H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 20 Agustus 2020

Tuhan itu ada

 Slmt pg buat kita semua..

😊😊


Mazmur 79:13 (TB)  Maka kami ini, umat-Mu, dan kawanan domba gembalaan-Mu, akan bersyukur kepada-Mu untuk selama-lamanya, dan akan memberitakan puji-pujian untuk-Mu turun-temurun. 

🙏🙏🙏


TUHAN ITU ADA


Sebuah kelompok berisikan 15 tentara, yang dipimpin oleh _*seorang Mayor*_ sedang menuju sebuah _*Pos di Himalaya*_ di mana mereka akan ditempatkan selama 3 bulan ke depan. 

Grup yang akan dibebas tugaskan menunggu dengan gelisah.


Cuaca yang dingin dan salju yang turun sesekali membuat pendakian yang berbahaya tersebut semakin sulit.


_*Andai saja ada yang berjualan teh,*_ pikir sang Mayor, meskipun ia tahu itu adalah _*harapan yang sia2.*_


Mereka melanjutkan perjalanan lagi selama 1 jam hingga akhirnya mereka menemukan sebuah _*bangunan tua yang sudah bobrok,*_ yang terlihat _*seperti kedai teh namun terkunci.*_ Saat itu hari sudah larut malam.


“Tidak ada teh. Sial ! ”, kata sang Mayor kepada tim-nya. 

Namun ia menyarankan seluruh tim untuk beristirahat karena mereka sudah berjalan selama 3 jam.


_*“Pak, ini adalah kedai teh dan kita dapat membuat teh, kita dapat merusak kuncinya”*_, saran dari salah satu pasukannya.


Sang Mayor pun mengalami dilema terhadap saran yang tidak etis itu, namun memikirkan secangkir teh yang hangat untuk tim-nya yang sudah kelelahan membuatnya memberikan ijin.


Mereka beruntung, tempat tersebut memiliki seluruh yang mereka butuhkan untuk membuat teh dan serta beberapa bungkus biskuit.

Tentara2 tersebut minum teh dan makan biskuit, dan kemudian mereka siap untuk melanjutkan sisa perjalanan mereka.


Sang Mayor berpikir, mereka sudah merusak kunci dan menikmati teh serta biskuit tanpa ijin dari pemilknya. Tetapi mereka bukanlah sekelompok pencuri.


_*Ia mengambil Rs 1000*_ dari dompetnya, meletakannya di atas meja, ditindih dengan tempat gula, sehingga sang pemilik dapat melihatnya.

Sang Mayor pun merasa terbebas dari tanggung jawab moral. 

Ia memerintahkan untuk menutup kedai tersebut dan melanjutkan perjalanan.


_*Tiga bulan berlalu*_, mereka tetap dengan pantang menyerah melakukan pekerjaan mereka, dan untungnya tidak ada seorang-pun yang menjadi korban dalam situasi pemberontakan yang kacau itu.


Tibalah saatnya untuk tim lain yang menggantikan mereka. 


Saat dalam perjalanan pulang, _*mereka singgah di kedai teh yang sama,*_ yang kebetulan pada saat itu buka dan pemiliknya ada di kedai.


Pemilik kedai teh yang sepi tersebut dengan senang hati menyambut 15 pelanggannya itu.


Mereka semua membeli teh dan biskuit. 

Mereka berbincang dengan orang tua itu mengenai kehidupannya dan pengalamannya berjualan teh di tempat yang terpencil itu.


_*Sang orang tua memiliki banyak cerita, terutama mengenai keyakinannya akan Tuhan.*_


_*“Bapak, jika Tuhan itu ada, mengapa Ia tidak mengeluarkanmu dari kemiskinan seperti ini?”*_ komentar salah seorang dari mereka.


“Jangan ber-kata2 seperti itu, Sahib! _*Tuhan itu nyata, saya mendapatkan buktinya 3 bulan lalu.”*_


“Saya _*sedang sangat kesulitan*_ pada saat itu karena anak saya yang satu2nya dipukuli hingga babak belur oleh teroris yang menginginkan informasi darinya, yang ia tidak tahu. _*Saya menutup kedai saya, dan membawa anak saya ke rumah sakit.*_ Ada obat yang harus saya tebus, tetapi _*saya tidak punya uang.*_

Tidak ada satupun yang mau memberi saya pinjaman, karena takut akan teroris. 

_*Saat itu saya putus asa.”*_


_*“Hari itu, saya berdoa pada Tuhan, dan Tuhan datang ke kedai saya hari itu.”*_


“Saat saya kembali ke kedai, saya menemukan gemboknya dirusak, saya merasa hancur, saya kehilangan semua yang saya miliki. 

Tetapi _*saya menemukan Tuhan meninggalkan Rs 1000 di bawah tempat gula.*_

Saya tidak bisa menjelaskan betapa berharganya uang itu pada saat itu. _*Tuhan itu nyata,*_ Sahib.”


Keteguhan keyakinannya terpancar dari matanya. 

15 pasang mata semua melihat sang Mayor, dan dengan jelas membaca kode, “Diam!”


Sang Mayor kemudian bangun dan membayar tagihannya. 

Dia memeluk orang tua itu dan berkata, _*“Iya, Baba, saya tahu Tuhan itu nyata dan, tehnya sangat nikmat.”*_


Kemudian ada 15 Pasang mata yang hampir tidak dapat membendung air mata mereka masing2 melihat Mayornya itu, sungguh sebuah pemandangan langka.


Kenyataannya adalah, kita semua bisa menjadi "Tuhan" bagi siapa saja.


Diterjemahkan dari _*"WELCOME CUP OF TEA" share by a Soldier*_


_*Tuhan menolong kita dengan berbagai macam cara bagi orang yang Percaya*_


Selamat pagi 

Salam sehat

Tuhan menyertai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar