RESENSI
BUKU HATIKU UNTUK ALLAHKU
(A
Heart for God)
Penulis
: Rebecca Manley Pippert
Penerjemah
: Ari saptaji
Penerbit
: Yayasan ANDI (Anggota IKAPI)
Tahun
terbit : 2004
Tebal
halaman : 237 halaman + cover
PBRA/13/Feb
2004/0456
Jenis
huruf : Book antique, 10pt
Syukur puji Tuhan, aku selesai membaca
buku rohani ini selama 12 hari (mulai 27 maret-7 April 2013). Banyak hal yang
bias kudapatkan mengenai karakter yang harus kita kembangkan hingga karakter
yang harus kita hindari. Ada beberapa kata-kata yang ingin aku kembangkan dan
tidak ingin aku lupakan sehingga aku berniat meresensi buku ini. Oleh karena
itu aku sangat berharap kita semua setelah membaca buku misalnya buku
pengetahuan, buku rohani, buku apapun itu, silahkan diresensi agar kita tetap
ingat apa inti dan pesan yang disampaikan oleh buku tersebut.
Berikut
merupakan resensi dan beberapa pesan yang ingin disampaikan buku ini yakni :
Resensi
Kunci mengikis 6 karakter buruk
Buku ini membahas tokoh Daud dengan
sesama sekelilingnya yang hidup dengannya, misalnya mulai dari sahabat, hingga
musuh bangsa Israel misalnya bangsa Filistin. Buku ini membahas beberapa
karakter yang ingin kita bahas satu per satu yakni ketakutan, iman,
kecemburuan, belas kasihan, kebencian, kasih, pemberontakan, kepatuhan,
kemarahan, kelemahlembutan, keputusasaan, dan harapan.
1.
Ketakutan
Tidak
ada emosi yang begitu menguras tenaga seperti ketakutan. Ketakutan memang
melumpuhkan, namun juga memberikan sesuatu pelajaran penting, kalau saja kita
mau jujur ketakutan mengingatkan kita bahwa kita tidak mampu. Kita dapat
mengambil hikmah dari ketakutan. Ketakutan memaksa kita untuk menentukan cara
pandang kita terhadap realitas.
Dalam
saat ini juga Tuhan mengingatkan nabi Samuel agar tidak memandang kepada
perawakan seseorang, karena yang penting bagi Allah adalah hati orang itu. Daud
memiliki pengertian bahwa kesulitan-kesulitan dalam hidup ini selalu
memperhadapkan kita pada suatu pilihan. Dan bagi daud pilihannya sudah jelas
karena ia yakin bahwa di balik apa yang kelihatan ini ada realitas yang lebih
dalam yaitu realitas Allah. Ketika daud menghadapi Goliat, daud sedang membela
Allah yang sejati. Kesimpulan yang dapat ditarik yakni ada kekuatan luar biasa
yang bekerja melampaui kekuatan daud sendiri yaitu kekuatan Allah yang setia
dan yang hidup.
Bagaimanapun keadaan hidup saat ini,
sekalipun kejahatan tampaknya menang, manusia bukan penentu kesudahannya. Allah
sendirilah yang menentukan bagaimana semuanya itu akan berakhir.
2.
Iman penangkal ketakutan
Allah
telah menyediakan hal-hal yang dapat menguatkan iman kita, namun semuanya itu
tidak akan berguna kalau kita tidak memanfaatkannya. Fokus kita harus tertuju
kepada Allah, bukan kepada masalah kita. Kita harus mengingat siapa Allah
sesungguhnya dan bagaimana kasih setiaNya telah terbukti sepanjang perjalanan
hidup kita. Oleh karena itu kita harus membaca Alkitab untuk membangun iman
kita. Firman Allah adalah senjata yang sangat ampuh untuk mengalahkan
kejahatan. Waktu kita ketakutan, kita harus melawannya dengan iman, dan kita
harus berpegang pada janji-janji Allah apapun yang kita rasakan.
Kekekalan
harus ditempati oleh orang-orang yang telah memilih untuk mempercayai dan
mengasihi Allah berdasarkan perkataanNya, orang-orang yang telah belajar melalui
pengalaman mereka yang menakutkan selama di muka bumi bahwa Allah itu
sepenuhnya dapat dipercaya. Allah senang menyatakan kuasaNya melalui
keterbatasan dan kemampuan kita.
Hidup
ini bukan sebuah kursus untuk mengembangkan karakter. Kecakapan itu harus
dibagun selama bertahun-tahun. Dan latihannya bukan hanya seminggu sekali
melainkan setiap hari. Karakter terbentuk sewaktu kita melakukan tugas-tugas
biasa dan rutin yang mesti kita lakukan dan melakukannya dengan kemampuan
terbaik kita demi kemuliaan Tuhan. Orang Kristen yang berakar di dalam Allah
akan sanggup menahan terpaan angin dan akan tetap teguh sekalipun diterjang
badai. Ia akan memberikan buah, berkat dan bagi siapa saja yang ditemuinya.
3.
Kecemburuan
Akar
kecemburuan sering dimulai pada masa kecil, khususnya sewaktu kita sering
disbanding-bandingkan dengan orang lain. Kerusakan parah akibat kecemburuan
tidak bisa ditutup-tutupi. Kecemburuan seolah menelan orang yang menyimpannya.
Sebagian dosa setidaknya memiliki “daya pikat” tertentu, kesenangan yang
menyesatkan dan berlangsung hanya sementara. Kecemburuan adalah salah satu dosa
yang sama sekali tidak menawarkan kesenangan pada korbannya. Salah satu
contohnya adalah Saul. Kecemburuan tidak dapat merayakan karunia orang lain
karena kecemburuan tidka pernah melihat kepada orang-kecemburuan selalu
memperbandingkan.
Lalu
apa yang harus kita lakukan agar mengalahkan kecemburuan :
1.
Bertobat : kita harus mengakuinya dan
kemudian memutuskan untuk tidak melakukannya. Tidak peduli dimana kita berada,
atau siapapun kita, atau apa yang telah kita lakukan, hati Allah selalu terbuka
bagi kita. Kita hanya perlu mematuhi perintah Allah yang sudah begitu jelas.
Waktu kita bertindak demikian, Dia akan menguatkan kita untuk mengalahkan dosa.
2.
Hidup menurut kebenaran
Sesungguhnya,
kehidupan orang tidaklah seperti apa yang terlihat secara lahiriah saja. Kita
semua memiliki tekanan, kepedihan dan persoalan masing-masing. Sungguh bodoh
kalau kita ingin menjadi orang lain, Karena itu hanya berarti menukarkan
seluruh persoalan kita dengan persoalan mereka.
3.
Sadarilah berkat-berkat yang Anda terima
Mengalahkan
kecemburuan menuntut kita untuk melihatnya secara apa adanya-suatu
ketidakpuasan dan perasaan tidak cukup, yang membuat kita marah terhadap Allah.
Yang ada dibalik kemarahan itu adalah sikap yang tidak tahu berterimakasih dan
kesombongan yang mengerikan. Kecemburuan melukai orang yang kita cemburui dan
pada akhirnya menghancurkan kita.
4.
Belas kasihan
Belas
kasihan berarti memiliki empati yang mendalam dan segenap hati terhadap orang
lain. Ini adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam cara pandang orang
lain. Belas kasihan bukan hanya ditujukan kepada mereka yang layak menerimanya,
ia mengalir dari hati Allah bagi semua orang. Sewaktu kasih diungkapkan melalui
belas kasihan, hal itu jelas-jelas tidak selaras dengan kecemburuan. Keduanya
tidak mungkin muncul bersama-sama.
Akar
belas kasihan :
1.
Melihat diri kita secara akurat di
hadapan Allah
2.
Menyadari dosa kita dan kebutuhan kita
yang mendalam akan anugerah
Buah
belas kasihan :
1.
Kita dibebaskan
2.
Bebas untuk hidup bagi Allah
Belas
kasihan itu menular. Marilah kita mengejarnya dan membuaka diri kita dan
anak-anak kita terhadap kebaikan pada setiap kesempatan.
5.
Kebencian
Bila
anda membenci seseorang, anda sudah sama saja membunuhnya. Pengampunan adalah
tindakan berdasarkan kehendak dan kehendak dapat bekerja bagaimanapun keadaan
hati kita. Dalam kehidupan Saul juga menunjukkan bahwa dosa itu bersifat
dinamis. Karena ia menolak untuk menghadapinya, dosa itu semakin buruk dan
berkembang kian parah saja. Kita berusaha sedapat mungkin untuk menutup-nutupi
kebencian kita. Namun kita tidak dapat diampuni dan disembuhkan dari dosa yang
kita tidak mau mengakuinya.
Kebencian
membutakan kita dan membuat kita melihat sesama kita sebagai monster. Namun
ketika kita mengakui dan sadar , kita mengenali kebencian tersebut dan hanya
Allah yang dapat benar-benar mengubah hati kita.
Allah
tidak menuntut kita untuk taat karena Dia kejam, namun karena Dia sangat
mengasihi kita dan Dia sama sekali tidak menginginkan kita membawa hal-hal yang
akan menghancurkan ke dalam jiwa kita.
Yang
Allah kehendaki adalah ketaatan, baik dalam perilaku maupun dalam doa kita yang
berseru kepadaNya meminta pertolongan. Ia memerlukan kerja sama kita, namun tujuannya
adalah untuk kemerdekaan dan kesembuhan kita sendiri. Kita seharusnya tidak
membiarkan kuasa dan kasih Allah dihambat dosa kita. Kita tidak boleh
membiarkan dosa masuk, atau ia akan bertumbuh dan berkembang dengan sendirinya.
6.
KASIH
Kasih
tidak berusaha mencari penerimaan bila hal itu justru akan membutakan orang
lain terhadap realitas situasi yang sesungguhnya. Kadang-kadang kasih menuntut
kita lebih daripada sekedar mengupayakan kebenaran. Kasih juga menuntut kita
menyatakan kebenaran, yang mungkin jauh lebih sulit. Kasih tidak termanipulasi
oleh perasaan bersalah atau ketakutan. Kasih tidak berusaha mencari penerimaan
bila hal itu justru akan membutakannya terhadap realitas situasi yang
sesungguhnya. Bahkan sekalipun kemarahan kita “benar”, kita harus selalu
memperlakukan orang dengan sikap hormat.
Kita
adalah orang berdosa yang angkuh, namun korban yang rela untuk menanggung dosa
dan keangkuhan kita adalah Allah. Konsep penggantian atau menjadi perantara,
adalah inti kasih tertinggi dan merupakan inti keselamatan kita juga. Kalau
kita tidak membiarkan Allah memenuhi hati kita, kalau kita menolak untuk
melepaskan kebencian kita terhadap musuh, berarti kita sebenarnya tidak pernah
mempercayai fakta yang tak perlu diragukan lagi : Kristus telah mati bagi kita
ketika kita masih berdosa.dan sekarang Kristus telah bangkit, kita sudah menang.
7.
Pemberontakan
Dalam
pemberontakan saul, ia tidak pernah berpikir untuk bertanya mengapa Allah tidak
bekerja seperti apa yang diharapkannya. Ia tidak mengajukan pertanyaan semacam
itu karena ia tidak ingin mengetahui kebenaran. Seperti itulah cirri suatu
pemberontakan. Oleh karena itu jangan sampai permusuhan pribadimu lebih utama
daripada keamanan nasional.
Allah
memberi kita banyak kesempatan untuk belajar, bahkan sekalipun kita menolak
untuk mendengarkan penyelidikan hati nurani kita, pengalaman hidup seharusnya
sudah ckup mengajarkan kepada kita apa yang benar dan apa yang salah. Seluruh
bidang pengalaman selalu benar bila Anda mengujinya dengan tidak berat sebelah.
Inti
pemberontakan adalah mengenal kebenaran, menyadari kehendak Allah, namun
menolak tunduk kepadaNya.
Bagaimana
mengatasi pemberontakan
1.
Ingatlah kehendak siapa yang menentukan
2.
Ingatlah bahwa dosa itu seperti bola
salju
3.
Ingatlah pengaruh dari pilihan satu
orang
8.
Kepatuhan
Memberitakan
hukum taurat tanpa mengajarkan bagaimana berjalan di dalam Roh membuat jemaat
mengerti apa yang seharusnya mereka lakukan, namun tidak memiliki kuasa dalam
melakukannya (listening prayer). Dari mazmur jelas bahwa Daud berdoa saat dia
menghadapi persoalan. Meskipun demikian, pesan yang disampaikan tetap
mengandung penghiburan : sekalipun persoalan menimpa kita akibat ketidaksabaran
kita sendiri, kita tetap dapat berseru kepada Allah, dan Dia akan mendengar,
menjawab, dan membebaskan kita.
Jangan
menganggap apa yang Anda inginkan dan apa yang Allah inginkan bagi hidup Anda
itu sama sekali berbeda. Ia mungkin akan memberi apa yang Anda inginkan. Namun,
Ia tidak akan memberikan pemberian itu sebelum Anda belajar untuk melepaskan.
9.
Kemarahan
Kemarahan
yang benar akan bertindak secara berbeda dari kemarahan yang salah. Kemarahan
yang benar akan berupaya melakukan perbaikan, bukannya pembalasan dendam.
10.
Kelemahlembutan
Kelemahlembutan
melambangakan kekuatan yang besar, namun kekuatan tersebut telah dikendalikan. Bila
kita berusaha membujuk seseorang yang berdosa untuk melakukan apa yang benar,
tujuan kita harulah selaras dengan tujuan Allah.
Menempatkan
kemarahan dalam perspektif yang benar :
1.
Pertimbangkan sumber hinaan itu
2.
Pertimbangkan gaya koreksinya
3.
Pertimbangkan kekuatan pembela Anda
4.
Pertimbangkan masa depan Anda
Perdamaian
yang tidak bersumber pada kebenaran
adalah kebohongan. Allah telah mengatur langkah Daud, calon raja Israel dan
mengujinya. Melalui semuanya itu ia telah belajar untuk mengendalikan amarahnya.
Ia belajar tentang kekuatan kelemahlembutan, kesalahan balas dendam, dan
perbedaan antara pengampunan dan perdamaian. Ia mengajar kita sebagai sesama
peziarah dalam perjalanan bersama Tuhan.
11.
Keputusasaan
Kadang-kadang orang yang putus asa sudah
menghadapi dosa mereka, namun mereka tidak dapat melihat adanya harapan.
Keputusasaan berubah menjadi pengharapan bukan karena semuala seseorang
memiliki sumber batiniah sendiri, melainkan karena seseorang tersebut bersedia
membuka dirinya kepada Allah menurut cara apa saja yang tersedia. Seseorang
juga dapat memberi Allah kesempatan sekali lagi dengan bersandar kepada orang lain.
Kemudian suatu hari pengharapannya kepada Kristus benar-benar ia miliki
sendiri.
Allah
menciptakan kita menurut gambarNya, sehingga bila kitabmenyimpang dari
jalan-jalanNya, kita tidak akan berfungsi secara benar.
12.
Harapan
Harapan
berarti tetap menanti dengan tekun ketika keadaan tampaknya sudah tanpa harapan
(G.K.Chesterton). cara lain untuk meningkatkan harapan kita adalah dengan
merenungkan apa yang telah Allah lakukan pada masa lalu kita. bila ia sudah
menyelesaikan segala masalah hidup kita, hari itu akan jauh lebih mulia justru
karena kita telah melewati kesengsaraan. Harapan memampukan kita bertahan
sampai akhir dan untuk tetap tabah, bila kita harus menderita, karena kita tahu
bahwa kita telah disediakan mahkota kebenaran (2 Tim 4:8).
Sekian
dari resensi buku ini. Kiranya untuk lebih lengkap lagi silahkan Anda sekalian
membaca buku ini dan dapat dibeli do toko-toko buku rohani terdekat.
Terima
kasih J