Kayu merupakan bahan alami yang serba guna didukung oleh banyak
keunggulan komparatif dibanding bahan lainnya (metal, semen, plastik,
dsb). Sebagai bahan baku juga kayu
memiliki beberapa kelemahan, antar lain adalah: bersifat higroskopik yang
diiringi dengan perubahan dimensi dan bentuk; bersifat anisotropik dengan
keragaman sifat fisik dan mekanik pada arah struktur yang berbeda; kayu
memiliki sifat struktur yang berbeda-beda karena dalam pertumbuhannya dalam
pohon dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan genetik pohon.
Komponen kimia utama
penyusun strukutur kayu terdiri dari selulosa (sebagai framework/ kerangka),
hemiselulosa dan poliskarida lainnya (sebagai matriks/ bahan pengisi atau
medium) dan lignin (encrusting material/ pembungkus) (Sarkanen and Ludwig,
1971). Selulosa berperan besar dalam
memberikan kekuatan tarik pada kayu, sedangkan lignin memberi kekuatan tekan
dan mencegah pelipatan mikrofibril. Selulosa dan lignin diikat dengan
hemiselulosa. Selulosa adalah komponen terbesar struktur kayu (40-50 % berat
kering). Selulosa merupakan polimer murni tersusun dari rantai-rantai lurus dan
panjang dari beta-1,4glukosa, proporsi hemiselulosa dalam kayu adalah sekitar
25-40 % berat kayu dan lignin dalam kayu berkisar antara 20-35 %, merupakan polimer tiga dimensi yang terdiri
dari tiga tipe unit phenil-propane.
Dalam upaya mengendalikan
serangan jamur pelapuk kayu, langkah-langkah pencegahan (preventive) adalah
lebih baik dan lebih diutamakan daripada
langkah-langkah penanggulangan (remedial). Secara umum pengendalian serangan
jamur bisa dengan memperhatikan, memodifikasi/ menghilangkan faktor-faktor
penting yang mempengaruhi pertumbuhannya.
Misalnya kayu akan aman dari serangan jamur bila disimpan pada suhu
kurang dari 1.50C atau lebih dari 380C
atau dengan membuat kadar air kayu kurang dari 19
%. Cara memutus jalur oksigen bagi jamur
bisa dilakukan dengan membuat kayu jenuh air atau dengan merendamnya dalam
air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar