DRIVER ONLINE
Matius 13:1-23 , 10 Maret 2025
Suatu pagi yang cerah, saya sedang mengemudi bersama keluarga. Anak saya yang berusia enam tahun duduk di kursi depan, sementara istri saya berada di kursi belakang. Saat kami berhenti di perempatan karena lampu merah, sebuah mobil patroli polisi tiba-tiba berhenti di sisi kiri kendaraan kami. Melihat kesempatan untuk sedikit mengerjai anak saya, saya iseng menurunkan kaca pintu mobil sebelah kiri. Spontan, kedua polisi yang ada didalam mobil patroli itu menoleh ke arah kami. Tatapan mereka langsung bertemu dengan mata anak saya yang tampak terkejut. Tak ingin kehilangan momen, dengan polosnya ia menyapa, “Halo, Pak Polisi !” Kedua polisi muda itu tersenyum ramah dan membalas sapaan anak saya dengan hangat, “Halo, Dek ! Mau jalan-jalan ya ?” Setelah itu, mereka melirik ke arah saya dan istri saya, salah satu dari mereka berkata, “Driver online ya , Pak ?”
Tentu saja, ini bukan pertama kalinya saya dikira sebagai driver online saat bepergian bersama keluarga kecil saya. Mungkin karena perawakan saya yang “sedikit dekil”, kulit sawo matang, sementara istri dan anak saya berkulit lebih terang dengan mata yang “menyempit”, orang-orang pun cepat mengambil kesimpulan berdasarkan kesan pertama mereka. Namun, baik saya maupun istri tidak pernah mempermasalahkannya. Justru, kejadian-kejadian konyol seperti ini sering kali menjadi sumber tawa bagi kami. Alih-alih tersinggung, kami menikmati momen-momen kecil ini sebagai bumbu dalam hubungan kami, menjadikannya cerita ringan yang mempererat keharmonisan keluarga.
Keluarga adalah anugerah dari Tuhan, tempat kita belajar tentang kasih, kesabaran dan pengampunan. Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang konflik dalam keluarga tidak bisa dihindari. Perbedaan pendapat antara suami-istri, orangtua-anak, atau saudara kandung sering kali menjadi pemicu ketidakharmonisan. Firman Tuhan mengajarkan bahwa keharmonisan dalam keluarga harus dijaga dengan sikap rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Menghargai satu sama lain dan tidak memetingkan diri sendiri adalah kunci untuk membangun keluarga yang rukun. Terkadang, kita perlu belajar untuk mengalah demi menjaga damai.
Mengampuni kesalahan anggota keluarga dan tidak menyimpan dendam adalah wujud nyata kasih yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Sebagaimana Tuhan mengampuni kita, kita pun harus belajar untuk mengampuni. Mari kita renungkan, apakah kita sudah menjadi pembawa damai dalam keluarga ? Apakah kita lebih sering menuntut daripada memahami ? Hari ini, ambillah waktu untuk menunjukkan kasih kepada keluarga kita. Mungkin dengan kata-kata yang lembut, tindakan yang penuh perhatian, atau doa yang tulus bagi mereka. Apapun keadaan kita saat ini, harus diupayakan untuk selalu harmonis dalam menjalin hubungan keluarga kita. Anda setuju ? (HB)
Questions :
1. Apakah Anda sudah berusaha untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga ?
2. Bagaimana Anda bisa lebih menunjukkan kasih dan pengampunan kepada anggota keluarga Anda hari ini ? Diskusikan !
Values :
Kebahagiaan tidak selalu berasal dari hal-hal besar, tetapi juga dari momen-momen kecil yang bisa dinikmati bersama keluarga.
“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dann sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera (Efesus 4:2-3)”
Keluarga yang harmonis bukanlah keluarga tanpa masalah, tetapi keluarga yang memilih kasih, pengampunan, dan kesabaran dalam setiap keadaan.
![]() |
Semangat Pagi buat kita semua ! |
“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dann sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera (Efesus 4:2-3)”
BalasHapusKeluarga yang harmonis bukanlah keluarga tanpa masalah, tetapi keluarga yang memilih kasih, pengampunan, dan kesabaran dalam setiap keadaan.
BalasHapus