H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Rabu, 31 Desember 2025

Roma 11 : 33

 Selamat pagi semua saudara dalam Kristus.

*Bukanlah hak manusia untuk meminta pertanggung-jawaban dari Allah*


*31 Desember*


*Providensi yang Tak Terselidiki*


*“O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!”* Roma 11:33


Jangan menyelidiki providensi yang tersembunyi dengan *keingin-tahuan yang berlebihan,* atau dengan pongah menilai dan mengecam rancangan providensi dengan daya nalar anda yang dangkal. 


*Ada yang sulit dipahami dalam karya-karya Allah,* sebagaimana kesulitan-kesulitan dalam naskah firman Allah. 


Hal ini seharusnya menjadikan kita bersikap hormat. Di sinilah Kitab Suci menetapkan *batas-batas untuk keingin-tahuan kita, yang mustahil*, atau yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun. 


*Bukanlah hak manusia untuk meminta pertanggung-jawaban dari Allah.* 


Hikmat-Nya dikatakan sebagai *‘tak terselidiki’*, dengan demikian pikiran manusia tidak perlu bersusah-payah dan berjerih lelah dalam kesia-siaan, dan juga tanpa perlu menghadapi bahaya terbesar, dalam menyelidiki Allah. 


*Manusia mudah terkilir jika memaksa diri secara berlebihan demi meraih sesuatu.* 


Asaf sangat ingin membongkar rahasia penderitaan orang benar, dan kemujuran orang fasik, yang malah *melahirkan rasa cemburu dan kemurungan di dalam dirinya* (Mzm. 73). 


Dan inilah kesia-siaan yang diperolehnya ketika *mempertanyakan providensi dalam keterbatasan daya nalar manusia*. 


*Ayub yang kudus juga keliru dalam hal ini* (Ayub 42:3). 


Nalar sehat mustahil keberatan terhadap firman atau karya Allah. 


Namun ada hal-hal yang bertentangan di dalam kedua nalar, antara nalar duniawi dan yang melampaui nalar yang benar. 


Oleh karena itu sangatlah tidak masuk akal bagi ratio mempertanyakan hal-hal itu sampai ke batasnya yang melampaui dunia atau bidang dan kemampuannya. 


Banyak kekacauan terjadi sebagai akibat dari praktek ini. Kita terseret ke dalam kecurigaan dan ketidak-percayaan yang tidak perlu terhadap kesetiaan Allah di dalam janji-janji-Nya. 


Cara penalaran ini mengakibatkan *kemurungan dalam pikiran dan kelesuan hati* di bawah providensi yang menyesakkan. 


Akal tidak mampu membedakan buah baik yang dihasilkan, sehingga tangan kita menjadi lunglai dalam keputus-asaan yang berdosa, sambil mengatakan, *‘segala sesuatu melawan kita!’*


Dari ketidak-percayaan terhadap providensi ini mengalirlah godaan untuk membebaskan diri dengan cara-cara yang berdosa. 


Hati-hatilah untuk tidak bersandar secara berlebihan pada daya nalar anda sendiri. Tidak ada yang lebih masuk akal, tidak ada yang lebih berbahaya!


John Flavel (1627-1691), Works, Bab IV: hlm 435-436.




Allah yang Baik, Selamat Menyambut Tahun 2026







Tidak ada komentar:

Posting Komentar