Selamat pagi semua saudara dallam Kristus.
*Mengapa kita tidak mempercayai Dia dan bergantung kepada-Nya dalam segala hal?*
4 FEBRUARI
*Andalkan, Taati, Sembahlah Allah*
*“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri”* Amsal 3:5
Apabila Allah adalah Allah kita, maka kita mempercayai Dia.
Apabila kita menguji diri sendiri, *yang terbaik dari kita pun, akan membuat kita bertelut, dan malu karena menyadari betapa banyaknya ketidak-percayaan yang ada di dalam hati kita,* yang perlu ditundukkan.
Seandainya ada seorang yang dengan jujur mengatakan kepada kita ‘Aku sendiri akan menanggung kebutuhan engkau, membela engkau, melindungi engkau, berada di samping engkau menghadapi semua kesulitan’ – kita mempercayai dan berharap ia akan melakukannya. Namun *apakah kita berlaku demikian terhadap Allah?*
Aduh, sayangnya tidak! Maksud saya (penulis) ialah *sejauh kita belum sepenuhnya tunduk kepada Allah!*
Seorang percaya, tentunya, dalam skala tertentu mampu menjadikan Allah andalan dan keyakinannya, namun *masih tetap tersisa cukup banyak ateisme, bahkan di dalam diri orang-orang percaya terbaik*.
*Mengapa kita tidak mempercayai Dia dan bergantung kepada-Nya dalam segala hal?*
Mengapa kita tidak mempercayai Dia untuk melindungi dan melepaskan kita dari semua hal busuk, terutama *kebusukan rohani: dari dosa, setan, neraka, dan murka Allah?*
Tanda bahwa Allah adalah Allah kita, adalah *ketika kita mengandalkan Dia melampaui seluruh dunia, dan mempercayai hal-hal lain hanya datang dari Dia dan bagi Dia*.
Kita juga dapat mengetahui bahwa kita menjadikan Allah sebagai Allah kita melalui ketaatan kita, *terutama ketaatan dari manusia batiniah* kita.
Dengan menyesuaikan pikiran dan hasrat-hasratnya di hadapan Allah, dan *tidak membiarkan apapun muncul di dalam hati tanpa dicegah dan dikendalikan.*
Dengan rasa berkecukupan mengendalikan nafsu sehingga tidak bergolak, dan mengingini Roh Kudus sebagai pemandunya.
*Allah haruslah yang tertinggi*. Dengan terutama mempraktekkan *ibadah batin kepada-Nya*, hidup di hadapan-Nya dengan sempurna dan tulus.
Sesama patut dikasihi dan dihormati, tetapi *Allah adalah yang terutama.* Seharusnya kita tidak mengasihi apapun, tidak takut terhadap apapun, tidak mengandalkan apapun, atau *tidak bersukacita atas apapun di dunia ini karena kita hidup di hadapan Allah*!
Apapun yang kepadanya kita memberikan *keutamaan secara manusia batiniah*; apapun yang paling kita kasihi, apapun yang paling kita andalkan, apapun yang paling kita takuti, paling kita senangi, dan paling kita patuhi – *itulah Allah kita!*
Richard Sibbes (1577-1635), Works, Bab VI: hlm 11-13
Apapun yang kepadanya kita memberikan *keutamaan secara manusia batiniah*; apapun yang paling kita kasihi, apapun yang paling kita andalkan, apapun yang paling kita takuti, paling kita senangi, dan paling kita patuhi – *itulah Allah kita!
BalasHapusYesus Juruselamat umat manusia Amen.
BalasHapus