LOGIKA IMAN
Rut 1-2 , 29 April 2024
Iman dan logika dalam kehidupan sehari-hari seringkali dianggap bertentangan, karena iman seringkali dikaitkan dengan hal-hal yang tidak masuk akal, dan logika adalah hal-hal yang masuk akal. Hal-hal yang seringkali dianggap tidak masuk akal adalah mujizat dan kuasa ilahi. Ketika Tuhan mengatakan kepada Abraham bahwa dia akan mempunyai keturunan, dia menyanggah, mana mungkin karena dia sudah tua dan Sarah sudah menopause. Bagi Abraham sanggahannya itu logis atau masuk akal karena fakta yang dihadapi adalah kondisi usia dan tidak pernah ada kejadian sebelumnya yang menyangkal hal ini.
Kisah-kisah seperti inilah yang seringkali menjadi dasar orang berpendapat bahwa akal dan logika tidak perlu digunakan jika berkaitan dengan iman. Padahal logika adalah kemampuan menganalisis dan mengambil keputusan berdasarkan situasi dan kondisi yang ada. Dan akibatnya jika menyangkut iman atau hal-hal rohani, orang seringkali berlaku nekat dan menjadi sembrono dalam bertindak. Akal sehat tidak lagi digunakan lalu bertindak bodoh seperti yang tercatat dalam 1 Tim 6:5a “Percekcokan diantara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat”. Sebagai contoh, karena alasan percaya dan berharap kepada Tuhan lalu tidak dapat membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Jika ada yang diinginkan, hanya berdoa dan percaya Tuhan pasti beri, sehingga jika tidak diberi lalu meragukan dan menyalahkan Tuhan.
Lalu bagaimana seharusnya logika itu digunakan berkaitan dengan iman ? Logika adalah berpikir; ada pikiran sehat dan ada pikiran tidak sehat sesuai ayat 1 Tim 6:5a tersebut. Perhatikan Filipi 3:19b “.. Pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi”. Pikiran tidak sehat adalah berpikir semata-mata kepada perkara duniawi. Jika menginginkan sesuatu maka harus ada bagaimanapun caranya, legal atau ilegal. Mulai dari bekerja keras mengandalkan diri sendiri atau meminjam atau menipu orang lain yang penting mendapatkan apa yang diinginkan, hanya tertuju kepada yang kelihatan mata. Sedangkan pikiran sehat adalah berpikir dengan melibatkan Tuhan di dalam berpikir, apakah hal itu sesuai kehendak Tuhan atau tidak. Jika ya, apa rencana Tuhan di dalamnya karena segala sesuatu jika sesuai dengan firman Tuhan pasti ada tujuan bagi kemuliaan Tuhan sendiri.
Kata logika sendiri sebenarnya berasal dari kata logos yang diterjemahkan sebagai Firman. Dengan demikian, logika adalah berpikir dengan memakai pertimbangan-pertimbangan dan kebenaran Firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab. Itulah sebabnya kita perlu mengerti dan mengenal kebenaran agar pikiran kita mengalami pembaharuan menjadi sesuai dengan kehendak Firman dan bukan kepada kehendak kita sendiri. Jadilah bijak menjadi orang yang selalu berpikir di atas dasar kebenaran Firman Tuhan, Halleluyah. (LS)
Questions :
1. Apakah Anda dapat membedakan pikiran sehat dengan pikiran tidak sehat ?
2. Apa upaya Anda untuk mengerti kebenaran dan mempraktekkannya ?
Values :
Logika adalah berpikir dengan memakai pertimbangan-pertimbangan dan kebenaran Firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab.
“Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi (Filipi 3:18-19)”
Iman bertumbuh melalui logika berdasarkan logos (Firman)
BalasHapusLalu bagaimana seharusnya logika itu digunakan berkaitan dengan iman ? Logika adalah berpikir; ada pikiran sehat dan ada pikiran tidak sehat sesuai ayat 1 Tim 6:5a tersebut.
Logika adalah berpikir dengan memakai pertimbangan-pertimbangan dan kebenaran Firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab.
BalasHapus