H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Selasa, 03 Juli 2012

Kekhususan PEmasaran dalam Kehutanan


SIFAT – SIFAT KHUSUS PEMASARAN

Dalam pelaksanaan pemaaran jasa oleh pemasar, ada sifat khusus yang membedakan pemasaran jasa dengan pemasaran barang. Sifat khusus tersebut menurut Alma (1992) adalah sebagai berikut :

a. Menyesuaikan dengan selera konsumen
Gejala ini ditandai dengan pasar pembeli yang lebih dominan dalam suasana pasaran jasa. Kualitas jasa yang ditawarkan tidak dapat dipisahkan dari mutu yang menyediakan jasa. Dalam industri dengan tingkat hubungan yang tinggi, pengusaha harus memperhatikan hal-hal yang bersifat internal dengan cara memelihara tenaga kerja dan mempekerjakan tenaga sebaik mungkin. Inilah yang sering disebut dengan internal marketing, yaitu penerapan prinsip marketing terhadap pegawai dalam perusahaan.

b. Keberhasilan pemasaran jasa dipengaruhi oleh jumlah pendapatan penduduk.
Dalam kenyataan, makin maju suatu negara akan semakin banyak permintaan akan jasa. Ini ada hubungannya dengan hirarki kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan akan jasa. Masyarakat yang belum banyak menggunakan jasa dapat dikatakan bahwa pendapatan masyarakat tersebut belum merata.

c. Pada pemasaran jasa tidak ada pelaksanaan fungsi penyimpanan.
Tidak ada jasa yang dapat disimpan. Jasa diproduksi bersamaan waktunya dengan mengkonsumsi jasa tersebut.

d. Mutu jasa dipengaruhi oleh benda berwujud sebagai pelengkapnya.
Karena jasa adalah suatu produk yang tidak berwujud maka konsumen akan memperhatikan benda berwujud yang memberikan pelayanan sebagai patokan terhadap kualitas jasa yang ditawarkan.

e. Saluran distribusi dalam pemasaran jasa tidak terlalu penting.
Ini disebabkan dalam pemasaran jasa perantara tidak digunakan. Akan tetapi ada type pemasaran tertentu yang menggunakan agen sebagai perantara.

Pengertian Citra
Konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sesuatu bukan hanya mengharapkan sekedar barang saja, akan tetapi ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain itu sesuai dengan citra yang terbentuk dalam dirinya. Suatu perusahaan berkepentingan untuk memberikan informasi kepada publik agar dapat membentuk citra yang baik.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa citra merupakan poin awal untuk sukses dalam pemasaran. Istilah citra atau image ini mulai popular pada tahun 1950-an dalam konteks organisasi, perusahaan, nasional dan sebagainya. Citra tidak dapat dibuat seperti barang dalam suatu pabrik, akan tetapi citra adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Citra yang ada pada perusahaan terbentuk dari bagaimana perusahaan tersebut melakukan kegiatan operasionalnya yang mempunyai landasan utama pada segi pelayanan.
Suatu perusahaan harus mampu untuk melihat sendiri bagaimana citra yang ditampilkan kepada masyarakat yang dilayani. Perusahaan juga harus bisa memberikan suatu evaluasi apakah citra yang diberikan telah sesuai dengan yang diharapkan atau jika perlu ditingkatkan lagi.
Jadi citra ini dibentuk berdasarkan impresi atau pengalaman yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu, sehingga pada akhirnya membangun suatu sikap mental. Sikap mental ini nantinya akan dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan karena citra dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap sesuatu.

Ciri – Ciri Pembentuk Citra
Ciri-ciri produk atau jasa yang membentuk suatu citra berkaitan dengan unsur-unsur kegiatan pemasaran. Ciri-ciri pembentuk citra yang sering bersinggungan dengan kegiatan pemasaran, misalnya, merek, desain produk atau jasa, pelayanan, label dan lain sebagainya. Program yang baik dalam suatu perencanaan dalam pengembangan produk atau jasa tidak akan lupa untuk mencantumkan kegiatan perusahaan yang mencakup ciri pembentuk citra untuk produk dan jasa atau perusahaannya.
Pemasaran mebel Balongrejo dilakukan dengan cara dipasarkan sendiri kemasyarakat atau dengan menjalin kemitraan dengan para tengkulak melalui toko-toko atau show room - show room. Tidak semua pengusaha industri kayu mebel Balongrejo memiliki toko. Akan tetapi mayoritas pemilik toko yang ada di Balongrejo tidak memproduksi sendiri mebel yang dipasarkan. Pemilik toko yang tidak memproduksi sendiri mebel mendapat barang dagangannya dari pengusaha yang tidak memiliki toko. Pemilik toko inilah yang memberikan pesanan model mebel yang dibutuhkan pelanggan dan pemakai.
Dalam hal pemasaran mebel para pengusaha mebel tidak mengalami kendala yang berarti mereka mempunyai jalur pemasaran sendiri-sendiri, baik melalui jalinan kemitraan dengan para tengkulak, dipasarkan sendiri, dijual ke toko-toko mebel bahkan sudah diekspor ke luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa para pengusaha mebel telah memiliki kepedulian terhadap pengemnagan usaha khususnya dalam hal pemasaran namun belum bisa maksimal, sehingga masih diperlukan campur tangan dari pemerintah.  


DAFTAR PUSTAKA

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran Jilid I. PT. Prenhalindo. Jakarta.

Sugiarto, g. 2009. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Industri Kecil. (Suatu Studi Tentang Pemberdayaan Pengusaha Industri Kecil Kayu mebel di Desa Balongrejo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk. Program Magister Ilmu Administrasi Publik, PPSUB. Jurnal Agriteknologi  Vol. 17 No. 2  MARET 2009. ISSN. 0852-5426.

Styowati, D. 2008. Strategi Pemasaran Meubel Kayu (Studi Kasus di Sentra Industri Kecil Pondok Bambu, Jakarta Timur). [Skripsi] IPB. Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar