PROGRAM
KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
IDENTIFIKASI
JENIS RAYAP DI KAMPUS KEHUTANAN USU DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK BIJI SAGA DAN KULIT BAWANG MERAH
BIDANG KEGIATAN:
PKM
PENELITIAN
Diusulkan Oleh:
LENSI MIAN SINAGA 081203024 Tahun Angkatan 2008
HASUDUNGAN MAHARAJA 081203042 Tahun
Angkatan 2008
LINTONG SINAGA 091201129 Tahun Angkatan 2009
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
HALAMAN PENGESAHAN
1.
Judul Kegiatan :.Identifikasi
Jenis Rayap Di Kampus Kehutanan USU dan Upaya Pengendaliannya dengan Menggu- nakan Ekstrak Biji Saga dan Kulit Bawang Merah
2. Bidang Kegiatan :
PKM-P
3. Bidang Ilmu :
Pertanian
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap :
Lensi
Mian Sinaga
b. NIM :
081203024
c. Jurusan :
Kehutanan
d.
Universitas/Institut/Politeknik :
Universitas Sumatera Utara
e. Alamat Rumah dan No Telp/Hp :’Jl.Berdikari No.7
P.Bulan Medan dan 081264279391
f. Alamat email : lensisinaga@ymail.com
5. Anggota
Pelaksana Kegiatan :
2 orang
6. Dosen
Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Arif Nuryawan, S. Hut, M. Si
b. NIP :
197840416 200312
1 003
c. Alamat Rumah dan No
Telp/Hp :Kompleks Luxor Blok B-12 Jl. Karya Wisata, Medan
Johor Medan / 0818860249
7. Biaya Kegiatan Total
a.Dikti :Rp.
8.000.000
b.Sumber
lain : Rp. –
8. Jangka Waktu
Pelaksanaan : 3
Bulan
Medan, 5 September 2011
Menyetujui
Ketua Program
Studi Kehutanan Ketua Pelaksana
Kegiatan
Fakultas Pertanian
USU
(Siti
Latifah, S.Hut, M.Si, PhD) (Lensi Mian Sinaga)
NIP. 19710416 200112
2 001 NIM. 081203024
Pembantu / Wakil Rektor Bidang Dosen
Pendamping
Kemahasiswaan USU
(Prof. Dr. Eddy Marlianto, M. Sc) (Arif
Nuryawan, S.Hut, M. Si)
NIP. 19550317 198601 1 001 NIP.
197840416 200312 1 003
A.
JUDUL
PROGRAM
IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAMPUS
KEHUTANAN USU DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK BIJI SAGA
DAN KULIT BAWANG MERAH
B.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Kampus kehutanan USU merupakan
bangunan yang relatif baru di lingkungan USU. Departemen Kehutanan USU yang terbentuk sejak tahun
1999 merupakan salah satu departemen/jurusan di lingkungan Fakultas Pertanian
USU. Pada awalnya Departemen Kehutanan USU bernama Program Ilmu Kehutanan (PIK)
yang pengelolaannya langsung di bawah rektorat USU. Seiring dengan perubahan
kebijakan rektorat dan kebutuhan untuk menyelaraskan dengan kurikulum nasional
PIK digabung ke dalam Fakultas Pertanian dan statusnya berubah menjadi Jurusan
Kehutanan. Pada tahun 2005 statusnya berubah menjadi Program Studi Kehutanan
USU hingga sekarang.
Namun demikian
belum lama ini, kayu-kayu yang merupakan komponen bangunannya mulai diserang
rayap. Misalnya, kusen, pintu bagian belakang dan depan, jendela bahkan di atas
atap bangunan terdapat
liang-liang kembar rayap tanah. Hal ini menandakan adanya serangan rayap tanah.
Hal ini diduga terjadi karena terdesaknya habitat asli rayap tanah di hutan
Tridharma yang dalam beberapa tahun terakhir terdapat pembangunan gedung kampus
Farmasi.
Sebagai mahasiswa
kehutanan yang mempelajari tingkah laku rayap sebagai organisme yang khas, pada
mata kuliah pengawetan kayu, terdorong untuk bisa mengetahui mekanisme rayap
tanah yang menyerang kampus kehutanan USU. Penelitian terdahulu oleh Wardhana (2009) menunjukkan bahwa rayap yang terdapat pada hutan Tridharma
adalah rayap Coptothermes.
Pada penelitian
PKM ini akan diidentifikasi jenis rayap yang menyerang kampus kehutanan USU
dan upaya pengendalian rayap tersebut, hipotesis penelitian ini adalah jika jenis rayapnya sama maka rayap yang
ada di hutan Tridharma terganggu sumber pakannya, tempat berkembang biaknya,
dan tempat hidupnya sehingga rayap tersebut bermigrasi ke kampus kehutanan USU.
Namun jika jenis rayapnya tidak sama bisa jadi merupakan spesies yang berasal
bukan dari hutan Tridharma. Bermigrasi ke kampus kehutanan diduga kayu-kayu
yang digunakan untuk komponen bangunan kampus kehutanan belum diawetkan, bukan merupakan jenis kayu awet, dan tidak ada
upaya perlakuan pra konstruksi.
Rayap di hutan adalah populasi alami karena itu kita tidak
boleh mengendalikannya karena berarti mengganggunya. Yang bisa dikendalikan
misalnya di gedung kampus Kehutanan, di mana tempat tersebut bukan habitat
rayap, mereka menyerang kayu-kayu sebagai sumber pakannya. Pengumpanan adalah salah satu teknik pengendalian rayap
tanah yang ramah lingkungan. Dilakukan dengan menginduksikan racun slow
action ke dalam kayu umpan, dengan sifat trofalaksisnya kayu tersebut
dimakan rayap pekerja dan disebarkan ke dalam koloninya. Teknik pengumpanan
selain untuk mengendalikan juga dapat digunakan untuk mempelajari keragaman
rayap tanah. Pemakaian teknik pengumpanan apabila dibandingkan dengan teknik
pengendalian rayap yang lain memiliki keunggulan yaitu tidak mencemari tanah,
sasaran bersifat spesifik, dan memudahkan pengambilan sampel.
C.
PERUMUSAN
MASALAH
Penelitian terdahulu (Dr.
Ir. Agus Kardinan, MSc)
menunjukkan bahwa ekstrak biji saga dijauhi kutu beras. Sementara bawang merah
diketahui memiliki zat saponin
dan peptida, sehingga diduga ekstrak biji saga dan
bawang merah dapat digunakan untuk mengendalikan rayap di kampus kehutanan USU.
Upaya pengendalian ini tentunya dilaksanakan setelah identifikasi jenis rayap
selesai dilaksanakan.
D.
TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Mengetahui jenis rayap yang menyerang
kampus kehutanan USU
2. Mengetahui kandungan racun (ketoksikan)
ekstrak biji saga dan bawang merah terhadap rayap yang ada di kampus kehutanan
USU.
E.
LUARAN YANG
DIHARAPKAN
Adapun luaran yang diharapkan adalah
:
- Artikel ilmiah sebagai hasil penelitian sehingga dapat menjadi informasi penelitian terapan terbaru.
2. Biotermitisida
yang berkualitas baik minimal sebagai peruntukan pengendali hama rayap secara
alamiah.
F.
KEGUNAAN
Adapun kegunaan dari program kreativitas
penelitian ini adalah:
- Alternatif pengolahan kulit biji saga dan bawang merah sebagai substitusi pestisida kimiawi.
- Pengendalian hama serangga khususnya rayap yang lebih ramah lingkungan sebagai biotermitisida.
3. Pemanfaatan
dan pengembangan kegunaan kulit biji saga dan bawang merah selain digunakan
bahan kerajinan tangan.
G.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pohon
Saga
Saga merupakan pohon yang
memiliki biji besar berwarna merah terang, dengan batang pohon yang tinggi, dan
daun yang lebih kecil. Pohon Saga (Adenanthera pavonina) merupakan pohon
yang memiliki banyak fungsi jika dimanfaatkan bagian tubuh dari pohon tersebut
misalnya kayunya digunakan untuk bahan kayu bakar oleh ibu rumah tangga,
daunnya digunakan sebagai bahan pupuk dan bijinya dapat dibuat menjadi
bahan kerajinan tangan.
Pohon Saga
dapat hidup dengan baik di tempat-tempat yang terbuka dan terkena sinar
matahari secara langsung baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, yakni
pada ketinggian 1 - 600 m di atas permukaan laut. Perawatan tanaman saga tidak terlalu
sulit. Untuk mendapatkan tanaman yang tumbuh dengan baik dan sehat, media tanam
atau lahan yang akan ditanami harus subur, gembur, dan drainase diatur dengan
baik (Juniarti, dkk, 2009).
Biji saga yang
kecil dan berwarna merah bermanfaat mengatasi serangga. Menurut Prof. Dr. Ir. Agus
Kardinan, MSc, peneliti di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor,
serbuk biji saga mengandung senyawa aktif tanin dan taksalbumin. Daya kerja
kedua senyawa itu mirip bisa ular. Campuran ekstrak biji saga, air, dan aseton
menjadi racun bagi serangga. Serangga yang terkena larutan itu langsung
terkapar. Campuran serbuk biji Abrus precatorius dengan tepung terigu
juga mampu mengusir kutu beras Sitophilus oryzae. Taburkan campuran
serbuk itu di sekitar tempat penyimpanan beras. Sampai 3 bulan, beras terhindar
serangan kutu beras.
Bawang Merah
Bawang Merah memiliki nama ilmiah Allium cepa. Habitat bawang merah dapat tumbuh di dataran
rendah atau dataran tinggi pada ketinggian 0 – 800 m dpl. Penanaman terbaik
pada dataran rendah dengan suhu 370 C. Tanaman ini peka pada pH tanah. Derajat
keasaman yang cocok 5,5 – 6,5. Pada pH asam (lebih rendah dari 5,5) tanaman
akan kerdil, sedangkan pada pH lebih tinggi dari 6,5 umbi akan kecil-kecil.
Kandungan bahan aktif yang terdapat pada
bawang merah adalah vitamin B
dan vitamin C (Asgar dan Hilman, 1955).
Bawang
merah mengandung senyawa - senyawa yang dipercaya berkhasiat sebagai
antiinflamasi dan antioksidan seperti kuersetin yang bertindak sebagai agen
untuk mencegah sel kanker. Kuersetin, selain memiliki aktivitas sebagai
antioksidan, juga dapat beraksi sebagai antikanker pada regulasi siklus sel,
berinteraksi dengan reseptor estrogen (ER) tipe II dan menghambat enzim tirosin
kinase (Klohs, 1997). Kandungan lain dari bawang merah diantaranya protein,
mineral, sulfur, antosianin, kaemferol, karbohidrat, dan serat (LIPI, 2010).
Bagian tanaman yang digunakan yakni
kulit bawang merah, peranan serbuk kulit bawang dimanfaatkan sifat racun adalah
Insektisida, fungisida, repellent, nematisida,
bakterisida Pemanfaatan / OPT, repellent
untuk hama tanaman tomat. Metode dan aplikasi bawang merah ditumbuk atau
direndam dicampur dengan air, disemprotkan kepada tanaman yang diserang hama
serangga tersebut (Manullang, 2010).
Rayap
Rayap merupakan serangga
sosial yang termasuk ke dalam ordo Isoptera dan terutama terdapat di
daerah-daerah tropika. Di Indonesia rayap tegolong kedalam kelompok serangga
perusak kayu (Tarumingkeng, 2000). Kerusakan akibat serangan rayap tidak kecil.
Binatang kecil yang tergolong kedalam binatang sosial ini, mampu menghancurkan
bangunan yang berukuran besar dan menyebabkan kerugian yang besar pula (Kadarsah, 2005).
Rayap selalu hidup dalam satu kelompok yang
disebut koloni dengan pola hidup sosial. Satu koloni terbentuk dari sepasang
laron (alates) betina dan jantan yang melakukan kopulasi dan mampu
memperoleh habitat yang cocok yaitu bahan berselulosa untuk membentuk sarang
utama. Koloni rayap dapat juga terbentuk dari fragmen koloni yang terpisah dari
koloni utama karena sesuatu bencana yang menimpa koloni utama itu. Individu
betina pertama yang dapat kita sebut ratu meletakkan beribu-ribu telur yang
kemudian menetas dan berkembang menjadi individu-individu yang polimorfis,
sub-kelompok yang berbeda bentuk yaitu kasta pekerja, kasta prjurit dan neoten,
di samping itu terdapat juga indivdu-individu muda (pradewasa) yang biasa
disebut nimfa atau larva (Prianto, dkk, 2006).
Dalam hidupnya rayap mempunyai beberapa sifat yang penting untuk
diperhatikan yaitu:
- Sifat Trophalaxis, yaitu sifat rayap untuk berkumpul saling menjilat serta mengadakan perukaran bahan makanan.
- Sifat Cryptobiotic, yaitu sifat rayap untuk menjauhi cahaya. Sifat ini tidak berlaku pada rayap yang bersayap (calon kasta reproduktif) dimana mereka selama periode yang pendek di dalam hidupnya memerlukan cahaya (terang).
- Sifat Kanibalisme, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang lemah dan sakit. Sifat ini lebih menonjol bila rayap berada dalam keadaan kekurangan makanan.
- Sifat Necrophagy, yaitu sifat rayap untuk memakan bangkai sesamanya.
Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan dengan bantuan pelarut. Campuran bahan padat maupun cair (biasanya
bahan alami) seringkali tidak dapat atau sulit dipisahkan dengan metode pemisah
mekanik, misalnya karena komponennya bercampur secara homogeny. Campuran bahan
yang tidak dapat atau sukar dipisahkan dengan metode pemisahan mekanik adalah
dengan metode ekstraksi (Tohir, 2010).
Biotermitisida Alamiah
Biotermitisida
sangat diperlukan dalam pengendalian hama sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Senyawa bioaktif hampir selalu toksik
pada dosis tinggi, oleh karena itu daya bunuh in vivo dari senyawa terhadap
organisme hewan dapat digunakan untuk menapis ekstrak tumbuhan yang mempunyai
bioaktivitas dan juga memonitor fraksi bioaktif selama fraksinasi dan
pemurnian. Salah satu organisme yang sesuai untuk hewan uji pada karya tulis
ini adalah rayap.
H.
METODE
PELAKSANAAN
1. Eksplorasi Tanaman
Bagian kulit tanaman saga yang digunakan sebagai bahan ekstrak didapatkan
di sekitar halaman kampus USU dan UNIMED, dan kulit bawang merah dikumpulkan
dari pasar tradisional yakni tempat pengupasan kulit bawang. Biji saga yang
terjatuh diambil lalu direndam sehingga kulit biji saga tersebut terlepas dari
isinya.
Selanjutnya biji saga tersebut dikuliti, kulit biji saga tersebut
dikeringkan di panas matahari selama 24 jam sehingga mengering lalu ditumbuk
untuk membentuk serbuk. Dikuliti bawang merah lalu kulit tersebut dijemur
selama 24 jam dan ditumbuk serta disaring dengan menggunakan saringan 60 mesh sehingga
menjadi serbuk. Serbuk kulit biji saga dan kulit bawang merah dipisahkan
tempatnya.
Serbuk kulit biji saga dan bawang merah akan diuji untuk menganalisis
reaksi yang terjadi dengan pengendalian rayap yakni dengan membuat 3 ulangan
dengan 3 perlakuan yakni :
Media I :
Ekstrak kulit saga
Media II :
Ekstrak kulit bawang merah
Media III :
Campuran ekstrak kulit saga dan bawang
merah
2. Identifikasi Rayap dan Ekstraksi Bahan Baku
Identifikasi rayap dilakukan dengan mengambil 10 rayap dari kampus pada
tiap sarang rayap yakni 5 rayap pekerja dan 5 rayap prajurit lalu
diidentifikasi dengan kunci determinasi untuk mengetahui jenis rayap tersebut.
Sarang rayap yang terdapat dikampus kehutanan yang terdapat di setiap ruangan ada
4 sarang.
Ekstraksi dilakukan dengan menambahkan pelarut metanol ke dalam media
yakni ada dua jenis bahan yang digunakan yakni
kulit biji saga dan kulit bawang merah. Hal ini berguna untuk melihat
pengaruh reaksi zat kimia untuk pengendalian rayap. Selanjutnya media tersebut
didiamkan selama ± 2 jam pada temperatur 350C supaya terjadi proses
ekstraksi. Setelah didiamkan ± 2 jam, dilakukan penyaringan untuk memisahkan
padatan dan larutan. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain kasa dan
kertas saring, selanjutnya diperoleh ekstrak kasar dari kedua serbuk tersebut.
Ekstrak kasar ini kemudian diumpankan kepada rayap tanah. Konsentrasi yang
digunakan yaitu 15 % dan kontrol. Setiap konsentrasi diuji sebanyak 3 ulangan
dengan 10 ekor rayap untuk setiap ulangannya. Kadar ekstrak dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
Kadar Ekstrak (%) :
Menurut Prijono (1998), aktivitas
insektisida ekstrak diklasifikasikan dalam beberapa kategori yaitu : 1)
aktivitas kuat : mortalitas (m) ≥ 95%, 2) agak kuat :75% ≤ m ≤ 95%, 3) cukup
kuat : 60% ≤ m ≤ 75%, 4) sedang : 40% ≤ m ≤ 60%, 5) agak lemah : 25% ≤ m ≤ 40%,
6) lemah : 5% ≤ m ≤ 25%, 7) tidak aktif : m ≤ 5%. Rayap yang masih hidup pada
unit percobaan terus diamati perkembangannya.
3.
Bioassay
Metode kontak (Spraying).
Sebanyak 10 ekor rayap (untuk satu unit pencobaan) disemprot dengan ekstrak kasar
saga dan bawang merah sampai membasahi seluruh tubuh permukaan rayap.
Selanjutnya, rayap yang telah disemprot dengan ekstrak kasar tersebut
dipindahkan ke dalam cawan petri berdiameter 5 cm yang telah diberi kertas
saring basah dan kayu sebagai bahan makanan rayap. Lalu cawan petri tersebut di
simpan di tempat gelap pada suhu ruang dan kelembaban ± 95 % selama 14 hari
pengamatan. Pengamatan mortalitas rayap dilakukan dalam interval waktu 2 hari
sekali dengan pengulangan 3 kali.
Metode pengumpanan (Baiting). Metode ini dilakukan dengan cara memberi
makan rayap dengan umpan yang telah diberi perlakuan. Dalam penelitian ini,
umpan makan yang digunakan adalah kayu bangunan kampus kehutanan yang telah
disemprot ekstrak kulit saga dan bawang merah. Selanjutnya kayu tersebut diumpankan
kepada rayap. Sebanyak 10 ekor rayap pekerja diumpankan dengan bangunan di
kampus Kehutanan (untuk satu unit percobaan). selanjutnya unit percobaan ini
disimpan di tempat gelap pada suhu ruang dan kelembaban ± 95 % selama 14 hari
pengamatan. Pengamatan mortalitas rayap dilakukan dalam interval waktu 2 hari
sekali dengan pengulangan 3 kali.
Data kematian dihitung dalam persen kematian dengan rumus sebagai berikut
:
Persen kematian (%) :
Pengamatan dilakukan pada rayap yang telah diidentifikasi dan diuji rayap
tersebut untuk pengendalian rayap yang masih hidup terus diamati ketahanan
hidupnya
4. Analisis data dan Skema penelitian
Pengujian-pengujian
yang telah dilakukan, selanjutnya data-data tersebut diolah dengan menggunakan
model rancangan acak lengkap faktorial.
Model linear dari
rancangan tersebut adalah:
Yij = µ + αi + ε i( j)
Dimana:
Yij = Respon pengaruh
bsagian ke-i ulangan ke-j
µ = Rata-rata umum
αi =
Pengaruh komposisi ekstrak ke-i
εi ( j)= Kesalahan (galad) percobaan
Uji F dilakukan untuk
mengetahui perlakuan yang berbeda nyata satu dengan lainnya. Jika F hitung
lebih besar dari F tabel, maka faktor perlakuan mempengaruhi mortalitas rayap
tersebut. Di bawah ini merupakan skema penelitian yang akan dilakukan :
Rayap
|
250 gr serbuk kulit saga dan bawang merah
|
Dikeringkan
24 jam
|
Persiapan Bahan Baku
|
Ditumbuk dan disaring
|
Persiapan
wadah serbuk
|
Dihaluskan
40-60 mesh
|
Pembuatan ekstrak
|
Serbuk
dan pelarut 1:3, konsentrasi 20%
|
Pelarut yang digunakan n-Heksana dan metanol
|
Pengkondisian
|
Pengujian Toksik Ekstraktif
|
Identifikasi Rayap di Kampus
|
Dibiarkan
2 jam
|
Ekstrak
ditutup dengan aluminium foil
|
Gambar 1. Skema Penelitian Ekstraksi Kulit
Saga dan Bawang Merah
I.
JADWAL
KEGIATAN
Adapun perencanaan jadwal kegiatan PKM Penelitian ini disajikan pada
Tabel 1.
Perencanaan Jadwal Kegiatan PKM-P
Jenis
Kegiatan
|
Bulan
Ke-
|
|||||||||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Survei dan Persiapan Bahan Baku :
-
Survei bhn baku
bawang dan saga
-
Pengangkutan bhn
baku
-
Membeli
peralatan Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pelaksanaan Kegiatan :
-
Mengerjakan
pembuatan serbuk kulit bawang merah dan kulit saga
-
Mengidentifikasi
Rayap
-
Membuat media
rayap
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyusunan Laporan :
-
Menganalisa data-data
mortalitas rayap
-
Mencetak
laporan
-
Mengerjakan perbaikan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
J.
RANCANGAN
BIAYA
Perancangan biaya merupakan suatu bagian dari perencanaan penelitian agar
diketahui jumlah dana yang dibutuhkan dan efisiensi penggunaan dana. Adapun
rancangan biaya PKM-P ini disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.
Rancangan Biaya Kegiatan PKM-P
Nama
Kegiatan
|
Jenis
Pengeluaran
|
Jumlah
|
Biaya
(Rp.)
|
Persiapan
Bahan Baku
|
Transportasi pengangkutan Bahan
Baku
|
3 orang
|
900.000
|
Saringan 40 mesh dan 60
mesh
|
2 buah
|
40.000
|
|
Plastik 10 kilo
|
5 buah
|
40.000
|
|
Wadah rayap
|
40 botol
|
200.000
|
|
Cawan petri
|
50 buah
|
150.000
|
|
Erlenmeyer
|
10 buah
|
300.000
|
|
Aluminium foil
|
10 gulungan
|
300.000
|
|
Larutan n-Heksana
|
1 liter
|
300.000
|
|
Larutan Metanol
|
1 liter
|
200.000
|
|
Pelaksanaan
Kegiatan
|
Uji perlakuan di lab kimia
|
20 sampel
|
1.500.000
|
Sewa Laboratorium
|
2 Lab
|
800.000
|
|
Pemeliharaan Alat
|
|
1.500.000
|
|
Penyusunan Laporan
|
Printer dan catridge warna
|
1 buah
|
1.500.000
|
Kertas A4
|
2 rim
|
80.000
|
|
Biaya Tidak
Terduga
|
total x 2%
|
160.000
|
|
Biaya Pelaksanaan
|
8.000.000
|
K.
DAFTAR
PUSTAKA
Asgar, A dan
Hilman, Y. 1995. Kualitas Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L)
Kultivar Kuning Dari Berbagai Umur Panen Pada Dua Macam Pemupukan. Buletin
Penelitian Hort. Vol XXVII No. 4. Balai Penelitian Holtikultura. Lembang.
Jamen, H., Miillerz, B., dan Karl, K.
1989. A. Uiin Lyase from Garlic, Allium satiuum: Investigations on Enzyme/Substrate, EnzymeAnhibitor Interactions, and on a New Coenzyme. Institut Filir
Botanik. Federal Republik Jerman.
Juniarti, Delvi, dan Yuhernita. 2009.
Kandungan Senyawa Kimia, Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test)
dan Antioksidan (1,1-diphenyl-2-pikrilhydrazyl)
dari Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius L). Sains, Vol 13
No 1, April Hal 50-54. Universitas Yarsi. Jakarta.
Kadarsah, A. 2005.
Studi Keragaman Rayap Tanah dengan Teknik Pengumpanan Pada Tumpukan Jerami Padi
dan Ampas Tebu di Perusahaan Jamur PT Zeta Agro Corporation Jawa Tengah. Vol. 2
No. 2 Juli 2005 Hal 17-22. Universitas Lambung Mangkurat. Kalimantan.
Kusumawati, I dan Zaini, N. 2005. Pengaruh
Senyawa Prebiotik Dari Bawang Merah (Allium cepa) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Probiotik. Majalah Farmasi Air Langga. Vol 5 No. 1 April. Universitas
Airlangga.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2010. Hasil Identifikasi Bawang
Merah. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Manullang, L. 2010. Karakterisasi Simplisia,
Skrining Fitokimia dan Uji Toksisitas Ekstrak Kulit Umbi Bawang Merah ( Alliicepaevar. Ascalonicum )
dengan metode uji brine shrimp (bst). Universitas Sumatera Utara Press.
Medan.
Prianto, A.,
Guswenrivo., Tarmadi, D., Kartika, T., dan Yusuf, S. 2006. Sifat Anti Rayap
Ekstrak Antiaris (Antiaris Toxicaria) dan Ki Pahit (Picrasima
javanica) Terhadap Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren).
UPT BPP-Biomaterial LIPI. Bogor.
Tohir, A. 2010. Teknik Ekstraksi dan Aplikasi
Beberapa Pestisida Nabati untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera
litura Fabr.) Di Laboratorium.
Buletin Teknik Pertanian. Vol 15 No. 1, hal 37-40. Bogor.
Utami, S. 2010.
Aktivitas Insektisida Bintaro (Cerbera
odollam Gaertn) Terhadap Hama Eurema Spp Pada Skala Laboratorium. Jurnal
Penelitian Vol. 7 No. 4 Oktober 2010, 211-220. Balai Kehutanan Palembang.
Palembang.
L. LAMPIRAN
1. Biodata Peserta
Ketua Pelaksana
Nama Lengkap :
Lensi Mian Sinaga
Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar/ 2 Februari 1991
Alamat : Jl. Berdikari
No.106, Padang Bulan, Medan
Jenis Kelamin : Perempuan
Karya Ilmiah :
PKM GT (Pemanfaatan Bambu
untuk Penghijauan dan Pendapatan Masyarakat)
Pengalaman Bekerja : Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) di
Gunung Sinabung 2010
Medan, 10 Oktober 2011
Lensi Mian Sinaga
Anggota Pelaksana 1
Nama Lengkap : Hasudungan Maharaja
Tempat/Tanggal Lahir : Rumah tiga / 8 Oktober 1990
Alamat : Jl. Pales 4 No. 27
Simalingkar
Jenis Kelamin : Laki-laki
Karya Ilmiah :
-
Pengalaman
Bekerja : Pengenalan Ekosistem Hutan
(PEH) di Gunung Sinabung 2010
Medan, 10 Oktober 2011
Hasudungan Maharaja
Anggota Pelaksana 2
Nama Lengkap : Lintong RD Sinaga
Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar/ 18 Juni 1992
Alamat : Jl. Harmonika No.29
Padang Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Karya Ilmiah :
PKM-GT (Pemanfaatan Bambu
untuk Penghijauan dan Pendapatan Masyarakat)
Pengalaman Bekerja : -
Medan, 10 Oktober 2011
Lintong RD Sinaga
2. Biodata Dosen Pendamping
NIP/NIK : 19780416
200312 1 003
Tempat dan tanggal
Lahir : Tegal,
16 April 1978
Jenis
Kelamin :
Laki-Laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Golongan /
Pangkat :
Penata Muda Tk. I/III b
Jabatan Fungsional Akademik :
Lektor
Perguruan
Tinggi
: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara
Bidang
Keahlian : Panel-Panel
Kayu/ Biokomposit
Alamat : Jalan Tri
Dharma Ujung No. 1 Kampus USU MEDAN 20155
Telp./Faks. : 061-8201920
Alamat Rumah : Jalan Karya
Wisata, Kompleks LUXOR Blok B No. 12 Gedung Johor, MEDAN 20144
Telp./Faks. : 0818860249
PENGALAMAN
JABATAN
Institusi
|
Tahun … s.d …
|
|
Staf Pengajar
|
Departemen Kehutanan, FP
USU
|
2003-
sekarang
|
Sekretaris Program Studi
Teknologi Hasil Hutan
|
Jurusan Kehutanan, Fakultas
Pertanian USU
|
2004-2005
|
Anggota Tim Penyusun dan
Tim Pengelola DIKS/ DUKS
|
Jurusan Kehutanan, FP USU
|
2005
|
Wakil Ketua Penyunting
Jurnal Peronema
|
Jurusan Kehutanan, FP USU
|
2005
|
No
|
Tahun
|
Judul Buku
|
Penerbit
|
1
|
2004
|
Buku Panduan Praktik Umum
Kehutanan (Editor) ISBN 979-97409-4-0
|
Jurusan Kehutanan USU
|
2
|
2005
|
Teknik Penyajian Laporan
Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) dalam Buku Panduan P3H
ISBN 979-97409-5-9
|
Jurusan Kehutanan USU
|
3
|
2005
|
Biokomposit Masa Depan
Industri Perkayuan
ISBN 979-97409-7-5 |
Jurusan Kehutanan USU
|
4
|
2005
|
Buku ajar (diktat kuliah)
Fisika Kayu, disusun bersama Rudi Hartono dan Apri Heri Iswanto
|
Proyek SP4 Jurusan
Kehutanan USU
|
5
|
2005
|
Buku ajar (diktat kuliah)
Pengawetan Kayu, disusun bersama Luthfi Hakim
|
Proyek SP4 Jurusan
Kehutanan USU
|
6
|
2006
|
Mengenal Oriented Strand
Board
ISBN 979-25-5471-8 |
Kerjasama USU dan IPB
|
pengembangan kreativitas mahasiswa
BalasHapusgreat job writing
BalasHapusYuk menulis karya ilmiah
BalasHapusonline bimbingan (zaman pandemi corontil 2019)
BalasHapusaplikasi zoom, google vc, WA whatsup, youtuber , dan lain lain
Hapusblogger juga menyenangkan
BalasHapus