BUAH
BELIMBING
(Averrhoa carambola L.)
Varietas: Belimbing Demak,
Sembiring, Paris, Dewi, dll.
Belimbing |
Iklim:Curah hujan tinggi atau
daerah musim kemarau dengan perawatan baik.
Daerah: 0 - 500 m dpl.
Tanah: Tanah bertekstur ringan
hingga berat, sedikit berpasir, berdrainase baik, dan agak asam, pH 5,0 - 6,0.
Perbanyakan : Penyambungan
Untuk mendapatkan bibit yang sama
seperti induknya sekarang, bibit belimbing diperbanyak dengan penyambungan.
Sebagai batang atasnya diambil dari pohon yang sudah diketahui produktifitas
dan mutu
buahnya tinggi. Rata-rata bibit
yang berumur satu tahun sudah dapat mulai berbuah tetapi sebaiknya bibit yang
sudah kuat pohonnya yaitu setelah 2 - 3 tahun yang boleh untuk berbuah.
Penanaman :Jarak tanam untuk
belimbing adalah 6 x 6 m.
Lubang tanam dibuat 80 x 80 x 100
cm beberapa minggu sebelum penanaman. Biasanya dilakukan pada musim kemarau.
Sebagai campuran untuk tanah, tempat penanaman dapat dipakai pupuk kandang
sebanyak ± 0,3 m3.
Lubang tanam yang sudah diberi
pupuk dasar dan sudah diangin-anginkan beberapa hari siap untuk ditanami.
Dengan bibit yang baik dan cara penanaman yang tepat, kita akan mendapatkan
tanaman belimbing yang mampu memberikan
hasil secara optimal.
Bersamaan dengan itu, bibit yang
berumur 6 - 12 bulan, bisa ditanam di lubang ini. Karena bibit ini umumya
diperlihara dalam kantung plastik, maka sebelum ditanam buka dulu pot
plastiknya secara hati-hati. Maksudnya, agar akar bibit tidak terganggu dan tanah
yang menutup akar tidak berantakan. Posisi bibit persis di tengah lubang dan
dikubur sebatas pangkal batang. Usahakan batas penanaman ini sejajar dengan
permukaan tanah di sekitarnya, untuk mencegah menggenangnya air bila suatu saat
hujan besar. Terakhir, tanah dipadatkan sedikit sambil disiram. Untuk
mengurangi penguapan air, tanah dapat ditutup dengan jerami atau rumput kering.
Peneduh juga sebaiknya dipasang supaya bibit yang baru tidak mati kena sengatan
panas matahari.
Pemupukan:Dosis pupuk per pohon
menurut umur tanaman
Umur tanaman (th) Pupuk kandang
(m3/th) NPK 15:15:15 (gr)
0 - 1 0,3 50 (tiap 3 bulan)
1 - 2 0,3 100 (tiap 3 bulan)
2 - 3 0,4 150 (tiap 3 bulan)
>3 0,05 50 (tiap 6 bulan)
Setelah memasuki masa produksi,
formulasi pupuk dapat diganti dengan pupuk yang berkadar P dan K lebih tinggi
dari N karena unsur inilah yang banyak dipakai tanaman untuk pembentukan buah,
misalnya formulasi pupuk 10-20-20. Frekuensi pemupukan bagi tanaman yang telah
berproduksi adalah 2 kali setahun yaitu pertama pada awal musim hujan dan yang
kedua pada akhir musim hujan atau saat memasuki musim kemarau.
Pemeliharaan:
Untuk mendapatkan buah belimbing
yang bagus, penampilannya mulus, dan rasanya manis, tanaman butuh perawatan
yang memadai. Perawatan tanaman dimulai sejak bibit ditanam hingga tanaman
tidak berproduksi lagi. Perawatan itu meliputi penyiraman, pemupukan,
pemangkasan, dan penjarangan buah.
Penyiraman
Tanaman belimbing banyak
membutuhkan air sepanjang hidupnya. Di daerah yang sepanjang tahun mendapatkan
hujan, tentu air tidak manjadi masalah. Namun di daerah yang memiliki/mengalami
musim kering, kebutuhan tanaman akan air perlu mendapat perhatian. Penyiraman
dapat dilakukan dengan cara disiram sampai daerah sekitar tajuk tanaman basah.
Meskipun selalu butuh air, tanaman ini kurang menyukai air tergenang. Oleh
sebab itu tempat tumbuh tanaman harus diberi sarana drainase yang baik. Bila
ada kelebihan air, segera dialirkan ke luar kebun agar tidak menggenang.
Pemberian mulsa
Untuk mempertahankan kelembaban dan
untuk mengurangi penguapan air tanah yang berlebihan, sebaiknya tanah diberi
penutup. Pada umumnya areal belimbing ditanami dengan rumput Taiwan sebagai
mulsa. Rumput yang diberikan tidak banyak dan ditanam bersamaan dengan
penanaman bibit. Seiring dengan pertumbuhan tanaman, rumput itupun berkembang.
Selanjutnya rumput dibiakkan sampai memenuhi areal penanaman belimbing, kecuali
di sekitar tajuk. Rumput-rumput lain (selain rumput yang ditanam) yang dapat
mengganggu atau merugikan tanaman dapat dimatikan dengan manual atau herbisida
selektif.
Pemangkasan dan pembuatan
para-para.
1. Tujuan pemangkasan
Tujuan pemangkasan adalah untuk
membentuk tajuk tanaman, meremajakan tanaman berumur tua, membuang cabang atau
ranting yang tumbuhnya tidak beraturan, mendorong produksi buah, dan untuk
memudahkan panen. Memangkas tanaman biasanya dengan menggunakan gergaji untuk
cabang besar, gunting dahan untuk ranting.
2. Cara pemangkasan
Dilakukan dengan irisan miring ke
atas. Dengan tujuan agar air siraman maupun air hujan, langsung meluncur ke
bawah. Dengan begitu akan cepat kering, walaupun sempat terguyur. Luka
pangkasan yang lebar sebaiknya jangan dibiarkan begitu saja, tapi sebaiknya
dilumuri dengan bahan pelindung seperti parafin, cat minyak, atau ter, sehingga
luka akan terhindar dari serangan bakteri. Terutama berlaku untuk cabang atau
dahan berukuran besar.
Dengan memangkas cabang-cabang
bawah, diharapkan tanaman tumbuh ke atas. Setelah tanaman mencapai ketinggian
175 cm, pemangkasan dihentikan dan cabang-cabang dibiarkan tumbuh semestinya. Pada saat itu dibuat para-para/ajir yang
menopang cabang-cabang tanaman. Tujuan pembuatan para/ajir ini agar cabang dan
ranting tidak melengkung ke bawah. Para-para/ajir ini akan terasa manfaatnya
bila tanaman sudah berbuah. Cabang/ranting akan tersangga cukup kuat dan tidak
akan melengkung atau patah meski tanaman sarat dengan buah. Agar kuat,
para-para/ajir dibuat dari kayu ulin atau pipa besi. Setelah para-para/ajir
dibuat, pemangkasan dapat dilanjutkan yaitu memangkas cabang-cabang yang tumbuh
di bawah atau ke arah bawah para-para/ajir. Sedangkan cabang-cabang yang berada
di atas para-para/ajir dibiarkan tumbuh.
Agar buah berukuran besar dan mulus
Umur 1 tahun, tanaman belimbing
sudah mulai berproduksi. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pembuahan perlu
ditunda. Maksudnya, buah pertama sebaiknya dibuang semua, tidak ada buah yang
dibiarkan menjadi besar. Maksudnya agar tanaman tumbuh kuat dulu, baru pada
tahun kedua buah dipelihara dan dibesarkan. Buah pertama yang dibiarkan
membesar, sering kurang baik bagi tanaman. Tanaman akan menjadi lemah dan mudah
terserang hama/penyakit. Dengan ditundanya pembuahan tanaman akan tumbuh kuat,
dan tahun-tahun selanjutnya tanaman mampu menghasilkan buah-buah yang bagus. Agar
buah berukuran besar, maka perlu penjarangan. Bila dibiarkan begitu saja, buah
tidak bisa berkembang secara optimal. Karena distribusi makanan diperuntukkan
bagi banyak buah, dan buah tidak leluasa berkembang karena berdesakan.
Penjarangan dimaksudkan agar buah lebih leluasa berkembang dan distribusi
makanan hanya untuk buah yang dipelihara.
Dengan demikian buah akan menjadi
besar. Buah yang dipelihara adalah buah yang sehat, tidak cacat, dan tumbuh
pada cabang-cabang besar. Sedangkan buah yang tumbuh pada ranting-ranting
kecil, yang cacat atau sakit, dibuang semua. Dalam penjarangan ini diusahakan
tidak ada buah yang menggerombol atau berdempetan. Satu pohon diperkirakan
hanya ada 100 buah belimbing yang dipelihara sampai besar. Dengan demikian, buah
benar-benar tumbuh maksimal pada cabang yang kokoh sehingga buah tidak mudah
rontok, atau cabang patah. Penjarangan dilakukan saat buah sebesar 2,5 - 5 cm
atau 5 - 10 hari setelah bunga bermekaran.
Untuk mendapatkan buah belimbing
yang mulus pada saat panen nanti, maka buah harus dibungkus. Selain untuk
menghindari hama/penyakit, khususnya hama lalat buah, pembungkusan dapat
membuat buah tampak lebih bersih dan menarik. Kapan mulai melaksanakan
pembungkusan buah di pohon? Segera setelah penjarangan, buah harus sudah
dibungkus.
Pembungkusan buah di pohon
hendaknya dilakukan dengan hati-hati agar buah itu tidak lepas dari tangkainya.
Sebagai pembungkusnya dapat digunakan kertas koran. Caranya, ambil selembar
kertas koran selebar 1/4 halaman, lalu digulung. Besarnya lubang gulungan itu
diperkirakan mampu memuat buah belimbing yang berkembang maksimal. Caranya bisa
menggunakan bantuan botol atau gelas yang digulungkan pada kertas koran itu.
Setelah gulungan terbentuk,
gelas/botolnya dapat ditarik keluar. Setelah itu, dengan hati-hati buah muda di
pohon dibungkus dengan gulungan koran tadi. Bagian pangkal (tangkai buah)
maupun ujungnya dapat dijepit dengan staples. Buah dibungkus satu per satu,
sampai buah di pohon terbungkus semua.
Pengendalian Hama:
Tanaman belimbing dapat terserang
hama atau penyakit yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Pengendlaian hama dan
penyakit harus dilakukan sedini mungkin agar kerugian yang lebih besar dapat
dihindarkan.
Hama
Hama yang sering menyerang tanaman
belimbing adalah tungau. Hama yang berukuran kecil ini biasanya bersembunyi di
permukaan daun bagian bawah. Tungau ini mengisap cairan tanaman dan
meninggalkan bekas titik-titik halus berwarna kecoklatan pada permukaan bawah daun.
Serangan berat dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Hama tungau hanya dapat
diberantas dengan pestisida sistemik atau kontak yang banyak tersedia. Selain
itu, buah-buah muda umumnya peka terhadap serangan lalat buah. Buah yang sudah
terlanjur dihinggapi lalat buah, tidak akan dapat diselamatkan, artinya
kualitas buah akan menurun. Satu-satunya jalan adalah mencegah serangan hama tersebut.
Untuk mencegah lalat buah, maka buah perlu dibungkus sejak masih pentil.
Sebagai tindakan pencegahan terhadap serangan hama-hama yang merugikan, 2
minggu sekali tanaman disemprot pestisida, yang takarannya disesuaikan dengan
dosis yang tertera pada kemasannya.
Penyakit
Kadang kala belimbing diserang cendawan
jelaga yaitu pada musim hujan dan udara lembab. Tandanya dapat terlihat jelas
sebagai lapisan hitam di atas permukaan daunnya. Untuk pencegahan dapat dilakukan
penyemprotan dengan bubuk sulfur atau bordeaux.
Pemanenan
Pada waktu pemetikan perlu dilakukan
dengan hati-hati agar buah tidak luka atau memar, karena hal ini akan
mempengaruhi mutu belimbing.
Oleh karena itu sebaiknya buah
dipungut hati-hati, dengan memisahkan buah yang kena penyakit dan buah yang
sehat. Jangan dipetik terlalu matang bila akan dikirim ke tempat jauh, dan buah
yang sudah dipetik hendaknya ditampung dalam wadah yang sebelumnya sudah dialasi
dengan kain bekas atau bahan lain seperti jerami.
Pemetikan buah dilakukan kira-kira
60 - 65 hari setelah bunga mekar, buah berwarna kuning muda atau hijau
kekuningan (kira-kira 25% kuning dan 75% hijau). Pemetikan dilakukan pagi hari
ketika suhu udara tidak begitu panas. Agar buah tidak rusak, pemetikan hendaknya
dilakukan dengan hati-hati. Buah yang masih terbungkus koran ditarik dengan
tangan, kemudian dimasukkan ke dalam keranjang atau wadah lain yang telah
disediakan. Pengumpulan buah dari kebun sebaiknya dilakukan di tempat teduh,
terlindung dari sinar matahari, agar buah terjaga kesegarannya.
Perlakuan buah setelah panen
Buah diangkut dari kebun dan diletakkan
di tempat yang teduh. Kemudian buah dilepaskan dari bungkusnya. Buah-buah yang
cacat dipisahkan dari buah yang baik. Klasifikasi mutu buah biasanya ditentukan
oleh penampilan (kemulusan buah) dan besarnya. Belimbing ini digolongkan dalam
3 kualitas, yaitu kualitas A, B, dan C.Kualitas A adalah buah yang berukuran
besar, 1 kg hanya berisi 4 buah. Kualitas B, per kilogramnya berisi 6 buah,
sedangkan kualitas C 8 - 9 buah.
Selain itu, buah belimbing juga
diklasifikasikan berdasarkan warnanya. Indeks warna 1, buah berwarna hijau
penuh. Indeks warna 2, buah berwarna hijau kekuningan (warna kuning kurang dari
25%). Indeks warna 3, buah yang memiliki warna kuning 26 - 55 %. Indeks warna
4, buah yang memiliki warna kuning 76 - 100%. Yang terakhir, indeks warna 5,
sepenuhnya berwarna orange. Pemisahan berdasarkan warna ini biasanya untuk
tujuan ekspor. Buah yang memiliki indeks warna 1 tidak layak untuk dijual
karena rasanya masih asam dan kelat. Buah berindeks warna 2 dan 3 adalah buah belimbing
yang cocok untuk ekspor karena masih bisa tahan lama dan rasanyapun enak.
Sedangkan buah yang memiliki indeks warna 4 dan 5, tidak sesuai untuk ekspor, meskipun
rasanya manis, karena tidak tahan lama.
Bila untuk keperluan ekspor, buah
dipilih yang bersih, mulus, keras, dan pejal. Agar buah tetap terjaga mutunya
sampai di pasar, yaitu warnanya tidak berubah, tidak busuk atau rusak, dan buah
tetap pejal, perlu penanganan tersendiri. Setelah dipilih, buah dilap dengan
kain halus untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada buah. Kemudian setiap
buah dibungkus dengan film regang (plastik PVC tipis, setebal 0,14 mm) yang
berukuran 30 x 30 cm.
Buah yang telah dibungkus kemudian
disusun dalam kotak/kardus yang telah dilapisi spon. Buah disusun dengan
pangkal buah di bawah (berdiri), dan setaip kardus hanya berisi 18 - 24 buah.
Selanjutnya dus-dus berisi buah belimbing itu disimpan sementara di ruangan dingin
(kira-kira 50ºC), sebelum diangkut untuk diekspor. Dengan sistem pembungkusan
dan penyimpanan di ruangan dingin ini mutu buah akan terjaga dan dapat tahan
sampai 3 minggu. Buah yang akan dipasarkan ke tempat jauh, sebaiknya dikemas
rapi dalam kotak khusus agar buah sampai di tempat tujuan dengan utuh. Kotak
alias peti ini biasanya dibuat dari kayu. Ukuran peti yang terbaik 60 x 28 x 28
cm. Dinding peti jangan ditutup rapat tapi diberi lubang yang jaraknya lebih
kecil dari ukuran buah belimbing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar