H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Rabu, 23 Juli 2014

Borderline Personality Disorder (BPD)



Mengenal lebih dalam BPD


          Gangguan ini sebenarnya telah muncul pada usia remaja atau masa pubertas. Sebenarnya, anak-anak yang mudah marah bisa menjadi salah satu indikasi atau bibit-bibit kemunculan BPD. Namun, gangguan ini tidak dikenali pada awalnya sehingga cenderung dikesampingkan. Setelah bertahun-tahun, gangguan psikologis ini bisa meluap.
          Karakteristik
          Ada beberapa ciri yang menandai BPD. Biasanya, seseorang yang mengalami BPD mempunyai stabilitas emosi yang fluktuatif. Terkadang penyandang BPD menilai diri mereka sangat buruk. Suasana hati mudah berubah sewaktu-waktu. Terkadang ciri ini juga bersamaan dengan terjadinya gangguan bipolar.
       Bahkan, emosi penyandang BPD cenderung meledak-ledak dan membenci orang-orang yang dianggap “normal”. Emosi yang mereka tunjukkan sebenarnya tidak ditujukan untuk menyakiti orang lain, tetapi lebih sebagai pelampiasan kondisi depresi. Secata tidak langsung, perilaku buruk berupa emosi yang meledak-ledak dianggap sebagai pelampiasan dari luka hati yang dialami.
          Penyandang BPD biasanya mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini karena sifat penyandang BPD yang sering kali terlalu sensitif dan tidak bisa menerima kenyataan yang pahit. Selain itu, penyandang BPD terkesan memiliki sikap yang posesif. Sikap lain yang terkadang muncul yaitu adiktif atau kompulsif. Inilah yang memicu penyandang BPD lebih mudah terjerumus pada perilaku kecanduan obat-obatan terlarang atau minuman keras.
          Alasan lain yang menghambat interaksi penyandang BPD dengan lingkungan, yakni kecenderungan penyandang untuk menghindari orang lain atau mendefinisikan orang lain dalam posisi hitam-putih atau benar-salah. Penilaian ini muncul di benak penyandang BPD berdasarkan pengalaman mereka, misalnya trauma, kekecewaan, pengabaian dan pengkhianatan.
          Akibatnya, orang lain pun dianggap sebagai sebuah benda atau obyek tertentu, tetapi bukan satu sosok. Hal ini mendorong perilaku penyandang BPD yang menganggap orang lain sebagai obyek dari kegembiraan, kemarahan, kebencian, atau justru cinta.
          Menurut Psychologytoday.com, sebenarnya BPD dapat terbagi menjadi dua karakter utama, yaitu agresif dan pendiam. Agresif identik dengan perilaku yang mudah stres, gelisah, menanggapi penolakan dengan kemarahan, memiliki kecenderungan bertindak kekerasan, serta self-directed atau justru object-directed.
          Sementara itu, karakter pendiam ditandai dengan menganggap diri-sendiri sebagai korban kekerasan atau berpotensi menjadi korban dalam sebuah persepsi sosial yang kurang tepat. Selain itu, menarik diri dan tidak menunjukkan emosi, serta tidak ingin berpartisipasi dalam aksi tanggung jawab meskipun penyebab masalah adalah diri mereka sendiri
          Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, diperkirakan faktor pola asuh yang kurang tepat, pelecehan dan faktor genetik turut ambil andil dalam kemunculan BPD. Faktor-faktor ini terakumulasi dalam waktu yang lama dan muncul dalam emosi yang bisa meledak sewaktu-waktu setelah bertahun-tahun.
          Penanganannya membutuhkan pendampingan psikologis. Masih dalam sumber yang sama, penanganan BPD bisa dalam bentuk terapi energi (Energy Therapy) untuk mengurangi kecenderungan kemarahan. Sementara psikoedukasi (psychoeducation) diperlukan untuk mengolah emosi dengan sehat dan sikap intoleransi dari keluarga saat emosi meledak-ledak dari penyandang BPD muncul.
          Namun, yang paling penting yaitu dukungan dari orang-orang disekitar penyandang BPD yang penuh kasih sayang. Saat penyandang BPD merasa nyaman dan dicintai, saat itulah ia merasa lebih baik dan terkendali

Sumber : Koran Kompas Edisi Juni (kesehatan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar