Revisi tulisan:
Untuk yang ber-saat teduh di Hakim-hakim, satu interpretasi lain. Semoga mencerahkan.
Membaca kisah hidup Simson bagaimana kita menerimanya sebagai saksi Iman Ibrani 11:32, apakah sampai akhir hidupnya pun Simson tetap tidak menyadari dirinya diperlengkapi dan dipakai Tuhan dan sebaliknya hanya hidup untuk dirinya sendiri? Untuk dendamnya?
Seperti pada umumnya pribadi masa kini, Simson, hidupnya memburuk dengan beberapa keputusan yang sangat buruk. Dia mengakhiri kehidupannya sebagai penghibur. Menyadari ajalnya sudah dekat, ia memohon pada Tuhan:
"…, supaya dengan satu pembalasan juga kubalaskan kedua mataku itu kepada orang Filistin." (Jdg 16:28 ITB)
… for my two eyes." (Jdg 16:28 ESV, NIV, NET, KJV)
Semua terjemahan menerjemahkan sama
Membaca enam kata dalam teks Ibrani satu per satu - kanan ke kiri - kita dapatkan [dan saya akan membalaskan]; [pembalasan]; [satu]; [dari dua]; [mataku]; [dari orang Filistin].
Ayat di atas menyatakan maksud Simson. Apa maksudnya? Dia mengakui kepantasan dihukum dengan kehilangan kedua matanya karena melalui mata ia telah mengutamakankan tubuh diatas jiwa dan menyerahkan kepada perempuan yang tidak pantas. Walaupun demikian, dia memohon - agar dia dapat memperoleh manfaat yang cukup dari menanggung penyiksaan orang Filistin ketika mereka ngambil kedua matanya - untuk mendapatkan kekuatannya dipulihkan sekali lagi.
Selanjutnya, perkataannya menunjukkan bahwa ia sekarang menempatkan jiwanya di atas tubuhnya. Ia tahu ia gagal di "satu mata". Daripada menggunakan untuk keuntungan dunia hari ini dari kedua mata yang hilang, ia berdoa untuk dapat mempertahankan keuntungan dari "satu mata" untuk Dunia yang akan datang.
Simson menyadari blueprint dirinya, ia telah menyimpang darinya, dan ingin mengakhiri hidupnya setelah kembali ke blueprint-nya. Semua kita memiliki hasrat yang sangat kuat tetapi terkadang keinginan bawah sadar akan sebuah blueprint menyadarkan kita akan kenyataan di mana kita hidup. Sangat memuaskan mendapatkan keduanya memandang dunia dan membaginya. Inilah alasannya mengapa orang tua menikmati mengajar anak mereka.
Catatan:
Jahudi kuno memiliki perbedaan pandangan memandang dunia dengan peradaban semasanya seperti Mesir. Mesir menggambarkan manusia dengan satu mata - bukan dua mata. Mereka hanya melihat dunia hari ini takut melihat dunia di masa datang. Salah satu alasan mengapa mereka memperlengkapi orang mati dengan segala kebutuhan termasuk budak-budak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar