APAKAH KITA ANAK-ANAK ALLAH?
Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: "Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi."
Roma 9:17 (TB)
Rasul Paulus, bersaksi dalam Roh Kudus bahwa ia sangat berdukacita dan selalu bersedih hati bahkan mau terkutuk dan terpisah dari Kristus asalkan bangsanya yaitu bangsa Israel mau menerima Kristus.
Karena Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Allah yang telah diangkat menjadi anak Allah, telah menerima kemuliaan, perjanjian-perjanjian, Hukum Taurat, ibadah dan janji-janji.
Bangsa Israel adalah keturunan bapa-bapa leluhur yang dipilih Allah sebagai bangsa garis keturunan Mesias yaitu Yesus Kristus untuk menjadi manusia dan mengatasi segala sesuatu. Sekaligus Ia adalah Allah yang harus dipuji dan disembah sampai selama-lamanya.
Pemilihan Allah berlaku bukan hanya kepada Bangsa Israel menurut keturunan daging tapi juga bagi anak- anak Allah yaitu anak-anak perjanjian yang disebut keturunan orang benar.
Allah memilih anak-anakNya bukan berdasarkan perbuatan maupun usaha kita tetapi berdasarkan panggilanNya, berdasarkan kemurahan hatiNya.
Tujuan pemilihan Allah terhadap anak-anakNya ini adalah supaya Dia dapat memperlihatkan kuasaNya melalui kita dan supaya nama Allah dimuliakan di seluruh bumi.
Hak mutlak Allah untuk memilih kepada siapa Dia berbelas kasihan untuk menjadi anak-anakNya, dan juga menegarkan hati yang bukan anak-anakNya.
Yang menjadi poin penting bagi kita adalah sudahkah kita menuntaskan tujuan Allah untuk memilih dan menempatkan kita di dunia ini? Sudahkah kita selalu mengerjakan apa yang menjadi kehendak Allah saja di dalam kehidupan kita?
Sudahkah kita mempermuliakan namaNya saja?
Menjadi anak-anak Allah/umat pilihan Allah semua orang pasti mau. Namun menjadi anak-anakNya yang senantiasa menjaga nama mulia Allah di manapun berada baik di dalam posisi nyaman dan terjepit itu menjadi persoalan yang lain lagi.
Tetapi yang namanya anak-anak Allah tetaplah anak-anakNya. Apapun ceritanya ia tidak akan pernah sanggup jauh-jauh pergi dari Bapanya. Meski gelombang dunia terkadang seperti hendak menghanyutkannya, dirinya dan Bapanya akan tetap terikat/terpaut satu sama lain.
Anak-anak Allah akan terpanggil untuk terus mengingat dan memanggil Bapanya dalam setiap pergumulan kehidupannya, entah itu secara sayup-sayup terdengar atau dengan bentakan keras supaya ia segera tersadar.
Mari kita tanya hati nurani kita, anak Allah kah diriku ini? Apakah sehari-hari tujuan hidupku hanya memuliakan Allah? Apakah setiap hal yang kulakukan untuk menyenangkan hatiNya? Atau hanya untuk memuaskan keinginanku saja?
Kiranya Allah berbelas kasihan dan bermurah hati pada kita, memampukan kita tidak hanya menginginkan status menjadi anak-anakNya tetapi juga mau melembutkan hati kita, menguatkan iman kita dan memberikan kita semangat serta keberanian untuk menunjukkan identitas kita sebagai anak-anak Allah di tengah dunia yang gelap dan sementara ini.
#erbs250520
Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: "Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi."
Roma 9:17 (TB)
Rasul Paulus, bersaksi dalam Roh Kudus bahwa ia sangat berdukacita dan selalu bersedih hati bahkan mau terkutuk dan terpisah dari Kristus asalkan bangsanya yaitu bangsa Israel mau menerima Kristus.
Karena Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Allah yang telah diangkat menjadi anak Allah, telah menerima kemuliaan, perjanjian-perjanjian, Hukum Taurat, ibadah dan janji-janji.
Bangsa Israel adalah keturunan bapa-bapa leluhur yang dipilih Allah sebagai bangsa garis keturunan Mesias yaitu Yesus Kristus untuk menjadi manusia dan mengatasi segala sesuatu. Sekaligus Ia adalah Allah yang harus dipuji dan disembah sampai selama-lamanya.
Pemilihan Allah berlaku bukan hanya kepada Bangsa Israel menurut keturunan daging tapi juga bagi anak- anak Allah yaitu anak-anak perjanjian yang disebut keturunan orang benar.
Allah memilih anak-anakNya bukan berdasarkan perbuatan maupun usaha kita tetapi berdasarkan panggilanNya, berdasarkan kemurahan hatiNya.
Tujuan pemilihan Allah terhadap anak-anakNya ini adalah supaya Dia dapat memperlihatkan kuasaNya melalui kita dan supaya nama Allah dimuliakan di seluruh bumi.
Hak mutlak Allah untuk memilih kepada siapa Dia berbelas kasihan untuk menjadi anak-anakNya, dan juga menegarkan hati yang bukan anak-anakNya.
Yang menjadi poin penting bagi kita adalah sudahkah kita menuntaskan tujuan Allah untuk memilih dan menempatkan kita di dunia ini? Sudahkah kita selalu mengerjakan apa yang menjadi kehendak Allah saja di dalam kehidupan kita?
Sudahkah kita mempermuliakan namaNya saja?
Menjadi anak-anak Allah/umat pilihan Allah semua orang pasti mau. Namun menjadi anak-anakNya yang senantiasa menjaga nama mulia Allah di manapun berada baik di dalam posisi nyaman dan terjepit itu menjadi persoalan yang lain lagi.
Tetapi yang namanya anak-anak Allah tetaplah anak-anakNya. Apapun ceritanya ia tidak akan pernah sanggup jauh-jauh pergi dari Bapanya. Meski gelombang dunia terkadang seperti hendak menghanyutkannya, dirinya dan Bapanya akan tetap terikat/terpaut satu sama lain.
Anak-anak Allah akan terpanggil untuk terus mengingat dan memanggil Bapanya dalam setiap pergumulan kehidupannya, entah itu secara sayup-sayup terdengar atau dengan bentakan keras supaya ia segera tersadar.
Mari kita tanya hati nurani kita, anak Allah kah diriku ini? Apakah sehari-hari tujuan hidupku hanya memuliakan Allah? Apakah setiap hal yang kulakukan untuk menyenangkan hatiNya? Atau hanya untuk memuaskan keinginanku saja?
Kiranya Allah berbelas kasihan dan bermurah hati pada kita, memampukan kita tidak hanya menginginkan status menjadi anak-anakNya tetapi juga mau melembutkan hati kita, menguatkan iman kita dan memberikan kita semangat serta keberanian untuk menunjukkan identitas kita sebagai anak-anak Allah di tengah dunia yang gelap dan sementara ini.
#erbs250520
Tidak ada komentar:
Posting Komentar