpan air, menyuburkan tanah, mencegah erosi, mengantisipasi polusi udara, bentuk tajuk pohonnya memiliki nilai estetika yang tinggi. Tanaman gaharu dapat digunakan sebagai junjung sahang (lada) sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan sebagai media membudidayakan semut rang-rang (kerengge) yang nilai telurnya (kroto) sangatlah tinggi sebagai pakan burung disamping sebagai pencegah alami dari serangan ulat daun. 

        Produksi gaharu didasarkan pada mekanisme proses pembentukan gaharu secara alami yang dimulai terjadinya perlukaan secara abiotik akibat patah cabang oleh tiupan angin, atau terlukanya batang secara biotik akibat tebasan benda tajam, pelubangan oleh hewan seperti kumbang, ulat, semut, dan rayap. Perlukaan tersebut dilanjutkan dengan terjadinya infeksi oleh penyakit sehingga pohon berusaha bertahan dengan mengeluarkan antibodinya berupa oleoresin. 

Atas dasar mekanis proses terbentuknya gaharu secara alami tersebut maka sangat mungkin dilakukan rekayasa teknologi dengan penerapan perlukaan dan pembawa inokulan penyakit pembentuk gaharu yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Artinya proses untuk mendapatkan gaharu bisa dilakukan dengan memerlukan waktu yang relatif singkat setidaknya berkisar 6 hingga 8 tahun tergantung volume dan kualitas yang ingin didapat. Tidak seperti gaharu alami yang ada di hutan-hutan butuh waktu yang cukup lama untuk mendapatkan gaharu secara alami.

PASAR GAHARU
Tujuan pasar gaharu :
A.   Domestik
1.     Jakarta
2.    Surabaya
3.    Riau
B.    Manca Negara
1.     Singapura
2.    Saudia Arabia
3.    Taiwan
4.    Jepang
5.    Hongkong
6.    Malaysia
Harga & Perdagangan Gaharu di Indonesia :
1.     Gubal
a.    King Super    : 20 jt – 50 jt
b.    Super           : 5 jt – 20 jt
c.    AB               : 2 jt – 5 jt
d.    BC               : 1 jt – 2 jt
e.    Teri tenggelam : 1 jt – 2 jt
f.    Teri A          : 200 rb – 400 rb
g.    Teri B          : 100 rb – 200 rb
h.    Teri C            : 10 rb – 100 rb
2.    Kemedangan       : 10 rb – 100 rb
3.    Abuk                 : 5 rb
4.    Minyak Gaharu   : 50 jt – 80 jt/kg

        Harga perdagangan gaharu didasari dari kualitas dan grade dari produk yang dijual. Di negara tujuan pasar dunia harga gaharu didasari dari kualitas dan grade dari produk yang dijual. Di negara tujuan pasar dunia harga gaharu bisa mencapai 3 (tiga) kali lipat dari harga pasar gaharu Indonesia. 

        Konversi hutan menjadi kawasan perkebunan yang sangat luas serta pertambangan mengakibatkan berkurangnya populasi tanaman gaharu alam Bangka yang sangat besar menjadikan budidaya tanaman gaharu menjadi suatu keharusan. 

Saya, selaku penggiat tanaman gaharu mengajak masyarakat dan pengusaha di Bangka Belitung untuk ikut berperan serta membudidayakan tanaman gaharu. Saya memilih gaharu karena komoditi ini memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi dan sudah membuktikannya sendiri, bisa diproduksi tak henti-henti, menjadikan lingkungan kita lestari, tidak beresiko mati tertimbun tanah ditelan bumi, menciptakan lapangan pekerjaan yang sangat tinggi, menciptakan masyarakat yang madani dan mandiri sehingga kita mampu menjadi tuan rumah di negeri kita sendiri.

Kemitraan
        Budidaya tanaman gaharu memberikan keuntungan yang layak bagi pelakunya, tidak membutuhkan lahan yang luas dan dapat ditanam di pekarangan maupun ditanam dikebun secara tumpang sari baik dengan karet maupun sawit dan tanaman lainnya. Namun karena padat karya dan padat modal, untuk mengembangkan budidaya gaharu perlu dikembangkan selama kerjasama kemitraan. Kemitraan sangat membantu mengurangi beban biaya proses produksi gaharu pada tanaman gaharu masyarakat, sehingga masyarakat permodalan kecil bisa membudidayakan tanaman gaharu hingga sampai menghasilkan.

“Gaharu untuk INDONESIA, Sukses bersama membangun Negeri”

1 komentar:

  1. Produksi gaharu didasarkan pada mekanisme proses pembentukan gaharu secara alami yang dimulai terjadinya perlukaan secara abiotik akibat patah cabang oleh tiupan angin, atau terlukanya batang secara biotik akibat tebasan benda tajam, pelubangan oleh hewan seperti kumbang, ulat, semut, dan rayap.

    BalasHapus