*Menutup-nutupi stunting*
Dikutip dari media sosial Risang Rimbatmaja
Beberapa kawan LSM yang bekerja di masalah stunting bercerita pemimpin daerahnya terkesan menutup-nutupi data. “Saya bolak-balik ke kantor-kantor mencari data stunting, dibilangnya nanti-nanti. Belakangan diberitahu, katanya dilarang dibagikan.”
Situasi ini mengingatkan saya dengan masalah AKI-AKB (Angka Kematian Ibu / Bayi) atau dulu, kasus-kasus gizi buruk, yang membuat malu para pimpinan daerah dan karenanya ditutupi rapat-rapat.
Tapi jangan salahkan khalayak sasaran atas hasil intervensi komunikasi. Jangan salahkan pemimpin-pemimpin daerah itu. Justru, pelajari metodologi komunikasi yang sudah dilakukan agar masalahnya bisa ditangani.
Jangan-jangan yang kita terlalu bersemangat mengomunikasikan pesan-pesan sisi buruk stunting saja. Stunting itu kerdil, otak tumpul. Nanti kalau besar, tidak produktif. Mudah terkena penyakit-penyakit tidak menular seperti kanker, jantung, diabetes dll. Dan yang mengerikan, semuanya tidak atau sulit terpulihkan.
Pesan-pesan buruk stunting itu bukan hanya disampaikan di hotel-hotel mentereng tempat kebanyakan pemimpin dan pemangku kepentingan membahasnya. Tapi jelas-jelas pesan-pesan itu menjadi popular di komunitas. Pak RT sudah tahu. Sampaik juga ke telinga warga, termasuk warga sebagai konstituen (yang menentukan keterpilihan pimpinan daerah).
Di sini masalahnya. Hal-hal yang memperburuk citra pemimpin tentu tidak boleh ke mana-mana. Apalagi dalam masa pilih memilih, wajah mesti kinclong benar.
Jadi, bisa jadi, perilaku khalayak sasaran menutup-nutupi kenyataan merupakan ekses dari kampanya stunting. Kalau orang tua anak stunting malu dan jadi enggan mengunjungi Posyandu atau menyangkal ke-stuntingan-an anaknya, pemimpin juga akan malu dan menutupi data stunting.
Entah masih bisa atau sudah kasep, masalah stunting mungkin perlu bungkus baru. Sekedar bungkus, bukan substansi. Mungkin lebih ke hal yang positif seperti membuat anak pintar? Pintar cari uang?
Apapun, pokoknya yang buat orang semangat dong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar