Just for sharing..
*Compassion yang Sejati* 🌿
Seorang teman bercerita tentang pergumulan mendampingi isterinya yang sakit kanker sampai akhirnya dipanggil pulang ke rumah Bapa. Ia berkata, “Orang Kristen sering bicara tentang kematian dengan enteng, seolah biasa. Tapi bagi yang mengalaminya, itu sangat berat. Bahkan saat kunjungan pun, rasanya kurang ada compassion.”
Kadang kita malah berkata, “Syukur ya, umur 80 tahun baru sakit.” Seakan-akan umur 80 itu sudah cukup, sehingga penderitaannya dianggap wajar. Padahal hati yang terluka tetap butuh penghiburan, bukan perbandingan.
Mengapa banyak dari kita justru *kehilangan compassion?* Karena kita terburu-buru memberi jawaban rohani, sibuk mencari kata-kata indah, tanpa benar-benar berhenti untuk ikut merasakan. Kita ingin cepat menyelesaikan masalah, padahal yang dibutuhkan hanyalah *kehadiran yang tulus.*
Yesus sendiri menangis bersama orang yang berduka (Yoh. 11:35). Ia tidak buru-buru mengajar, Ia hadir, Ia merasakan, Ia berbelarasa.
Itulah teladan kita: pelayanan sejati bukan sekadar kata-kata, tapi *compassion yang nyata.* 🙏🏻
Note: Compassion artinya belas kasihan yang mendalam—lebih dari sekadar rasa kasihan. Jadi compassion dalam pelayanan artinya: hadir dengan hati, mendengarkan, menopang, mendoakan, bahkan menangis bersama.

Yesus sendiri menangis bersama orang yang berduka (Yoh. 11:35). Ia tidak buru-buru mengajar, Ia hadir, Ia merasakan, Ia berbelarasa.
BalasHapusItulah teladan kita: pelayanan sejati bukan sekadar kata-kata, tapi *compassion yang nyata.* 🙏🏻
BalasHapus