BAYAR MAHAL, KARENA TANPA TUJUAN
Yer 32-33; 2 Kor 9 , 10 Oktober 2023
Jika mengingat masa dimana kita akan menggunakan Taxi konvensional berargo, maka sang sopir akan selalu menanyakan dua pertanyaan default, yaitu : mau kemana atau tujuan kemana ? Bayangkan jika ada penumpang yang menjawab terserah Bapak saja. Wow betapa sang pengemudi bingung sejenak, tapi kemudian menjadi senang, karena bisa membawa penumpang ini berjalan-jalan dengan argo yang terus meningkat. Atau jika kita pun telah menunjukkan tujuan ke sebuah tempat misalnya sebuah mall, sang sopir akan selalu juga menanyakan pertanyaan default ini, “Mau lewat mana ?” Seandainya kita menjawab terserah bapak mau lewat mana, maka jika sang sopir tidak jujur, dia bisa membawa penumpang ke tujuan yang diharapkan tapi lewat jalur yang lebih jauh, atau lewat jalur macet agar penumpang bisa membayar lebih mahal.
Firman Tuhan yang kita baca saat ini memberi gambaran bahwa adalah sebuah kebodohan saat kita tidak mengetahui jalan atau arah. Meskipun telah kerahkan semua upaya tapi tanpa tujuan, maka kita tidak akan meraih apapun juga. Hellen Keller seorang tokoh besar yang meskipun buta sempat berkata bahwa adalah hal yang jauh lebih malang dari sebuah kebutaan jasmani, yaitu ketidakmampuan melihat tujuan diri kita sendiri.
Tujuan bisa bermakna arah, atau target yang diharapkan, yang pada akhirnya akan mengarahkan seluruh tindakan, energi mental dan usaha kita untuk mencapai tujuan tersebut. Tanpa tujuan maka seluruh hidup kita akan menjadi tidak efektif dan efisien. Semakin jelas tujuan maka semakin mudah kita mengarahkan diri kita.
Sejak mula manusia diciptakan Allah tidak dengan iseng, melainkan dengan tujuan ilahi. Kejadian 1:26-28 menggambarkan bahwa manusia diciptakan dengan tujuan yang besar dan penting yaitu menjadi serupa dengan Allah, makin bertambah banyak, penuhi bumi dan menaklukkan bumi. Sebagai manusia kita harus melihat apa tujuan-tujuan dasar kehendak Allah bagi manusia yang diciptakanNya, dan ini harus dimulai dari sebuah kesadaran bahwa Allahlah penguasa hidup kita, sekaligus menjadi tujuan kekaryaan dan pelayanan kita. Yesaya 43:7 menyatakan bahwa kita diciptakan untuk memuliakan DIA.
Ketika manusia jatuh dalam dosa, Allah tidak pernah mengubah tujuanNya atas manusia, IA justru rela membayar harga dengan mati di kayu salib untuk menebus dan bebaskan kita dari belenggu iblis, agar kita kembali bisa masuk dalam jalur penggenapan tujuan Allah buat kita. Jadi kalau Allah saja bertujuan, masakan kita menjalani kehidupan tanpa tujuan ? (HA)
Questions :
1. Apakah hidup Anda memiliki tujuan untuk kemuliaan Tuhan ?
2. Apa tujuan Tuhan atas hidup Anda ?
Values :
Ketika manusia jatuh dalam dosa, Allah tidak pernah mengubah tujuanNya atas manusia
Tidak ada yang kebetulan terjadi dalam hidup kita, semuanya terjadi untuk sebuah tujuan ilahi
“Jerih payah orang bodoh melelahkan orang itu sendiri, karena ia tidak mengetahui jalan ke kota (Pengkhotbah 10:15)”
Terima kasih buat kakak sahabat terbaik yang Tuhan berikan |
Sunset di Pantai Melayu (arah Setumu Kec TanjungSiambang) |
“Jerih payah orang bodoh melelahkan orang itu sendiri, karena ia tidak mengetahui jalan ke kota (Pengkhotbah 10:15)”
BalasHapus