H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Jumat, 19 Desember 2025

Filipi 2 : 8

 *“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”*

📖 *Filipi 2:8*


Eric Liddell dikenal dunia sebagai pelari Olimpiade Inggris yang menolak bertanding pada hari Minggu karena iman kepada Kristus. Dunia mengingatnya sebagai pemenang medali emas, tetapi surga mengingatnya sebagai pribadi yang memilih ketaatan daripada kenyamanan.


Setelah masa kejayaannya, Eric tidak memilih hidup tenang dan terkenal. Ia kembali ke Cina sebagai misionaris dan guru. Ketika perang meletus dan Jepang menduduki wilayah itu, Eric tetap tinggal untuk melayani anak-anak dan keluarga-keluarga yang terjebak di tengah kekacauan.


Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, Eric ditahan di sebuah kamp interniran Jepang. Kehidupan di kamp itu sangat keras: makanan sangat terbatas, penyakit menyebar, dan ketegangan antar tahanan sering terjadi. Namun Eric dikenal sebagai pribadi yang tidak pernah mengeluh. Ia mengajar anak-anak, memimpin olahraga sederhana, dan menjadi penopang bagi banyak orang yang putus asa.


Natal terakhir Eric dirayakan di balik pagar kamp—tanpa keluarga, tanpa kebebasan, tanpa masa depan yang jelas. Pada malam Natal itu, beberapa tahanan berkumpul diam-diam. Tidak ada pohon Natal. Tidak ada hadiah. Hanya doa dan nyanyian lirih.


Eric berbicara tentang Yesus yang taat sampai mati—Yesus yang tidak memilih jalan mudah, tetapi jalan kehendak Bapa. Dengan suara lembut ia berkata,

“Jika Yesus taat sampai salib, maka ketaatan kita tidak pernah terlalu mahal.”


Beberapa bulan kemudian, Eric Liddell meninggal dunia karena penyakit dan kelelahan. Ia kehilangan kebebasan, kesehatan, bahkan hidupnya. Tetapi ia tidak pernah kehilangan iman, pengharapan, dan sukacita di dalam Kristus.


Seorang sahabat menulis tentangnya: “Eric telah kehilangan banyak hal, tetapi ia tidak pernah kehilangan ketaatannya.”


Natal mengingatkan kita bahwa Yesus datang ke dunia bukan untuk hidup nyaman, tetapi untuk taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa, bahkan ketika ketaatan itu menuntun-Nya kepada salib.


Filipi 2:8 menunjukkan bahwa ketaatan sejati sering kali melibatkan pengorbanan. Ketaatan tidak selalu membawa pujian, kenyamanan, atau jalan mudah. Kadang ketaatan berarti kehilangan—kehilangan rencana pribadi, kehilangan kenyamanan, bahkan kehilangan hal-hal yang kita cintai.


Eric Liddell meneladani ketaatan Kristus. Ia memilih setia sampai akhir, meski harus kehilangan kebebasan dan hidupnya sendiri. Natal menguatkan kita bahwa ketaatan tidak pernah sia-sia di mata Allah. Apa yang mungkin tampak sebagai kehilangan di dunia, adalah kemuliaan di hadapan Tuhan.


✝️ *Ketaatan kepada Kristus mungkin menuntut kehilangan, tetapi di sanalah hidup kita menemukan makna yang kekal.*


✅ *HARI 18: TAAT MESKI HARUS KEHILANGAN*


*HADIAH DARI SURGA:* 

_Series 25 Hari Menemukan Kristus Secara Pribadi”_🎄













2 komentar:

  1. *Ketaatan kepada Kristus mungkin menuntut kehilangan, tetapi di sanalah hidup kita menemukan makna yang kekal.*

    BalasHapus
  2. *“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”*

    📖 *Filipi 2:8*

    BalasHapus