*Lahir Raja Syalom*
📖 *_Lukas 2:8-14_*
https://alkitab.mobi/tb/passage/Lukas+2%3A8-14/
Lirik sebuah lagu yang selalu kita nyanyikan pada waktu Natal berkata: _Lahir Raja Syalom!_ Lirik lagu _Malam Kudus_ itu begitu tepat menjelaskan siapa yang lahir. Seorang *Raja Syalom*. Apa artinya _syalom_? Dan _syalom_ apa yang dibawa Kristus?
*Syalom*
Seperti halnya banyak kata dalam bahasa Ibrani lainnya, kata _“syalom”_ yang biasanya diterjemahkan _“damai”_, memiliki arti yang lebih luas dari sekedar _“damai”_. _“Damai”_ biasanya dipahami sebagai sebuah kondisi dimana tidak terjadi peperangan atau adanya ketenangan jiwa. Namun sebenarnya kata _“syalom”_ mengandung arti yang jauh melebihi pengertian-pengertian tersebut. Kata _“syalom”_ berkonotasi tentang sebuah keutuhan hidup yaitu tentang _‘kesejahteraan, kesehatan, keamanan, kemakmuran, keutuhan, integritas dan kesempurnaan’_.
*Peristiwa di Padang*
Di malam kelahiran Yesus, ada sebuah peristiwa yang terjadi tidak jauh dari tempat Yesus dilahirkan. Lukas mencatat _di daerah itu..._, pada _...waktu malam..._, para gembala sedang menjaga ternak mereka di padang. Sekonyong-konyong, di hadapan mereka berdiri seorang(!) malaikat Tuhan. Dan, sama seperti para nabi sebelum mereka, mereka sangat takut (bnd. ```Hak. 6:22, Yes. 6:5```). Kenapa? Karena manusia berdosa (gembala) sedang berhadapan dengan bala tentara Allah yang kudus. Dan manusia berdosa tidak akan tahan berhadapan dengan kekudusan Allah (lih. ```Ezr. 9:15, Nah. 1:6```). _"...celakalah aku..."_, begitulah mereka berpikir, sama seperti Gideon dan Yesaya sebelum mereka. Manusia berdosa tidak akan tahan, dan pasti binasa di hadapan kekudusan Allah.
*Kabar Sukacita?*
_"Jangan takut..."_, demikianlah kalimat pertama malaikat itu, seolah membaca pikiran dan bahasa tubuh para gembala yang mematung dengan wajah pucat pasi. Aku datang bukan untuk menghukum kalian. Aku, tentara Allah yang Kudus, hadir di sini untuk _"...memberitakan kepadamu kesukaan besar."_ Kesukaan? Kesukaan yang besar? Apakah kesukaan yang besar yang mungkin kami terima? Begitu mungkin pikiran para gembala.
Waktu itu, bangsa Israel sedang dijajah oleh bangsa Romawi. Dan juga, semenjak Maleakhi, tidak ada muncul nabi Tuhan di bangsa Israel. Ini adalah waktu-waktu suram bagi bangsa Israel. Pajak yang tinggi, kekuasaan yang dilucuti. Tidak ada nampak satupun sisa-sisa kebearan Daud dan Salomo pada bangsa Israel waktu itu. Dan semua orang Israel sedang menunggu janji Tuhan akan lahirnya seorang Raja, yang akan memulihkan Kerajaan Israel. Yang akan melepaskan mereka dari penjajahan Romawi. Dan akan membawa Israel ke puncak dunia. Sang Mesias.
_"Hari ini, telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan..."_. Inilah kabar sukacita itu. Hari ini. Gembala, kamu tidak perlu lagi menunggu. Sudah lahir _lho_ hari ini Mesiasmu. Tuhanmu. Di sini. Dekat sini. Tidak jauh dari kalian berdingin-dingin di luar menjaga ternak. Lihatlah, nanti kalau kalian pergi ke Betlehem, pergi ke kandang, kalian akan menemukan seorang bayi dibungkus lampin, ditaruh di tempat kalian menaruh makanan untuk ternak kalian. Nah, itulah Mesias kalian.
Dan untuk menunjukkan sukacita bala tentara surga, malaikat yang tadinya cuma satu, tiba-tiba menjadi ramai. Menjadi banyak, dan semua bernyanyi: _"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera (syalom) di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."_ Malam itu, bala tentara sorgawi, menyanyikan koor pertama di malam Natal.
Malam ini lahir Raja Damai. Tapi damai macam apa?
*Damai yang Dibawa Sang Raja*
Kita maju ke depan sebentar. Meninggalkan malam ketika gembala mendapat kunjungan seumur hidup dari bala tentara surga. Seorang guru Yahudi yang kontroversial berkata: _"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang."_ (```Mat. 10:34```). Dan maju lagi. Dia ditangkap. Murid-murid-Nya semua lari. Dia disalib. Sebuah penghukuman yang paling berat dan paling hina pada zaman itu. Dia bangkit, lalu naik ke surga. Dan apa yang terjadi? Kedamaian dunia?
Kita melihat sangat jauh dari itu. Murid-murid dikejar dan dianiaya. Mereka dibunuh, disiksa dan difitnah. Kaisar Nero membunuh orang-orang Kristen di Roma sebagai hiburan. Lalu dalam puncak kegilaannya, ia membakar kota Roma (bersama dengan orang-orang Kristen di dalamnya)dan menuduhkannya kepada orang Kristen.
Murid-murid-Nya? Hanya satu yang meninggal dalam kondisi tua dalam pembuangan.Yang lainnya dipenggal, diberikan ke singa, digoreng, ditombak, disalib terbalik. Saat inipun tidak jauh berbeda. Ibadah saja susah. Konsep-konsep Kristen dihina dan diejek. Bahkan di negara dan institusi yang membawa nama Kristen. Mungkin hati kita menjerit, sama seperti pertanyaan lirih para rasul sebelum Kristus terangkat ke sorga: _"Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?"_ Maukah engkau pada masa ini membuat kami sebagai agama yang paling besar? Kami bebas dari hinaan, dari tekanan. Kami menjadi yang paling agung. Kami yang menguasai dunia ini?
"_Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini..."_ jawab sang Raja jauh sebelumnya. Dia datang bukan hanya untuk sekedar perdamaian dunia. Perdamaian yang dibawa-Nya jauh melampaui itu. Perdamaian yang dibawa-Nya adalah perdamaian antara Allah yang Mahakudus dengan manusia berdosa --yang karena dosanya menjadikan dirinya musuh Allah (```Yak. 4:4```). Masalah terbesar manusia adalah dosa, dan Ia datang untuk menyelesaikan masalah itu, sehingga manusia yang berdosa boleh lagi berhadapan muka dengan muka dengan Allah yang kudus. Supaya setiap orang yang diperkenan Allah boleh masuk ke hadirat TUHAN tanpa berkata: _"Celakalah aku!"_. Tapi akan bernyanyi bersama: _"Keselamatan kita datangnya dari Allah kita, yang duduk di atas takhta, dan dari Anak Domba itu!"_ (```Why. 7:10```-BIMK). Damai yang dibawa-Nya melebihi pemahaman kita. Jauh lebih agung. Jauh lebih kekal. Itulah kabar sukacita-Nya.
Itulah kabar-Nya.
Lahir Raja Syalom. Mari kita wartakan berita sukacita itu.
Selamat Natal bagi kita.
pagi
BalasHapus“Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesuciaanmu (1 Timotius 4:17)”
BalasHapusDia lahir di dunia supaya kita mendapat tempat di surga. Allah yang mulia turun ke dunia supaya kita yang hina bisa jadi mulia.
BalasHapus