DILEMA
SOAL BOHONG
1 Samuel 16:1-13 (Tgl 2 Februari
2023, Kamis)
Bolehkah
berbohong ? Kemungkinan besar kita semua akan mengatakan, “Tidak !” , Tapi
bagaimana, jika ada kondisi-kondisi tertentu yang mana kita tidak bisa begitu
saja berterus terang ? Apakah atas nama “hukum ke-9” kita mengatakan yang
sebenar-benarnya, tidak peduli apa akibat yang mungkin saja muncul ? Dokter
mungkin salah satu profesi yang sering mengatakan kebohongan. Mereka berkata
kepada pasiennya, “Tak perlu dipikirkan, Nanti akan sembuh kok”. Padahal pasien
itu mengidap kanker stadium lanjut. Mungkin dokter itu berpikir, jika ia
mengatakan yang sebenarnya pasien tersebut akan syok dan akan semakin
memperparah keadaannya.
Terus
terang, untuk mengatakan hal yang sebenarnya kita butuh hikmat. Namun, di sisi
lain kita tidak boleh mengatasnamakan “hikmat” untuk gampang berbohong. Terlebih
lagi ketika kita berada di “area abu-abu”, yang mana kita tidak bisa secara
sembarangan mengatakan hal yang sebenarnya karena pertimbangan-pertimbangan
kemanusiaan itu. Beberapa orang skeptis menuduh Tuhan mengajari Samuel untuk
berbohong, seperti pada bacaan kita hari ini (ay.2). Namun jika kita mengacu
pada hukum ke 9, “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu”. Yang jelas
dilarang adalah berdusta “tentang sesama kita”, artinya dusta yang mencelakakan
atau merugikan orang lain. Ya, lagi-lagi ini soal sikap hati. Apakah tujuan
kita berdusta ? Untuk merugikan orang lain ? Barang jelek dibilang bagus. Untuk
mencari amannya sendiri ? Menyangkal iman karena takut aniaya. Untuk tujuan
yang tidak penting ? Melebih-lebihkan cerita. Jika kebohongan kita tanpa ada “tujuan
yang mulia”, jelas itu dosa. Tapi apakah ada “bohong untuk tujuan mulia”? Sulit
untuk menjawabnya ! Namun dalam kenyataannya, tidak semua hal bisa kita
ungkapkan secara terus terang, bukan ?
Mintalah
bimbingan Roh Kudus agar perkataan kita jujur, tulus dan tanpa kepalsuan. Pada saat
yang sama, perkataan kita disertai dengan hikmat Tuhan. Menurut saya secara
pribadi, Tuhan lebih melihat sikap hati kita daripada kalimat yang kita
ucapkan. Jangan berbohong untuk merugikan orang lain, mencari aman (keuntungan)
diri sendiri dan berbohong untuk tujuan yang tidak perlu. (Petrus Kwik)
“Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu
Keluaran 20:18)
Kita tidak bisa begitu saja
berterus terang, tapi di sisi lain kita tidak boleh mengatasnamakan “hikmat”
untuk berbohong
Naposo Doeloe |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar