*Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.*
📖 *Yohanes 6:47*
Seorang utusan Injil di Afrika mengalami kesulitan besar ketika mencoba menerjemahkan Injil Yohanes ke dalam bahasa setempat. Ia menghadapi masalah untuk menerjemahkan kata percaya. Meski sudah berusaha sebaik-baiknya, ia selalu terpaksa melompatinya ketika sampai pada kata tersebut.
Kemudian suatu hari seorang pelari datang dengan terengah-engah ke kamp itu, setelah menempuh suatu perjalanan jauh dengan membawa sebuah pesan yang sangat penting.
Setelah menyampaikan pesan yang dibawanya itu, ia terjatuh kelelahan ke sebuah tempat tidur gantung di dekatnya. Ia berkomat-kamit mengucapkan sebuah kalimat singkat dalam bahasa setempat yang tampaknya mengungkapkan keletihannya sekaligus kepuasan hatinya karena telah menemukan suatu tempat yang benar-benar nyaman untuk dipakai beristirahat.
Karena belum pernah mendengar kata-kata itu, sang utusan Injil itu bertanya kepada seseorang yang berdiri di dekatnya mengenai apa yang dikatakan pelari itu. "Oh, ia mengatakan, 'Saya sudah tak berdaya lagi, saya ingin menaruh segala beban saya di sini!'" Serta merta utusan Injil itu berseru, "Puji Tuhan! Itulah terjemahan yang tepat untuk kata percaya!" Dengan demikian akhirnya ia dapat menyelesaikan terjemahannya.
Untuk percaya dengan benar, pertama-tama Anda harus mengakui bahwa Anda orang yang berdosa dan tidak dapat melakukan apa pun untuk menyelamatkan diri Anda sendiri. Kemudian berpalinglah dari dosa Anda dan serahkan diri Anda sepenuhnya kepada Kristus agar diselamatkan. Sudahkah Anda percaya kepada Yesus?
✝️ *IMAN BERARTI MEMPERCAYAI SETIAP FIRMAN YANG DIUCAPKAN ALLAH*
✅ *ARTI PERCAYA*
Janganlah takut mengakui bahwa kita tidaklah sempurna. Ketidaksempurnaan inilah yang merupakan sulaman benang rapuh untuk mengikat kita satu sama laen.
BalasHapusHidup layaknya sederetan kata yang menyisakan beberapa spasi. Terkadang butuh koma (,) untuk mengistirahatkan perjalanan kita, seringkali muncul tanda Tanya (?) di saat kita kehilangan arah, sesekali kita juga menghadirkan tanda seru (!) ketika kenyataan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sadarlah bahwa dalam perjalanan hidup ini terkadang membutuhkan peta dan catatan yang senantiasa memberi petunjuk sebagai evaluasi jalan kita. Yakinlah bahwa titik (.) bukanlah akhir dari segalanya karena masih ada banyak kata yang harus kita untai menjadi sebuah lembar kehidupan yang indah .
BalasHapus