H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Rabu, 30 Oktober 2024

Objek Kasih Allah

 *Object of God's Love*

[Objek Kasih Allah]


*Lukas 15:22-24,* _"Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya : Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria"._


Kita dapat nyatakan bahwa perumpamaan adalah sebuah medium untuk menyampaikan sesuatu yang lebih penting yaitu realita, prinsip atau nilai rohani. Dalam koteksnya, Yesus memberikan perumpamaan tersebut sebagai respon pada keluhan orang-orang Farisi dan para pemimpin agama yang melihat Yesus menyambut dan berbaik-baikan dengan orang berdosa. Maka tema besar dari perumpamaan ini adalah  ingin bercerita  dan mengajarkan kepada kita tentang sikap Tuhan terhadap orang berdosa. Jadi si Ayah disini merupakan gambaran dari Tuhan. Lalu si sulung dan si bungsu adalah gambaran dari kita yaitu orang berdosa.  Walaupun tema besar ini merupakan tentang sikap Tuhan terhadap orang berdosa, namun perumpamaan ini juga masih memiliki sub tema lain yang bisa kita cermati. Ibarat sebuah lukisan yang besar dimana setiap detilnya juga memiliki keindahan tersendiri adanya.


Disisi lainnya dimana dalam kehidupan rohani, kita seringkali menggunakan mentalitas yang sama untuk meraih penghargaan dan kasih Tuhan atas kita yaitu dengan semua ibadah dan pelayanan kita, namun dengan motivasi supaya lebih di sayang Tuhan. Bisa jadi hal ini yang dicerminkan oleh si bungsu ketika pulang ke rumah yaitu dia ingin menjadi karyawan ayahnya  saja  dengan harapan apabila dia berhasil menunjukkan performance yang baik, rajin dan  setia maka ayahnya akan kembali  menerima serta mencintai dia. Jadi hal ini dapat menjadi jantung dari semua agama atau mentalitas agamawi yaitu seseorang berbuat amal, melayani, beribadah  supaya  Tuhan menerima dan  mengasihinya. Ingatlah bahwa, Tuhan mengajar  bahwa penghargaan dan penerimaan serta kasih Bapa atas kita bukan upah atas apa yang kita lakukan kepada-Nya namun hanya sebagai Anugerah. Hal lainnya juga dianggap normal, dimana manusia acapkali memberi penghargaan kepada sesamanya, tetapi diberikan atas dasar prestasi, kebaikannya (wajar adanya). Namun bukan sebaliknya, misalnya atas dasar kegagalannya, sehingga hal ini tidak ada dalam kamusnya.  Tetapi pada diri Tuhan Yesus tidaklah demikian adanya. Faktanya Yesus tidak menghargai manusia  dengan cara seperti diatas, dimana bagi Dia bercakap-cakap dengan orang berdosa bukanlah haram, bahkan Dia makan bersama-sama dengan mereka juga. 


Tuhan Yesus melakukan demikian, padahal yang ada dalam tradisi Yahudi makan bersama menunjukkan suatu hubungan yang akrab atau saling menghargai satu dengan yang lain. Jadi dalam hal ini, orang-orang Farisi dan ahli Taurat mengecam-Nya, dicap sebagai seorang yang terlalu berkompromi dalam soal moralitas, karena bagi mereka akrab atau ada kedekatan dengan orang berdosa merupakan yang najis. Tuhan Yesus menjelaskan dasar tindakan-Nya, dengan suatu perumpamaan sekaligus yang mempunyai makna, dengan menceritakan tentang perumpamaan anak yang hilang. Dalam hal ini Tuhan Yesus paling tidak ada beberapa maksud yakni: 1. Dia ingin mengekspresikan kesungguhan dan keseriusan atas penjelasan tentang sikap-Nya terhadap orang berdosa. 2. Dia rindu agar orang Farisi, ahli Taurat, serta semua pengikut-Nya dapat meneladani-Nya.  3. Perumpamaan tersebut mengungkapkan bahwa si bungsu anak yang hilang, tetap memiliki nilai yang tidak terhingga bagi ayahnya. Nilai tersebut timbul bukan dari apa yang menjadi prestasi si anak bungsu. Tetapi sebaliknya Dia hanya seorang yang hilang, yang gagal total, namun ada timbul dari hakekat pribadi yang bersangkutan. Oleh sebab ia kembali ditemukan, maka meluaplah sukacita sang ayah, hingga mengajak orang-orang lain ikut bersukacita. Jadi nilai manusia terletak pada hakekatnya sebagai makhluk yang telah diciptakan serupa dan segambar dengan Sang Pencipta Yang Agung. Selayaknya orang Kristen harus memakai perspektif Tuhan Yesus saat bersikap kepada sesamanya, bahkan terhadap orang-orang berdosa sekalipun. Jadi penting diingat bahwa siapa pun juga, mereka tetap sebagai makhluk yang menjadi objek Kasih Allah. Alistair Begg menyatakan, _"Tidak ada seorang pun yang tidak penting dalam tujuan Allah"._


*SEMANGAT PAGI & TETAP SEMANGAT*







2 komentar:

  1. Tidak ada seorang pun yang tidak penting dalam tujuan Allah

    BalasHapus
  2. Kita dapat nyatakan bahwa perumpamaan adalah sebuah medium untuk menyampaikan sesuatu yang lebih penting yaitu realita, prinsip atau nilai rohani.

    BalasHapus