BANTING STIR TETAPI TAK TERGELINCIR
Bagiku bekerja adalah beribadah
lewat karya. Maka berkaryalah sebaik mungkin karena “Bos besarnya” adalah Tuhan
sendiri. Pemikiran tersebut membuatku tidak pernah main-main dengan setiap
pekerjaan yang aku geluti. Perjalananku menyambangi berbagai perusahaan
(bekerja) membuatku kian paham bahwa sesungguhnya kerja tak melulu tentang
uang. Upah rupanya tak cukup kuat untuk menahanku bekerja di sebuah perusahaan.
Guru
Paruh Waktu
Latar belakang pendidikanku adalah
ilmu periklinan. Lantaran ingin mengaplikasikan ilmu aku pun bekerja di
perusahaan iklan. Dari situ aku mencoba bekerja pada sebuah penerbitan. Bukan
tanpa dasar, sebelumnya akupun pernah mendapat pelatihan tentang penulisan
semasa mahasiswa dahulu. Namun, dengan semua fasilitas yang disediakan
perusahaan, aku tetap saja merasa kurang. Kurang apa? Itulah yang tak begitu
aku pahami betul.
Kesempatan dan keinginan untuk
mencoba tantangan baru mengantarkanku akhirnya bekerja pada sekolah dasar
swasta. Semua administrasi yang sangat baru bagiku aku pelajari dengan cepat. Tugas administrasi yang begitu
banyak hampir setebal skripsiku dalam satu bulan selesai. Melewati semuanya aku
hanya berujar, “O.. ternyata seperti ini menjadi guru swasta”
Sekali lagi aku melangkahkan kaki
usai melewatinya 2 tahun. “rasanya bukan ini yang aku cari” batinku, menjadi
guru di sekolah seolah mematikan kreativitasku dalam menulis. Bukannya tidak
ada ide, tetapi nyaris tidak ada waktu. Lantas kuputuskan untuk menjadi guru
paruh waktu di sebuah tempat kursus bahasa inggris.
Semata-mata hanya ingin menularkan
bahasa inggrisku pada para pelajar. Di tempat kursus itu aku mulai memahami
sedikit banyak perbedaan ketika mengajar di sekolah dan di tempat kursus. Jika
di sekolah saya harus mengerjakan setumpuk laporan, di tempat kursus dipastikan
ada berbagai lomba setiap tahunnya.
Berbagai lomba tersebut dikerjakan
bersama oleh semua guru , melatih murid lalu menampilkan murid menjadi hal baru yang tak pernah aku tahu dan nikmati
sebelumnya. Bahkan mendorong anak SMP dan SMU agar mau mencoba mengikuti lomba
untuk unjuk kebolehan dan melatih mental , sekarang bukan hal baru lagi buatku.
Menjadi berbeda
Tantanganku selanjutnya adalah
bagaimana menjadi terang bagi anak muda yang masih mencari jati diri. Dalam
keseharian yang kuhadapi adalah siswa SMP, SMU, dan mahasiswa. Kondisi yang
jauh berbeda dengan pekerjaan sebelumnya sebagai guru SD.
“selalu aku tanyakan, “ How are you
today?” biasanya siswa akan menjawab dengan jujur. Saat itulah akan tampak
kondisi siswa yang sesungguhnya. Jika
banyak dari siswa yang memang malas belajar biasanya akan aku motivasi. Muatan
saran yang aku sampaikan bermuatan Firman Tuhan tanpa harus menyebut Yesus atau
ayat alkitab. Aku pakai kesempatan itu untuk bersaksi bagaimana aku akhirnya
bisa menulis buku. Lalu aku tutup dengan berkata :” lakukanlah semua hal yang
bisa mengembangkan diri kita. Jangan pernah beraktivitas tetapi tidak berguna
dan tidak membangun. “
Aku selalu berusaha tampil beda
lewat motivasi maupun ucapan berisi Firman kebenaran Allah. Hari itu aku ingat
sekali seorang murid berujar, “ih.. miss Rumi hebat ya, bisa menulis buku dan
bahasa inggris” mendengar pujian itu, dengan tulus aku berujar,” Makanya kamu
harus bisa lebih dari Miss rumi.”
By : Kesaksian
Pengalaman Rohani Rumi, Buku Renungan Pagi Edisi april
Tidak ada komentar:
Posting Komentar