PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan habis-habisnya, apabila dikelola dengan cara baik-baik. Kayu dikatakan juga sebagai sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui. Berbeda dengan misalnya minyak bumi atau barang-barang tambang yang lain. Jadi eksploitasi barang-barang tambang dibatasi persediaannya di dalam tanah, yang diukur dengan satuan waktu. Kayu mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan-bahan lain. Kayu sebagai satu bahan mempunyai beberapa sifat sekaligus yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain yang dibuat oleh manusia. Dari segi manfaatnya, bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat-sifat utama, yaitu sifat-sifat yang menyebabkan kayu tetap selalu dibutuhkan manusia (Frick, 1983).
Setelah kayu, kulit kayu merupakan jaringan batang pohon yang paling penting kedua. Kulit kayu merupakan sekitar 10-20% dari batang tergantung pada spesies dan kondisi pertumbuhan. Melihat pohon secara keseluruhan bagian kulit yang paling tinggi adalah pada cabang dengan nilai 20-35%. Kulit bagian tunggul dan akr juga lebih tinggi dari batang. Kulit menghasilkan jumlah bahan yang tinggi selama kayu diproses. Telah lama kulit dipandang sebagai limbah yang mengganggu dan dibakar atau disimpan. Hanya kulit sejumlah kecil spesies kayu yang dimanfaatkan misalnya kulit pohon oak (Sastrohamidjojo, 1995)
Tanaman mahoni merupakan tanaman tahunan, dengan tinggi rata-rata 5 - 25 m (bahkan ada yang mencapai lebih dari 30 m), berakar tunggang dengan batang bulat, percabangan banyak, dan kayunya bergetah. Daunnya berupa daun majemuk, menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, tulang menyirip dengan panjang daun 3 - 15 cm (Sintia, 2008).
Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian, moulding, dan sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan sifat-sifat kasar yang mudah dilihat. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk sesuatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan sifat-sifat kayu yang bersangkutan, terutama berat jenis, kelas awet, dan kelas kuat. Adapun pengenalan sifat-sifat kayu dapat dilihat dari :
1. Berat jenis (maksimum, minimum, dan rata-rata)
2. Kelas awet
3. Kelas kuat
4. Warna kayu kering udara
5. Sifat pengerjaan
6. Sifat kembang susut
7. Daya retak
8. Kekerasan
9. Tekstur
10. Serat
11. Penyebaran
12. Kegunaan
Seringkali terjadi pemilihan dan penggunaan sesuatu jenis kayu yang tidak tepat karena tidak sesuai dengan sifat-sifatnya. Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis) memiliki gambar lingkaran tumbuh yang jelas). Namun apabila kayu tersebut diamati dalam bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka satu-satunya cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat anatomi/strukturnya (Pika, 1995).
Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum “Maserasi pada Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni) adalah agar praktikan dapat mengetahui struktur serat dan tahu cara menghitung jumlah serat pada sebuah kayu.
TINJAUAN PUSTAKA
Kayu ialah bahan yang didapatkan dari tumbuh-tumbuhan dalam alam. Tumbuh-tumbuhan ini sebagai sesuatu yang hidup, dipengaruhi oleh kondisi ditempat ia hidup. Pengaruh ini memberikan sifat / keadaan yang berbeda-beda dari tiap jenis kayu yang tumbuh di berbagai tempat dengan kondisi yang berlainan pula. Perbedaan tercermin pada pola dan ukuran serat, pori-pori, zat pengisi kayu, berat jenis, kekerasan kayu dan sebagainya. Serat, arah dan ukuran serat ini pada tiap jenis kayu berbeda-beda. Ada kayu yang berserat lurus, ada yang terpilin, berpadu, berombak, yang ukuran seratnya kecil, sedang atau besar. Serat ini sebetulnya susunan sel-sel kayu yang bentuknya seperti gelendong dan panjang-panjang. Ukuran relatif sel-sel kayu disebut tekstur (Frick, 1983).
Karena kayu merupakan bahan higroskopis, maka sistem air kayu sangat penting dalam bidang Teknologi kayu, fisika kayu, dan kimia kayu. Tidak lazim untuk menganalisis sampel bebas air karena perubahan yang mungkin terjadi selama pengeringan dan karena kesukaran penimbangan sampel kering tanpa penyerapan uap air. Karena itu biasanya sampel ditimbang dalam keadaan kering udara sedang kandungan air ditentukan dalam sampel terpisah. Dalam kayu lunak kandungan lignin lebih banyak bila dibandingkan dalam kayu keras dan juga terdapat beberapa perbedaan struktur lignin dalam kayu lunak dan dalam kayu keras. Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Struktur molekul lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenilpropana (Sastrohamidjojo, 1995)
Terdapat perbedaan yang mendasar antara sifat struktur kayu daun lebar dan sifat struktur kayu daun jarum. Kayu-kayu daun jarum tidak mempunyai pori-pori kayu seperti halnya kayu-kayu daun lebar. Untuk menentukan jenis sepotong kayu, kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa kayu tersebut dengan memeriksa sifat kasarnya. Apabila dengan cara tersebut belum dapat ditetapkan jenis kayunya, maka terhadap kayu tersebut dilakukan pemeriksaan sifat strukturnya dengan mempergunakan loup. Untuk memudahkan dalam menentukan suatu jenis kayu, kita dapat mempergunakan kunci pengenalan jenis kayu. Kunci pengenalan jenis kayu pada dasarnya merupakan suatu kumpulan keterangan tentang sifat-sifat kayu yang telah dikenal, baik sifat struktur maupun sifat kasarnya. Sifat-sifat tersebut kemudian didokumentasikan dalam bentuk kartu (sistim kartu) atau dalam bentuk percabangan dua (sistem dikotom). Kayu mahoni merupakan jenis kayu ini juga memiliki serat yang padat dan jarang mata kayunya, kayu mahoni juga bagus untuk pekerjaan perabot rumah tangga dan kerajinan ukir. Sifat kayu ini sedang dalam pengerjaanya, kembang susutnya sedang, tekstur dan daya retaknya sedang (Sekti, 2008).
Tanaman mahoni hampir sama populernya dengan tanaman sengon sehingga banyak dipilih oleh petani untuk ditanam di areal hutan rakyat. Berbeda dengan sengon tanaman ini tumbuh lebih lambat dengan daur 15 – 20 tahun. Pemasaran kayunya juga terbuka lebar baik untuk konsumsi local, regional, nasional maupun export. Sifat kayunya lebih kuat dari tanaman sengon sehingga penggunaannya lebih luas sebagai kayu pertukangan untuk bangunan rumah,jembatan dan sebagainya, disamping untuk mebel, cabinet, barang bubutan, popor senapan, lantai, dinding hias serta untuk venire muka. Kayu ini dapat digunakan untuk energi namun kurang baik untuk pulp dan kertas (Rahman, 2008).
Gambar 1. Serat panjang pada kayu pinus (Pinus merkusii) Gambar 2. Pori-pori pada kayu hardwood
Gambar 4. Salah satu pori-pori pada kayu Sengon
Arah pertumbuhan serat-serat kayu sehubungan dengan sumbu memanjangnya disebut jaringan kayu. Serat-serat tersebut tidak selalu tumbuh sejaajr dengan sumbu pohon dan karenanya mereka nampak sebagai pola-pola yang berbeda pada sepotong kayu yang digergaji. Pola-pola tersebut dinamai gambar jaringan. Pada umumnya serat-serat pohon berada sejajr dengan sumbu memanjangnya kayunya kuat dan mudah dikerjakan, biasanya kayu dengan jaringan lurus mempunyai gambar jaringan yang kurang indah.
Fungsi sel yang berserat adalah untuk memberi kekuatan pada pohon yang sedang tumbuh. Tipe selain yang terdapat pada kayu-kayu keras adalah yang disebut sel pembuluh atau selpori tidak terdapat sel-sel pada kayu lunakyang menyerupai sel pembuluh. Dengan demikian ada atau tidaknya pori-pori dalam kayu merupakan petunjuk ke dalam jenis utama yang mana kayu tertentu digolongkan. Sel-sel pembuluh merupakan pipa-pipa panjang yang arahnya memanjang sejajar dengan sumbu batang pohon (Stefford dan McMurdo, 1986).
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Adapun praktikum anatomi dan identifikasi kayu dilakukan pada hari Jumat pada tanggal 17 November 2009 di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Alat dan Bahan
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
- Pisau untuk memotong kayu seukuran korek api
- Cawan petri sebagai wadah diletakkannya kayu yang telah direbus
- Tempat perebusan sebagai tempat untuk merebus kayu
- Mikroskop elektron sebagai alat bantu dalam pengukuran serat
- Kaca preparat sebagai wadah / tempat meletakkan serat
- Pipet tetes sebagai alat untuk mengambil serat dalam skala kecil
- Tabung reaksi sebagai wadah meletakkan kayu seukuran korek api untuk direbus
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
- Kayu sebagai bahan yang akan diukur panjang seratnya
- Aquades sebagai sebagai larutan penetral
- Alkohol sebagai larutan dalam pemisaham serat (maserasi)
- Saframin sebagai larutan pewarna dan mempermudah pemisahan serat sehingga serat tahan lebih lama
- Larutan NaOH sebagai larutan yang bersifat basa
- Kertas saring sebagai bahan pembantu dalam pemisahan serat
Prosedur Kerja
Adapun prosedur dalam praktikum ini adalah :
- Disiapkan alat dan bahan.
- Dipotong kayu mahoni seukuran korek api sebanyak 3 buah.
- Diletakkan didalam tabung reaksi berukuran kecil dan kayu tersebut direbus sampai lunak.
- Setelah kayunya lunak maka kayu diletakkan di atas kertas saring, dan dicampur dengan larutan NaOH 12,5%.
- Setelah itu dicampur dengan larutan alkohol secara berturut-turut yakni 10%, 30%, 50%, dan 70%.
- Didiamkan selama beberapa menit dan dipisahkan serat mahoni dari kertas saring, serat mahoni tersebut diletakkan di cawanpetri setelah itu dicampur dengan larutan saframin (larutan tersebut berwarna merah).
- Diletakkan cawan petri tersebut di tempat yang aman dan didiamkan selama 24 jam.
- Dilakukan pengukuran serat dengan menggunakan mikroskop elektron dan dicatat datanya berdasarkan panjang serat, diameter serat, dan diameter lumen dan ketebalan dinding sel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar